Seperti biasa Anita sampai di butiknya pukul 10.00 WIB, pramuniaga butiknya yang membuka Butik Starlight Venus pukul 09.00 saat mall masih baru saja buka sebagian kecil. Ketika Anita baru saja duduk di dalam ruangan kantornya di belakang bagian kasir, ponselnya berbunyi di dalam tas Hermes Birkin. Dia melihat id penelepon adalah suaminya. Seolah ia merasa trauma karena mendengar suara suaminya bersetubuh dengan wanita lain, awalnya Anita ragu untuk mengangkat panggilan telepon itu.Namun, sekarang sudah pagi jelang siang seharusnya Radit tidak berleha-leha di hotel dan sudah mulai melakukan kunjungan dinasnya. Dia pun menerima panggilan itu."...""Halo, Nita Sayang!" sapa Radit.Anita menggigit bibirnya mendadak merasa muak mendengar suara suaminya memanggilnya dengan kata sayang. Rasanya dia ingin mencecar suaminya tentang perselingkuhannya selama ini. Tugas negara macam apa yang dikerjakan suaminya selama 2 tahun ini yang seolah membuat pria itu jarang di rumah."Nit--Nita kenapa
Usai makan siang, Anita mengajak Agus berbelanja baju baru. Dia begitu royal membelikan pakaian setelan jas, kaos polo, celana boxer bermerk bagus untuk Agus dan juga dua pasang sepatu fantofel. Sepatu itu berwarna hitam mengkilap dan coklat tua, cocok sekali dipadu padankan dengan setelan jasnya tadi.Sesuai dugaannya, Agus memang tampak ganteng maksimal ketika didandani dengan benar. Anita pun jadi bertambah jatuh hati melihat pemuda itu. "Mas Agus ini ganteng banget lho, mulai besok pakai setelan jas ya kalau nganterin saya pergi?!" ujar Anita merapikan simpul dasi di kerah kemeja Agus."Siap, Mbak. Terima kasih, baju barunya ya," sahut Agus senang.Anita menggesek kartu kreditnya untuk membayar semua belanjaannya untuk Agus. Dia tak menyangka akan menjadi sugar mommy di usianya yang masih relatif muda. Namun, dia menikmati shopping bersama pemuda itu, nggak rewel dan dipilihkan apa saja nurut. Ajaibnya baju apa saja yang dipakai jatuhnya bagus di tubuh Agus. Padahal selera Anita
Tangan Anita mencengkram dan meremas-remas seprai menahan rasa meledak-ledak di dalam tubuhnya yang tergolek di atas ranjang yang melesak oleh bobot tubuhnya dan Agus yang begitu besar."Mass ... oughh ... jagoan bener dah!" lenguh Anita yang K.O sekali lagi menjelang tengah malam di dalam apartment yang baru disewanya pagi tadi.Wajah Agus merona mendengar pujian majikannya yang terbaring tanpa selembar kain pun di bawah tubuhnya. Bosnya itu memang 'doyan' dan luar biasa binal, berbeda dengan mantan istrinya di kampung yang jauh lebih kalem."Nita Sayang, sudah puas apa mau dibikin K.O lagi?" goda Agus menatap dari dekat wajah cantik itu. Tangannya menyangga tubuh kekarnya di samping kanan kiri kepala Anita.Jemari Anita dengan nakal berlarian dia permukaan dada Agus yang berotot. "Cium aku, Mas!" pintanya.Dengan perlahan Agus menurunkan wajahnya lalu menautkan bibirnya lekat-lekat ke bibir seksi wanita itu. Dulu dia hanya bisa memandangi bibir merah delima itu diam-diam karena taku
"Aku lagi di jalan baru mau berangkat ke butik kayak biasa, Mas. Ini Mas Radit dimana?" jawab Anita berbohong di telepon.Agus yang mendengarkan hanya menggeleng geli menatap majikannya yang jago bohong. Penampilan masih muka bantal, tanpa pakaian dalam, mantel kamarnya pun merosot dari pundaknya, bisa-bisanya bilang lagi di jalan. Diam-diam dia gemas ingin bergulat lagi dengan majikannya yang seksi sekali itu."Nita Sayang, Mas masih dua hari di Jepara. Maaf ya pulangnya molor, masih ada tugas kantor buat keliling di sini," ujar Radit sama bohongnya dengan istrinya. Padahal kedua bawahannya sudah pulang ke Jakarta kemarin sore meninggalkan bapak kepala dinas dan mahasiswi magangnya di Jepara.Sheila berbaring di sisinya membelai sesuatu yang mudah tegang di tubuh pria itu. Tangan Radit mencekal tangan wanita muda itu karena ia nyaris mendesah saat menelepon istrinya. "Ehh sudah dulu ya, Nit. Sampai ketemu besok lusa di rumah. Bye!" ucap Radit buru-buru lalu mematikan panggilan telep
