LOGINPagi harinya, ketika Julia membuka mata, ia menyingkirkan tangan besar Diego yang melingkari perutnya secara perlahan. Julia bermaksud membuat sarapan sebelum mereka berangkat bersama ke kantor.
Kaki Julia menapak di lantai yang berbalut karpet lembut. Ia mengambil ponselnya yang sudah terisi penuh. Ada beberapa pesan yang masuk, salah satunya dari Roxana. "Julia, maaf aku sedikit kaget... soal berita ini... karena ada nama dan fotomu," isi pesan dari Roxana, diikuti sebuah tautan. Julia mengerutkan dahi. Ia membuka tautan itu dan seketika darahnya berdesir dingin. Itu adalah berita utama yang menyoroti sisi gelap keluarga Rivas. Ada foto Laura/Karen Monroe, lengkap dengan judul bombastis yang mengaitkannya dengan Julia Rivas, "Asisten Pribadi Eksekutif CEO Torres International dan Laura Rivas dengan nama panggung Karen Monroe, pornstar dan skandal kartel di Mexico. Duo Rivas yang mengguncang." Jantung Julia berpacu kencang. Ia tidak takut padRestoran yang dipilih Pablo adalah Ramón Freixa Madrid, sebuah tempat berbintang Michelin yang terkenal akan eksklusivitas dan privasinya, sempurna untuk misi pencitraan Diego.Julia dan Diego duduk di meja yang posisinya strategis, memastikan mereka dapat dilihat, namun tetap memiliki aura terpisah dari keramaian.Suasana di antara mereka sangat terkontrol. Pelayan menyajikan hidangan dengan keheningan profesional.Berbeda dari kebiasaan, Diego memang menghindari topik pekerjaan, efisiensi, investasi, atau proyek. Namun, percakapan mereka tidak lantas menjadi romantis; itu tetap terstruktur dan analitis."Kamu cocok dengan gaun itu, Julia," komentar Diego saat menyesap air mineralnya. Ia merujuk pada kerah halter-neck yang menutupi leher Julia.Julia, yang sedang memotong hidangannya "Aku hanya menghilangkan masalah yang tidak perlu, Diego. Setelah apa yang Georgina lakukan.""Bagaimana perasaanmu setelah melihat ibumu, Carmen,
Di salah satu butik paling eksklusif di Madrid, Georgina sedang memilih gaun malam untuk acara amal yang baru saja ia bicarakan dengan Diego, meskipun acara itu belum mendapat lampu hijau, ia sudah bertekad untuk mempersiapkan diri.Ponselnya berdering. Itu adalah Pablo Reyes, asisten Diego. Georgina mengangkatnya dengan nada kesal."Ya, Pablo. Sudahkah Diego mengonfirmasi kehadirannya?"Suara Pablo terdengar profesional tanpa emosi. "Nona Georgina, Tuan Torres meminta saya menyampaikan permintaan maafnya untuk membatalkan makan malam yang dijadwalkan malam ini.""Membatalkan? Kenapa? Papa sudah mengatur semuanya!""Tuan Torres harus segera telekonfrence dengan Emilio Bellini mengenai konsolidasi investasi Proyek Ibiza tadi pagi dan perluasan ke proyek Barcelona. Ini adalah urusan mendesak yang tidak bisa ditunda," jelas Pablo, persis seperti yang diinstruksikan Diego.Georgina membanting gaun sutra yang sedang ia pegang ke sof
Kedatangan di Kantor Setibanya di Torres International, Diego dan Julia melangkah cepat menuju lift pribadi. Saat pintu lift terbuka di lantai eksekutif, mereka disambut oleh Paula, sekretaris utama Diego. Paula berdiri tegak, segera memberi hormat dengan anggukan formal. "Pagi, Tuan Torres. Pagi, Nona Rivas. Ada Nona Georgina menunggu di ruangan Tuan Torres." Julia tidak menunjukkan emosi. Matanya menyipit sedikit, mencerna informasi itu sebagai ancaman logistik yang harus segera diatasi. "Dia tahu jadwal penerbangan kita padat. Itu manuver yang boros waktu." Ia menatap Diego, siap menghadapi drama ini. "Kau bisa pergi, Paula," perintah Diego singkat. Ia menoleh ke Julia, memberikan tatapan yang tegas. "Ini adalah manuver teritorial yang diharapkan. Jangan biarkan dia menguras energimu, Carina. Kita baru saja menyelesaikan proyek Ibiza; aku tidak akan membiarkan tujuan kita dirusak oleh drama
