Share

Bab 210

Author: Aira Tsuraya
last update Huling Na-update: 2025-08-05 12:00:44

Deasy tampak gugup, tapi dia sudah mengangkat tangannya menjauh. Ghalib gegas menggeser kursinya dan langsung berdiri. Ia sudah berjalan menjauh dari Deasy.

Deasy hanya diam menatapnya penuh kerinduan.

“Aku … sudah mendengar apa yang terjadi dengan pabrikmu, Ghalib.”

Suara Deasy kembali terdengar dan penuh dengan keprihatinan. Ghalib hanya menatapnya sekilas sambil mendengkus kasar.

“Aku gak butuh dikasihani. Aku bisa menyelesaikan sendiri.”

Deasy menghela napas sambil menganggukkan kepala. Ia berjalan menghampiri Ghalib yang sedang duduk di sofa. Deasy ikut duduk di sana meski tidak bersebelahan.

“Aku punya kenalan orang BPOM. Siapa tahu mereka bisa membantumu, Ghalib.”

Ghalib berdecak sambil menggelengkan kepala. “Aku juga punya. Hanya saja, aku sengaja belum menghubunginya. Aku ingin tahu akan dibawa sampai kemana kasus ini.”

Dahi Deasy mengernyit dengan tatapan penuh ta

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Maysaroh Anisah
akhirnya Lea menghubungi ghalib
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 210

    Deasy tampak gugup, tapi dia sudah mengangkat tangannya menjauh. Ghalib gegas menggeser kursinya dan langsung berdiri. Ia sudah berjalan menjauh dari Deasy.Deasy hanya diam menatapnya penuh kerinduan.“Aku … sudah mendengar apa yang terjadi dengan pabrikmu, Ghalib.”Suara Deasy kembali terdengar dan penuh dengan keprihatinan. Ghalib hanya menatapnya sekilas sambil mendengkus kasar.“Aku gak butuh dikasihani. Aku bisa menyelesaikan sendiri.”Deasy menghela napas sambil menganggukkan kepala. Ia berjalan menghampiri Ghalib yang sedang duduk di sofa. Deasy ikut duduk di sana meski tidak bersebelahan.“Aku punya kenalan orang BPOM. Siapa tahu mereka bisa membantumu, Ghalib.”Ghalib berdecak sambil menggelengkan kepala. “Aku juga punya. Hanya saja, aku sengaja belum menghubunginya. Aku ingin tahu akan dibawa sampai kemana kasus ini.”Dahi Deasy mengernyit dengan tatapan penuh ta

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 209

    “DISEGEL? Apa maksudnya?”Ghalib tercengang kaget saat mendengar penjelasan pria di depannya.“Untuk sementara pabrik Anda dilarang beroperasi hingga hasil labnya keluar.”Mata Ghalib melebar dengan wajah yang terlihat tegang. Tidak hanya dia yang menunjukkan ekspresi seperti itu. Pak Jonas yang berdiri tegak di sampingnya juga sangat terkejut.“Kami terpaksa melakukannya untuk mencegah korban lebih banyak. Selain itu, kami juga akan menarik produk Anda yang beredar di pasar.”Belum habis rasa terkejut Ghalib kini ditambah dengan kalimat seperti itu. Sebenarnya bagi Ghalib, bisnis ini adalah salah satu dari bagian bisnisnya. Hanya saja pabrik minuman kesehatan ini yang paling berpotensi membantu perkembangan perusahaannya.Selain itu banyak karyawan yang bergantung pada keberlangsungan pabrik. Apa jadinya jika pabriknya disegel dan diberhentikan sementara waktu.“Jika hasil dari lab kami sudah

