Simpanan Cantik Sang Presdir

Simpanan Cantik Sang Presdir

Oleh:  AgilRizkiani  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
196Bab
3.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apes bagi Arini karena menemukan kucing yang tergeletak mati di tengah jalan ia malah dituduh menabrak kucing itu hingga dimintai pertanggungjawaban yang tidak masuk akal yaitu menikahi pemilik kucing, Elsyam.

Lihat lebih banyak
Simpanan Cantik Sang Presdir Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
AgilRizkiani
Yuk baca novelnya dijamin bikin ketagihan lho
2023-10-19 20:11:22
0
user avatar
Cheezyweeze
Wow gara2 kucing jd ketiban rezeki
2023-10-19 19:53:36
1
user avatar
Galuh Arum
ceritanya bagus, lanjutkan
2023-10-05 17:29:45
2
196 Bab
Hari Apes
"Pembunuh!" Arini berdiri sembari memegangi kendaraan matiknya. Ia menggeleng dengan cepat tanda membantah tuduhan itu. "Kau, pembunuh!" Lagi Dan lagi kata itu terus berulang keluar dari mulut seorang laki-laki. Lelaki itu menatap Muchi yang telah berlumuran darah dan tergeletak di aspal. Bola mata yang tak lagi berada di tempat serta organ-organ tubuh lain yang telah bercecer. "Pak, eh, Mas aduh Om ... saya minta maaf." Ia segera turun dari sepeda motornya. Menatap ke kiri dan kanan. Jalanan sepi, bisa saja dirinya langsung melarikan diri. "Tapi sungguh, bukan saya yang menabraknya." Bibirnya telah pucat, tubuh dengan tinggi di bawah rata-ratanya pun bergetar. Peluh juga sudah membasahi pelipis. "Jika semua penjahat jujur, mungkin penjara akan penuh." Setelah mengatakan itu, dirinya segera merengkuh tubuh Muchi, lalu melangkah memasuki gerbang. Arini menepikan motor. Ia melepas helm, lalu mengikuti langkah lelaki yang tengah dirundung duka. Kenapa harus dibawa ke rumah? Menga
Baca selengkapnya
Sabtu dan Minggu
Tawaran Elsyam membuatnya bingung. Ia seorang perawan, tetapi tidak bodoh membedakan antara siri dan simpanan sah. Lelaki itu telah mengirimkan perias dan perlengkapan lain. Butuh waktu tiga hari untuk merealisasikan semuanya."Bunuh diri karena terdesak boleh nggak, sih?" tanya Arini pada sang perias.Ya, hanya karena Muchi seekor kucing korban tabrak lari, dirinya harus menjadi seorang simpanan? Bagaimana bisa dirinya tergadai karena kucing? Elsyam benar-benar lelaki gila yang pernah ia temui selama 21 tahun hidup. Lelaki beristri yang berusaha menggait hati wanita muda."Cantik."Arini menoleh, wajahnya ia tekuk. Tak ada raut kebahagiaan sedikit pun. Acara ijab kabul berlangsung cukup singkat. Pernikahan hanya berpayungkan agama dan tak berlindungkan hukum. "Sabtu dan Minggu, aku akan datang menemuimu," tutur Elsyam. Arini mengangguk. Datang atau tidaknya Elsyam takkan berpengaruh untuknya.Selepas acara ia segera mengganti seluruh pakaian. Tak seperti kisah novel, wanita yang m
Baca selengkapnya
Kebusukan Sang Istri
Elsyam yang baru saja memejamkan mata, ia harus kembali terbangun saat mendengar pintu berderit. Langkah kaki pun semakin terdengar, jika di rumah ini dirinya seperti seorang bangkai hidup yang hanya mampu berbaring seharian di tempat tidur tanpa melakukan apapun.Haruni seperti biasa selalu pulang larut malam, wanita itu hanya melirik sekilas ke arah ranjang di mana Elsyam tengah terbaring.Ketukan pintu, membuat haruni yang tengah menghapus make up segera bangkit untuk membukakan pintu."Eh, Sayang. Bagaimana jika ada yang lihat akan bahaya untuk kita."Seorang laki-laki baru saja masuk, lelaki itu segera menutup pintu kamar Elsyam."Aku baru saja pulang dari perjalanan bisnis, apa kau tidak merindukan aku?"Lelaki itu terus membelai wajah Haruni dan memberikan beberapa kecupan di dahi sang wanita. Mereka berdua tidak memedulikan Elsyam yang tengah menatapnya.Melakukan adegan gila di hadapan suaminya sendiri. Dokter bahkan sudah memvonis Elsyam akan menjadi manusia lumpuh seumur hi