Diego mendorong Julia perlahan hingga mereka tiba di sisi dinding cermin besar di ruang keluarga penthouse itu, di mana sebuah sofa chaise longue beludru besar menunggu. Cermin itu memantulkan pantulan mereka berdua, menambah intensitas momen. "Hasratmu tinggi sekali, Diego. Padahal semalam melakukan ritual itu di Madrid," "Cermin ini mengingatkanku pada tubuhmu yang meliuk erotis di atasku saat di walk-in closet, sayang," ungkapannya bernada cabul dengan suara yang dalam, Diego menurunkan ritsleting dress Julia dengan gerakan perlahan, membiarkan kain mahal itu meluncur jatuh ke lantai. "Itu membuatku bergairah. Jadi kita coba juga di sini untuk merayakannya." Diego mengangkat Julia, mendudukkannya di sandaran sofa chaise longue, dengan kaki Julia melingkari pinggangnya. Ini adalah gaya dominasi penuh kuasa. Diego menciumnya dengan ganas tangannya mencengkeram pinggul Julia, menegaskan kendali penuhnya. Julia merespons, menarik rambut Diego, menguba
Julia tersenyum dan mengecup singkat bibir Diego. "Jangan buang waktu, Diego. Kita harus menangkan taruhan ini."Tangan Julia bergerak cepat, membuka kemeja putih dan celana bahan Diego dengan gerakan tenang. Mata Diego memancarkan hasrat yang membara. Ia memandang wanitanya; gadis lembek yang dulu ia temui kini telah bertransformasi menjadi sosok yang sagat berbeda, dingin, efisien dan penuh inisiatif.Sikap dingin Julia yang dibentuk oleh Diego, kini menjadi cerminan keefektifan, seorang partner yang memahami bahwa cinta adalah komoditas, dan waktu adalah aset.Tanpa perlu di arah, Julia menarik Diego, memimpin langkah menuju sofa burgundy yang terletak di tengah walk-in closet-nya. Ruangan itu dikelilingi cermin besar dan rak-rak berisi tas, parfum, aksesories, perhiasaan berharga serta sepatu mahal, sebuah latar belakang yang sempurna untuk pengakuan status mereka.Dalam keheningan closet mewah itu, mereka bergerak bersama, melupakan ancaman G
"Emilio. Senang melihat Anda di sini. Dan Elena. Anda terlihat luar biasa malam ini." Diego menyapa. "Diego! Tentu saja. Acara ini tak akan lengkap tanpamu. Julia! Selalu menjadi wanita yang paling mencuri perhatian di ruangan ini." "Terima kasih, Emilio. Elena, kau benar-benar bersinar. Dan Tuan Ferrero." Balas Julia. "Kau ingat heavy metal di Tuscany, Diego? Aku hampir memesan koki itu untuk acara ini, tapi sayangnya ia sudah pindah ke Berlin." Elena berusaha mencari perhatian. "Sayang sekali. Kami datang ke sini untuk tujuan yang lebih efisien, Elena." "Emilio, kami baru saja tiba, tetapi Diego sudah sangat bersemangat ingin mengulas kemajuan Proyek Málaga dan membahas strategi konsolidasi yang kita sepakati. Bisakah kami mencuri Anda sebentar? Mungkin Tuan Ferrero bisa bergabung untuk memastikan semua detail legal berjalan lancar." Julia secara halus mengisolasi Elena dan secara implisit me







