"Nah, seperti itu. Aku sudah memasukkan nomor whatsapp jika ada hal penting kamu langsung hubungi saja," ujar Elsyam. Tadi dirinya sudah bertanya nomor siapa saja yang akan dimasukkan, tetapi Arini tidak memerlukan lagi nomor-nomor lama yang ada di ponselnya maka dari itu hanya nomor dirinya saja. "Paham?" Elsyam bertanya kembali untuk memastikan jika Arini benar-benar mengerti.
Arini menggangguk paham, lelaki itu mengajarinya dengan sabar perlahan-lahan untuk menggunakan ponsel tersebut. Memang tak jauh berbeda cara penggunaan ponsel mahal dan juga ponselnya yang dulu.
"Ayo kita sarapan," ujar Elsyam.
Elsyam dan Arini melangkah beriringan, hari ini lelaki itu berangkat lebih awal karena dirinya akan mengadakan pertemuan-pertemuan penting dengan beberapa klien. Satu tahun dirinya vakum dari perusahaan membuat ia kehilangan banyak investor maka dari itu dirinya harus mengulang kembali untuk mengundang para investor berinvestasi lagi ke dalam perusahaannya.
Sudah tiga bulan berlalu, proses perceraian Elsyam dan Haruni sudah selesai. Sidang perceraian Mereka pun berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan apapun, karena Haruni tidak bisa berkutik lagi."Sesuai janjimu jika perceraian kamu dan juga Haruni sudah selesai maka Hendri boleh kembali ke rumah ini," ujar Bu Sekar. Dirinya langsung menodongkan sebuah pertanyaan kepada Elsyam yang baru saja tiba di rumah.Elsyam mengangguk, ia tidak berkata sepatah kata pun. Dirinya hari ini cukup sangat lelah. Lalu ia segera melangkah menuju paviliun memberikan beberapa buah dan bingkisan. Dirinya juga sangat malas berdebat dengan ibunya tersebut.Arini yang menatap dari tangga pun heran suaminya itu sangat sering ke paviliun terkadang pulang bekerja berangkat bekerja ataupun malam hari. Dirinya penasaran tentang siapakah orang yang berada di paviliun itu. Ia juga tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk melihat siapakah orang yang berada di sana dan begitu sangat diperhat
Elsyam menghela napas panjang. "Katakan apa yang membuatmu kesal? Jangan membuatku marah Arini," ujar Elsyam lagi.Akhirnya setelah berkali-kali ditanya oleh sang lelaki dan juga mendapatkan ancaman Arini mengatakan jika dirinya kesal karena Elsyam terus-terusan pergi ke paviliun."Kamu selingkuh jangan-jangan," ujar Arini tiba-tiba.Elsyam tertawa. Dirinya menoyor kepala sang istri. Bisa-bisanya wanitanya berpikiran seperti itu jika dirinya berselingkuh bahkan menyembunyikan selingkuhannya di dalam paviliun. "Ayo." Elsyam segera menggandeng tangan sang wanita, keduanya melangkah menuruni tangga lalu ke arah paviliun yang ada di belakang. Jaraknya tidak terlalu dekat membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai di sana. Paviliun belakang sama seperti rumah sederhana yang memiliki halaman dan lainnya juga.Lelaki itu segera mengetuk pintu, lalu ia melihat seorang bapak-bapak membukakan pintu dan menyuruh keduanya untuk masuk.Arini heran saat melih
"Aku dan Haruni akan segera menikah, karena Haruni tengah mengandung darah dagingku. Untuk itu dia sekarang ikut tinggal di sini," papar Hendri.Elsyam tidak terkejut mendengar hal tersebut karena memang, ia sudah mengetahui perihal kehamilan Haruni. Dirinya juga sudah bisa menebak jika hal ini akan terjadi. Jika waktu itu mereka terang-terangan tidak mengakuinya sekarang justru mengakui sendiri. Jika berhadapan dengan keluarga serta yang lainnya wajah Elsyam berubah sangat drastis bahkan cara bicaranya pun sangat berbeda.Bu Sekar gembira mendengar jika Haruni tengah mengandung anak dari Hendri, karena dirinya sudah tidak sabar ingin segera menimang cucu. Wanita itu melangkah mendekati ke arah Haruni, lalu ia mengelus-ngelus perut dari Haruni.Elsyam pun kembali melanjutkan sarapannya, dirinya melirik ke arah Arini yang masih terheran-heran dengan apa yang terjadi di tengah-tengah keluarganya.'Aneh, aib kok disyukurin.'Lelaki itu baru sada
