“Kamu harus tetap fokus dan rajin bekerja sesuai dengan pekerjaan yang aku percayakan padamu sekarang,” ulas Cindy.“Tentu Tante, aku janji akan bekerja sebaik mungkin dan berusaha untuk tidak mengecewakan Tante nantinya,” janji Roy.“Oh ya Roy, besok aku akan beliin kamu HP agar sewaktu-waktu dapat aku hubungi baik saat aku berada di luar kantor maupun saat kamu berada di kos-kosan ini,” ujar Cindy.“Nggak usah Tante, aku punya HP kok. Hanya saja HP ku itu ketinggalan di rumah majikanku sebelum aku jadi gembel di bawah jembatan, besok sepulang dari kantor aku jemput,” tutur Roy, Cindy terlihat kerutkan keningnya.“Majikan? Jadi sebelum kamu jadi gembel di bawah jembatan itu, kamu bekerja dengan seseorang?” tanya Cindy, Roy menganggukan kepalanya.Cindy sebenarnya ingin bertanya lebih jauh lagi mengenai Roy yang sebelumnya memiliki majikan, akan tetapi karena ia musti pulang ke rumah maka ia urungkan.“Ya udah kalau begitu aku pamit pulang dulu, Roy. Soal kamu yang akan menjemput HP d
“Iya Bi, namanya Supri. Katanya dia ke sini ingin meminta barang-barang Mas Roy berupa dompet dan Hp nya yang ketinggalan, benarkah dompet dan HP Mas Roy ketinggalan Bi?” tanya Pak Rudi.“Iya benar, Pak Rudi. Dompet dan HP Mas Roy yang ketinggalan di kamarnya itu sekarang ada di kamar kami, sebentar aku akan ambilkan lalu kita bareng-bareng temui teman Mas Roy itu.” ujar Bi Surti, Pak Rudi menanggapinya dengan menganggukan kepala.Seperti yang tadi dikatakan Bi Surti begitu ia telah mengambil dompet dan HP milik Roy di kamar, mereka pun sama-sama menemui Supri yang masih berdiri di depan pos satpam.Rupanya Roy sengaja minta tolong pada supir taksi yang bernama Supri itu untuk meminta HP dan dompetnya pada penghuni rumah mewah itu, sementara dia menunggu di dalam mobil taksi itu.“Benar Mas temannya Mas Roy?” sapa dan tanya Bi Surti pada Supri saat pembantu mantan majikan Roy bernama Angel itu tiba di depan pos satpam.“Benar Bi, aku memang temannya Bang Roy. Oh ya, dompet dan HP Bang
“Dia temanku yang juga tinggal di bawah jembatan di kawasan itu,” jawab Roy, ketiga pembantu Angel itupun tampak manggut-manggut. “Hidup di kota besar seperti Kota Jakarta ini memang keras Mas, kalau Mas Roy nggak sanggup tinggal di sana kembalilah ke rumah ini aku yakin Nyonya pasti mau menerima Mas Roy lagi. Bukan begitu, Bi?” ujar Bi Ratni sembari bertanya pada Bi Surti akan kepastian yang dia sampaikan itu. “Benar Mas Roy, Nyonya sangat menyesal karena nggak memperdulikan penjelasan Mas Roy pada saat Tuan Anton menuduh Mas dan Diana berbuat tak senonoh di kamar tamu. Nyonya juga waktu itu ingin mencari tahu keberadaan Mas Roy di mana, bahkan sampai mengecek HP Mas yang aku simpan di kamar,” tegas Bi Surti. “Hemmm, meskipun Tante menerimaku rasanya aku nggak mungkin kembali ke rumah ini lagi Bi. Meskipun aku jadi gembel di bawah jembatan dan untuk penyambung hidup musti memulung, tapi aku merasa nyaman kok. Mungkin karena udah terbiasa setelah beberapa hari berjuang dengan bek
“Ya udah, lanjutin kegiatan bareng teman-temanmu di perpustakan. Lain kali aku telpon lagi dan sampaikan salamku sama Ayah dan Ibu,” ujar Roy.“Baik Kak.” obrolan dan panggilan melalui sambungan ponsel itu pun diakhiri.Sebuah pesawat dari Singapura mendarat di Bandara Soekarno Hatta, setelah turun seorang pria berpakaian rapi ala pebisnis langsung naik ke mobil mewah jenis Alphard. Kurang lebih 1 jam kemudian mobil mewah yang naiki pria itu tiba di halaman sebuah rumah mewah, si supir nampak buru-buru turun dan setelah membuka pintu mobil bagian tengah di mana pria itu duduk supir itupun membuka bagasi belakang mengambil barang-barang bawaan lalu membawanya ke dalam rumah mewah itu.Seorang wanita paruh baya nampak berjalan tergesa-gesa menyongsong pria yang baru saja masuk ke dalam rumah mewah itu, setelah berhadap-hadapan wanita paruh baya itupun memberi hormat.“Selamat datang Tuan,” ucapnya, pria berpakaian rapi itupun tersenyum.“Cindy di rumah, Bi?” tanya pria yang dipanggil T