Baca selengkapnya
Pekerjaan Baru
“Tumben, dia belum dateng.”Sabtu ini Elsyam tidakdatang ke kontrakannya. Mungkinkah saat ini lelaki itu sudah membuangnya? Arinisudah bersiap untuk berangkat bekerja. Sekarang kendaraan beroda duanya itusudah terasa begitu nyaman, karena minggu kemarin lelaki itu sudah membawa motornyauntuk diservis."Apa aku teleponsaja, ya?"Arini sudah mencari nomor lelaki itu, tetapi dirinya segera mengundurkanniat. Mengapa sekarang dirinya terkesan yang mencari-cari dan mengharapkanlelaki itu untuk datang. Padahal jika tidak ada lelaki itu hidupnya terasanyaman dan jika bersama dengan Elsyam dirinya merasa seperti terjajah.Ada atau tidaknya lelaki itu di dalam kehidupannya akan tetap sama dantidak akan merubah apapun. Arini kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.Tak butuh waktu lama hanya sekitar 10 menit dirinya sudah sampai diwarung makan. Baru saja masuk, dirinya sudah dipanggil oleh bude Lasmi sangpemilik warung."Arini, ini gajimu untuk bulan ini," ujar Bude Lasmi.Arini bin
Baca selengkapnya
Pengusiran
"Aku heranbisa-bisanya dirimu tidak mengenali suami sendiri?"Elsyam melepaskanbungkaman tangannya di mulut Arini usai yakin wanita itu tidak akan berteriak."Ya itu memang kelemahanku. Aku tidak bisa menghafal seseorang dariwajahnya, aku hanya bisa hafal dari suaranya."Entahlah sudah dari dulu dirinya memang seperti itu, sangat sulitmenghafal orang baru hanya dari wajahnya walaupun keduanya berpapasan di jalan.Ia juga bisa dengan mudah lupa nama seseorang yang tidak penting untuknya."Aku benar-benar sial. Pertama, aku menikahi wanita yang memilikihati iblis, lalu menikahi wanita kedua yang benar-benar bodoh sampai-sampaitidak bisa mengenali wajah suaminya sendiri!" Baru saja hari ini hendak mendebat, tetapi langkah kaki kepala pelayansudah mulai mendekat. Elsyam kembali lagi ke tempat tidur dibantu dengan Ariniyang membenarkan selimut lelaki itu."Ini pakaianmu dan kamarmu sedang disiapkan. Mulai sekarang kamusudah bisa menjaga tuan El di sini." Setelah menyerahkan paka
Baca selengkapnya
Kejutan Elsyam
“E-El??” Haruni baru saja pulang dari liburan berdua bersama dengan Hendri. Wanita itu dengan tenang bepergian karena berpikir sudah ada pelayan baru yang merawat Elsyam. Namun, kepulangannya hari ini disambut hal yang tak pernah ia sangka-sangka. Wanita itu sangat terkejut saat membuka pintu kamar karena ia melihat Elsyam tengah berdiri menatap ke arah jendela. “Kejutan, Haruni.” Elsyam memang sengaja telah menunggunya dan ingin membuat wanita itu terkejut. Wajah Haruni berubah menjadi pucat, seperti dirinya baru saja melihat hantu. Ia tidak menyangka jika suaminya bisa kembali pulih seperti sedia kala, padahal hari Sabtu kemarin lelaki itu masih terbaring di ranjang. “Ba-bagaimana mungkin?” "Kenapa kau nampak tidak senang melihatku sudah sembuh Haruni?" Elsyam melangkahkan kaki, mengekati Haruni yang terpaku. Aura Elsyam begitu menyeramkan, seolah siap membunuh. Haruni mundur, saat lelaki itu semakin mendekat. Namun, Elsyam segera menarik lengannya dan menyeret wanita itu menu
Baca selengkapnya
Angkat Kaki