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 208

    “Iya, betul, Sus. Itu nama majikan saya. Tuan Kenan Husein.”Seketika Ghea terdiam, mulutnya sedikit terbuka dengan mata yang melebar. Ternyata dugaan Ghea selama ini benar. Tuan Eliot dan Nyonya Eliana adalah orang tua Kenan. Selama ini Ghea tidak mengetahui nama lengkap mereka, wajar jika ia tidak tahu.“Apa Suster mengenalnya?”Lamunan Ghea buyar saat asisten paruh baya itu kembali bertanya.Ghea langsung tersenyum dan menggeleng dengan cepat.“Enggak. Saya tidak kenal, hanya mendengar dari pembicaraan Anda tadi.”Pria paruh baya itu tersenyum sambil menganggukkan kepala, kemudian ia melirik ke arah Tuan Eliot dan Nyonya Eliana. Ia seolah sedang memastikan jika kedua majikannya sedang tertidur kali ini.Kemudian art itu menarik tangan Ghea untuk keluar dari ruangan. Ghea tampak bingung, tapi dia tidak menolak.“Ada apa, Pak?” tanya Ghea penasaran.Pria paruh baya itu kem

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 207

    “APA!!?? Tidak mungkin. Anda pasti salah. Selama ini kami tidak pernah menggunakan bahan berbahaya,” elak Ghalib.Pria yang berdiri di depan Ghalib itu menghela napas sambil menatap Ghalib dengan tajam.“Itu sebabnya kami ke sini, Tuan. Untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.”“Asal Tuan tahu, sudah ada sepuluh orang yang masuk rumah sakit keracunan akibat mengkonsumsi minuman produksi Anda.”Ghalib semakin tercengang mendengar tambahan penjelasan pria dari BPOM ini.“Anda yakin itu produk dari perusahaan saya?”Pria itu tidak menjawab, tapi sudah menunjukkan botol kemasan yang sudah ia sita dan terbungkus rapi dalam plastik bersegel.“Apa ini produk yang Anda maksud?”Ghalib membisu, matanya melebar sambil menggelengkan kepala berulang.“Anda tidak perlu takut jika tidak bersalah, Tuan. Kami hanya ingin mengambil beberapa sample untuk diperiksa.”

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 206

    “Kamu mengenal mereka?”Tiba-tiba rekan sejawatnya bertanya. Ghea menoleh dan tersenyum dengan kikuk.“Eng … aku rasa aku pernah mendengar namanya. Hanya saja, apa mungkin mereka orang yang sama?”Rekan sejawat itu tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Mereka sepasang suami istri. Istrinya terkena stroke sedangkan suaminya terkena serangan jantung. Mereka ditempatkan dalam satu kamar untuk memudahkan pengawasan.”Ghea tampak terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak ada keluarganya yang menunggu?”“Awalnya tidak ada. Bahkan putranya pernah membayar aku untuk menjaga mereka, tapi belakangan ini sudah ada yang menjaganya, kok.”Ghea diam lagi dan terlihat penasaran.“Apa kamu tahu siapa nama putranya?”“Aku lupa bertanya, tapi dia sangat manis dan sopan. Penampilannya juga selalu rapi dan klemis. Aku yakin, dia pasti orang sibuk seh

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 205

    “Kenan?? Kamu benar masih hidup?”Suara Ghalib terdengar geram dan penuh kemarahan begitu mendengar suara yang ia kenal dari seberang sana.Kenan tidak menjawab hanya terkekeh mendengar pertanyaan Ghalib. Ghalib semakin marah dibuatnya.Tangannya mengepal dengan wajah yang tegang. Berulang kali Ghalib memukul meja dengan tangannya. Ia kesal harus berbincang melalui telepon. Andai saja ia bertemu, pasti akan sangat puas jika melayangkan tinju ke pria bajingan ini.“Dengar, Ghalib!! Ini baru permulaan. Satu persatu apa yang pernah aku miliki akan aku ambil kembali.”Ghalib membisu, jakunnya naik turun menelan saliva. Entah mengapa benak Ghalib sudah melayang pada beberapa kejadian hari ini yang menimpa perusahaannya. Apa ini ulah Kenan? Dia yang melakukannya?Belum sempat Ghalib menjawab, Kenan sudah mengakhiri panggilannya. Ghalib mendengkus sambil menatap nomor yang tertera di layar ponselnya.“Berani sek

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status