Pukul 16.00 WIB, pria ganteng berpenampilan necis itu menjemput Anita ke butik Starlight Venus. Pramuniaga butik milik wanita itu berbisik-bisik menatap Agus dengan penuh kekaguman. "Reni, Desy, Mira, aku pulang duluan ya!" pamit Anita pada ketiga karyawatinya yang menjaga butiknya lalu menggandeng lengan Agus yang kekar terbalut setelan jas mahal yang dia belikan kemarin.Dengan mesra wanita itu bergelanyut manja pada Agus sembari berjalan menuju ke bioskop yang ada di lantai teratas mall itu. Sedangkan, Agus menanggapi dengan sopan kemanjaan majikannya kepadanya. Sebagian dirinya merasa bangga karena wanita yang dia gandeng itu cantik sekali seperti artis. Bodinya mirip gitar Spanyol, rambutnya panjang hitam legam bergelombang, hidungnya mancung, bibirnya ranum, kulitnya putih susu begitu mulus."Mas, aku mau beli camilan dulu sebelum masuk ke studio 3," pinta Anita."Baik, Mbak. Silakan saja," sahut Agus menemani wanita itu mengantre di stand yang menjual popcorn dan aneka makana
"Mama pulang duluan ya, Nit! Ingat pesan Mama tadi ya?!" pamit Nyonya Laksmi kepada puterinya lalu mengecup pipi Anita kanan kiri sebelum ia melenggang ke arah lift.Kemudian Anita pun berkata kepada Agus yang duduk di meja sebelahnya, "Mas Sayang, kita pulang juga yuk!" "Siap, Mbak!" sahut Agus dengan sigap berdiri mempersilakan majikannya berjalan duluan. Dia paham bahwa ibunya Anita tadi sudah berpesan A sampai Z kepada puterinya agar tidak dekat-dekat dengan sopir.Anita pun sadar bahwa di ruang publik sangatlah berbahaya mengumbar kemesraan dengan pria simpanannya yang lugu dan gemesin itu. Dia harus main cantik mulai sekarang!Sesampainya di dalam mobil, Agus menyalakan mesin mobil lalu mengemudikannya dengan hati-hati menuju ke rumah Anita. Dia hanya terdiam tak berani berbicara apapun."Mas, kamu nggak marah 'kan sama aku karena ucapan mamaku tadi?" tanya Anita menggeser arah duduknya menghadap Agus yang sedang memerhatikan jalan raya di depannya."Nggak kok, Mbak. Saya malah
Lembutnya kulit wanita itu membuat Agus sangat bergairah malam ini. Cantik dan wangi begitu sensual tubuh Anita membuatnya ingin terus menyentuhnya dengan hidung dan bibirnya.Lingerie merah itu hanya sekadar pembungkus sementara, tidak sampai 5 menit sudah meluncur meninggalkan tubuh Anita. Sesuai dugaannya pria dari Bojonegoro itu mendadak ganas di atas ranjang. Agus meraup buah dadanya lalu meremas-remasnya dan melumatinya dengan kelaparan hingga puncaknya terasa sedikit perih sekaligus enak.Tangan Anita dengan lincah melucuti kaos dan celana kolor warna hitam dari tubuh sopirnya yang kekar berotot padat itu. Tubuhnya sangat jantan dan membuat pikiran Anita travelling begitu jauh."Sentuh aku, Mas ...," desahnya tak sabar lagi untuk menyatukan gairah yang meletup-letup dalam dirinya.Ucapan wanita itu seolah menyiram bensin ke api yang tengah berkobar. Tanpa ragu lagi Agus membenamkan wajahnya di antara pangkal paha Anita mencicipi cairan terlarang yang efeknya menaikkan birahinya
Saat suara burung pipit berkicauan dan sinar mentari pagi menerobos kaca jendela yang tak tertutup tirai, wanita cantik yang tergolek tanpa pakaian di bawah selimut itu membuka perlahan kelopak matanya yang masih terasa berat."Hoamph ... Mas ...," desahnya sembari meraba sisi ranjangnya yang kosong. Dia pun menyadari pria semalam yang membuainya di pelukan telah meninggalkannya sendirian. Anita terduduk di tepi ranjangnya dan menyadari dirinya tak mengenakan pakaian lalu segera berjalan ke kamar mandi. Semalam pria itu memandikannya sebentar untuk menghilangkan keringat dan bau tak sedap pasca pergumulan panas mereka.Dia mandi pagi sembari tersenyum sendiri mengingat setiap sentuhan Agus yang begitu merasuk ke dalam sukmanya. Pemuda asal kampung Jawa Timur itu membuatnya baper dan agak mulai bucin. Selain wajahnya guanteng, tenaganya juga setrong, kalau diukur dengan skala Richter ... efek gempa lokal bisa mencapai 9.9, Anita cekikikan memikirkannya.Seusai mandi, ia berpakaian den