"Ya, boleh tapi kamu harus hati-hati. Jika mereka mengatakan hal-hal yang membuatmu sakit hati anggap saja ucapannya itu hanya sebuah tong sampah yang dipukul tidak perlu dihiraukan." Sebelum berangkat bekerja Elsyam memberikan beberapa pesan kepada istrinya itu. Ia tidak ingin jika Arini nantinya justru akan tertekan berada di rumah ini. "Dan jika ada apa-apa atau mereka berbuat sesuatu kamu segera menelponku ya," ujar Elsyam. Arini mengangkat jempolnya pertanda jika dirinya sudah paham dan setuju dengan apa yang diucapkan oleh suaminya itu. Elsyam mengelus puncak kepala Arini, lalu segera pergi. Memang benar terkadang dirinya dibuat gemas oleh tingkah Arini dan juga terkadang tingkah wanita itu yang membuatnya sakit kepala. Apalagi saat Arini berbicara omong kosong hal itulah yang paling sangat menyebalkan untuknya. *** Arini sudah tiga jam berada di dalam kamar. Memang segala macam kebutuhannya juga sudah dipenuhi oleh para pelayan. Namun, dirinya
Arini juga meminta seorang pelayan untuk membelikannya beberapa jenis tanaman hias yang berada di pinggiran jalan. "Kalau bisa cari yang dua puluh ribu saja satuannya." Dirinya tidak mempermasalahkan harga yang murah yang terpenting jika segala sesuatu dirawat pasti akan menjadi indah. "Nyonya itu kotor biar saya saja." Arini beberapa kali menolak bantuan dari para pelayan yang ingin mengambil tugasnya, wanita itu tidak mau hanya duduk dan menyuruh-nyuruh dirinya ingin melakukan hal itu juga. "Tidak aku bisa kok berkebun juga," ujar Arini. Terbiasa selalu bekerja, setelah menjadi nyonya besar dirinya tidak pernah melakukan apa-apa sehingga tubuhnya terasa sakit karena tidak digerakkan seperti biasanya. Sikap Arini juga banyak membuat para pelayan memujinya, karena nyonya barunya itu tidak seperti Haruni yang hanya bisa memerintah saja. "Sangat berbeda sekali dengan nyonya sebelumnya. Dia tidak mau kotor, tetapi nyonya Arini justru sebaliknya." Para pe
"Basah Arini," ujar Elsyam. Arini tertawa melihat wajah kesal dari suaminya itu. Ini mereka berdua Tengah berada di dalam kamar mandi yang hanya berdindingkan kaca. Sejak tadi Arini terus menciprati Elsyam dengan air yang mengalir dari shower."Kamu ini awas, ya," ucap Elsyam. Lelaki itu memberikan ancaman, tetapi tidak menggentarkan niat sang wanita untuk terus mengerjainya. "Arini, basah semua ini." Elsyam menggeleng istrinya itu memang benar-benar sangat sulit untuk diberitahu.Arini kembali tertawa, dirinya terus memundurkan tubuh sampai-sampai menabrak bathtub dan terjatuh di dalamnya. "Aw, sakit," ujar Arini. Dirinya yang berulah dan ia juga yang terkena batunya tercebur ke dalam bathtub.Elsyam yang terkejut pun segera mendekat. Keduanya saling berdekatan dan menatap satu sama lain. "Kamu tidak apa-apa?" Wajah Elsyam pun terlihat begitu terkejut dan panik dengan apa yang terjadi kepada Arini. Dirinya langsung saja menolong wanita itu untuk bangkit dan sam
Haruni merasa kesal mendengar hal tersebut, dirinya kira pernikahan Arini dan Elsyam hanyalah pura-pura. Namun, kini dirinya mendengar jelas dengan telinganya hal yang tengah mereka lakukan."Siap apa yang sedang mereka lakukan!" Dirinya yang berselingkuh dan dirinya juga yang merasa tersakiti, seharusnya dulu dirinya tidak tergoda oleh Hendri pasti sekarang dirinya masih menjadi nyonya besar di rumah ini. Haruni kira Elsyam adalah orang yang sangat bodoh, tetapi ternyata lelaki itu seperti air yang mengalir begitu sulit untuk ditebak apa yang ada di dalam.Dirinya kembali ke rumah ini, ingin berusaha merebut perhatian Elsyam. Nyatanya salah lelaki itu sudah berbalik mencintai orang lain.Haruni kembali ke kamarnya dengan kesal. 'Aku pasti akan merebut Elsyam kembali.' wanita itu segera memasuki kamar dengan wajah masamnya."Kenapa wajahmu seperti itu Haruni?" tanya Hendri. Dirinya heran, tadi wanita itu baru saja keluar ingin mencari angin dan tiba-tiba
Rido membukakan pintu mobil untuk lelaki itu. "Aku tidak melihat Arini ke mana?" tanya Rido. Dirinya merasa heran karena jika di rumah biasanya Arini dan Elsyam tidak pernah terpisahkan."Dia tidak bisa berjalan maka dari itu dia tidak ikut makan bersama tadi," ungkap Elsyam.Rido menatap ke arah bosnya itu dengan heran, bahkan senyuman yang diciptakan pun begitu tipis. "Apa akan segera muncul Elsyam Junior?" tanya Rido.Elsyam hanya menggeleng, ada-ada saja yang dipikirkan oleh tangan kanannya itu."Sudahlah, kau jangan macam-macam pagi seperti ini," ungkap Elsyam.Rido tertawa, dirinya heran melihat wajah bosnya itu yang memerah. Mungkinkah semalam telah terjadi sesuatu diantara mereka berdua, dulu dirinya memang tidak setuju saat Elsyam menikahi Haruni karena dirinya tahu bagaimana sikap wanita tersebut. Bahkan selama pernikahan pun wanita itu tidak pernah melayani suaminya dengan baik, hanya berfoya-foya saja tidak pernah memikirkan bagaimana p