Seperti biasa hampir setiap hari minggu atau hari libur kerja Cindy kumpul bareng teman-temannya yang tergabung dalam genk Tante-tante sosialita, acara kumpul bareng itu tentu saja di tempat yang mewah baik itu di restoran maupun cafe dan juga ruangan hotel yang menyediakan tempat untuk pertemuan.Jika dua pertemuan terakhir mereka di restoran dan cafe mewah, kali ini di ruangan hotel yang berbintang.“Apa kabar Jeng Cindy?” sapa salah satu temannya yang tergabung dalam genk Tante-tante sosialita itu.“Baik, kamu sendiri gimana Jeng Clara? Bisnis lancarkan?” sapa balik Cindy diiringi senyum ramahnya.“Ya begitulah, nggak bisa dibayangkan jika hari libur ini nggak kita nikmati dengan kumpul bareng seperti ini. Dalam seminggu sibuk di kantor, kemudian di rumah selalu bete dan bosan karena nggak ada perubahan sedikitpun suasananya,” jawab Clara.“Suamimu masih sibuk dengan pekerjaannya di luar negeri?” kembali Cindy bertanya.Terdengar tarik napas berat Clara “ Huuuuuf, terlalu sibuk mal
Cindy tak sempat turun dari mobilnya karena begitu ia tiba di depan kos-kosan Roy, Roy langsung menghampiri dan naik ke mobil mewah itu.“Kamu bisa nyetir Roy?” tanya Cindy saat mobil yang ia kemudikan sudah cukup jauh meninggalkan kos-kosan Roy.“Belum Tante,” jawab Roy diiringi senyumnya.“Kalau motor gimana?” tanya Cindy lagi.“Kalau motor aku bisa, Tante. Meskipun di desa aku nggak punya motor, tapi aku pernah belajar dan jalan bareng teman-teman,” jawab Roy lagi, Cindy nampak manggut-manggut saja.Tak terasa saat berkeliling Kota Jakarta, tadinya sore kini malam telah menjelang. Cindy merasa heran kenapa berjam-jam bersama Roy tak membuatnya bosan, justru sebaliknya ia merasa happy.Atau mungkin karena Roy sangat menyenangkan diajak ngobrol dengan sesekali bergurau? Atau karena sesuatu yang membuat Cindy betah berlama-lama bersamanya?Mobil sedan mewah yang dikemudikan Cindy sekarang berhenti di sebuah restoran, setelah memarkirkan di tempat parkir yang disediakan ia dan Roy pun
Karena tak ingin tampak tegang dan membuat Cindy malu, Roy berupaya untuk menyesuaikan diri. Tangan Roy digandeng hingga ke sebuah meja yang di sana terdapat kursi sofa, Roy pun ikut duduk di sana berbarengan wanita yang sejatinya merupakan atasannya di kantor itu.Cindy yang tahu Roy pasti tak pernah masuk ke dalam night club, maka dia yang mengambil peranan mulai dari membuka botol yang berisi minuman di atas meja hingga menuangkannya ke dalam gelas yang juga tersedia di atas meja itu.“Mari Roy, kita bersulang!” ajak Cindy, Roy pun mengangguk.Setelah mentos gelas yang telah berisi minuman mahal itu di tangan mereka, mereka pun meneguknya. Tentu saja Roy kembali merasa asing akan hal yang tak pernah ia lakukan termasuk meminum minuman botol yang dituangkan Cindy ke dalam gelas di tangannya itu, di samping rasanya baru kali pertama ia rasakan minuman itu juga mengandung alkohol meskipun dalam kadar rendah.“Cukup Tante, jangan tambah lagi!” pinta Roy ketika Cindy untuk kesekian kali
Ruangan kamar VIP yang dipesan Cindy memang luas dan tentu saja mewah kesannya, jangankan untuk dua orang untuk 3 pasangan sekaliguspun kamar itu masih memadai.Masalahnya di sini Roy tak menyangka jika Cindy hanya memesan satu kamar saja di hotel mewah itu, sementara Roy tentu saja merasa tak karuan dan tak tahu harus berkata maupun bertanya apa pada atasannya di kantor perusahaan itu.Dengan sungkan Roy yang diajak masuk ke kamar itu oleh Cindy mengekor di belakang, karena tak tahu harus bersikap apa Roy pun hanya mengitari pandangannya ke seluruh ruangan kamar yang ia masuki itu.Melihat sikapnya Roy bukan saja baru pertama kali masuk ke kamar hotel mewah, melainkan juga merasa risih berduaan dengan Cindy di kamar itu.“Sini Roy! Loh, kok malah bengong?” ajak Cindy duduk di kursi sofa yang juga tersedia di dalam kamar itu berjarak sekitar 4 meter dari ranjang dan bertaut dengan dinding.“I.. Iya Tante,” Roy tergagap lalu menghampiri Cindy yang lebih dulu duduk di sofa itu.“Kamar i