"Jangan pernah kau menyombongkan kekuasaanmu saat ini El. Ingat, kau hanyalah pewaris bukan perintis tak sepantasnya kau sombong seperti itu." Elsyam tersenyum mendengar Hendri akhirnya buka suara. Ia melangkah mendekati adiknya tersebut dengan tangan terulur meminta semua hal yang disebutkannya tadi. "ATM, kunci mobil serta semua fasilitas yang selama ini kamu nikmati juga." Dirinya tersenyum puas setelah melihat wajah enggan dari Hendri saat menyerahkan apa yang sebelumnya telah mereka nikmati. Baginya ini hanyalah sebuah awal. "Istrimu saja bisa aku miliki apalagi perihal kekuasaanmu, El," ujar Hendri penuh penekanan. Dirinya bertekad untuk terus mengalahkan Elsyam dalam keadaan apa pun juga. Elsyam hanya menatap dingin ke arah adiknya itu. Selama satu tahun ini dirinya berusaha untuk mengontrol emosi, jadi dirinya tidak akan mudah terpancing emosi oleh celotehan Hendri. Ia tersenyum, lalu mengarahkan jari ke pintu. "Pintu keluar berada di sana, silahkan keluar sebelum aku pa
Baca selengkapnya
Belajar Jadi Suami Idaman
"Iya." Arini mengangguk, melihat amarah dari Elsyam yang meluap-luap tadi, dirinya juga tidak ingin mencari masalah baru. Wanita itu sebisa mungkin menunjukkan raut wajah yang sangat ramah. Jika lelaki tersebut sudah memperkenalkan dirinya kepada seluruh anggota rumah, maka Arini juga harus mengikuti sandiwara yang tengah dibuat oleh Elsyam. Tuan Hadi pun mengangguk, ia tidak banyak bicara. Setelah menghabiskan sepotong roti dan juga telur goreng, lelaki itu segera pamit. Usia yang semakin tua membuat dirinya tidak mampu bekerja berat seperti dahulu dan dirinya harus banyak istirahat. "Papa, mau istirahat sekalian membujuk ibumu untuk sarapan." Lelaki itu mengangguk pada sang ayah, kemudian menatap ke arah Arini yang masih memperhatikan menu makanan di meja. Kini, di hadapannya, wanita itu tengah menatap ke arah nasi goreng seafood dengan pandangan berbinar. Satu centong nasi goreng seafood pun berpindah sudah ke atas piringnya. Seolah belum cukup, Arini kembali mengambil udang g
Baca selengkapnya
Arini Kabur
"Emang ada camilan apa," jawab Arini. Sebagai nyonya besar yang baru di rumah ini dirinya ingin mencoba segala sesuatu yang ada di sini. Sewa apakah rumah suaminya ini sampai-sampai pelayan menanyakan hal apa yang dirinya inginkan."Nyonya Arini memang mau dibuatkan apa? Di rumah ini ada koki yang bisa membuat apa saja," ungkap Nency. Wanita itu menjelaskan dengan ramah.Berada di rumah ini dirinya seperti berada di dalam kantong Doraemon yang memiliki apapun yang dibutuhkan tanpa harus repot-repot ke luar biaya dan juga jauh-jauh pergi. Dulu impiannya hanya satu dirinya hanya menginginkan untuk memiliki kantong Doraemon agar bisa memenuhi semua keinginannya, sekarang dirinya merasakan hal tersebut."Mau salad buah, tapi banyakin keju, mayonaisenya sedikit saja. Buahnya apa saja boleh aku suka semua buah," papar Arini."Baik, Nyonya." Nency segera memerintahkan pelayan dapur untuk menyiapkan permintaan Arini. Wanita itu asyik menonton Drakor, di atas ranj
Baca selengkapnya
Semangkuk Bakso
"Jika aku memang mengawasimu kenapa?" tanya Elsyam. Walaupun dirinya terkejut karena Arini mengetahui apabila ia selalu mengawasi gerak-gerik dari wanita itu. "Kamu merasa keberatan?" Arini merengut, ia kesal ternyata menjadi seorang nyonya besar itu tidak menyenangkan. Kini dirinya merasa tidak memiliki privasi selain diawasi para pelayan dirinya juga diawasi oleh Elsyam. Namun, apalah dayanya kini tak bisa berbuat apa-apa.Melihat Arini terdiam, membuat Elsyam sangat puas. "Itu rumahku, jadi aku bebas melakukan apa pun. Termasuk mengawasimu di kamar." Dirinya berkata dengan penuh kemenangan."Iya-iya, itu rumah Tuan. Bebas mau ngapain aja. Aku 'kan cuma numpang aja," tutur Arini. Itulah kenyataan pahit yang harus ditelan olehnya, rumah itu milik Elsyam, dirinya juga baru diakui sebagai seorang istri pagi tadi.Arini mengangkat tangannya lagi, ia kembali memesan semangkuk bakso lagi. "Semangkuk lagi bakso saja tidak pakai mie." Elsyam,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status