Главная / Romansa / Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat / Bab 7. Harga Diri yang Kalah dengan Reaksi Tubuh yang Mengkhianati

Share

Bab 7. Harga Diri yang Kalah dengan Reaksi Tubuh yang Mengkhianati

Aвтор: White Rose
last update Последнее обновление: 2025-04-09 18:03:56

Keduanya terhanyut dalam sentuhan satu sama lain. Sentuhan panas, dan menggelitik yang menuntut untuk merasakan lebih dan lebih lagi.

Desahan tertahan, napas memburu, dan ketegangan yang mengalir di antara keduanya menjadi irama malam yang tak terelakkan. Aroma tubuh yang bercampur dengan napas hangat menciptakan ruang penuh gairah, seolah waktu berhenti berdetak hanya untuk mereka berdua.

Hingga ketika tangan hangat itu menyentuh bagian sensitif Alea, tubuh Alea menegang. Mata Alea terbuka, dan ia langsung menahan tangan Kael dengan cengkeraman yang gemetar.

Tatapan matanya menunjukkan, kalau dia ingin mundur. Dia tidak ingin meneruskannya. Sayangnya, tangannya di tepis begitu saja oleh Kael, dan pria itu berkata.

"Sayang, jika kamu ingin mundur. Ini sudah terlambat!" kata Kael dengan napas yang sudah begitu memburu, suaranya berat dan serak, dipenuhi hasrat yang tak lagi bisa dikendalikan.

Kedua tangan Alea dikunci di atas kepalanya oleh tangan Kael. Wajah Alea memerah, bukan hanya karena malu, tetapi karena perasaan yang campur aduk, antara ragu dan rasa ingin tahu yang menjeratnya lebih dalam. Kael tahu, wanita itu masih belum bisa dia taklukkan sepenuhnya. Tapi tidak masalah. Dia masih punya banyak waktu, untuk membuat Alea terjerat semakin dalam padanya, hingga tak bisa berpaling lagi.

Dengan lihai, Kael mencium setiap inci tubuh Alea. Setiap gerakan bibirnya begitu terukur. Sedikit gigitan, dan jilatan membuat Alea bergerak tak menentu. Sensasi yang memang tak pernah Alea rasakan sebelumnya, membuatnya terus terbawa ke arah di mana dia tidak akan bisa lagi membedakan mana yang salah dan benar. Setiap sentuhan membuatnya terbang, dan setiap desahan membuatnya semakin jatuh.

Hingga Kael sampai di titik, di mana Alea kembali membuka lebar matanya.

"Hahh... "

'Oh tidak!' batin Alea malu.

Alea mengeluarkan suara yang terdengar begitu meresahkan, napasnya seolah tercekat, dan tubuhnya menegang dengan sensasi yang membakar.

'Sial! Pria ini sangat lihai. Bagaimana dia membuatku tak berdaya seperti ini!' batin Alea.

Alea merutuki dirinya yang benar-benar tak bisa menolak apa pun yang Kael lakukan padanya. Kepalanya mendongak, menahan sensasi yang terus merayap naik, dan bibirnya tak kuasa menahan erangan lembut.

Kael masih asyik di bawah sana. Dia benar-benar ingin memberikan pengalaman tak terlupakan untuk Alea. Mungkin saja, bukan hanya untuk menyenangkan wanita itu, tetapi ada kepuasan tersendiri saat melihat Alea menyerah satu per satu pada godaan yang ia bangun perlahan.

Atau sebenarnya, dia ingin mempermainkan Alea. Supaya wanita yang sedang menggeliat tak karuan itu meminta padanya. Meminta, supaya Kael segera memasukinya. Bukan hanya tubuh, tapi seluruh dirinya.

"Eghhh..."

Alea semakin tak terkendali, dan di bawah sana, dia memang sudah sangat basah. Rasa gatal, panas, dan menggelitik membuatnya meremas kuat seprai yang ada di bawahnya. Jemarinya mencengkeram kain dengan kekuatan yang tak sadar ia keluarkan, seolah itu satu-satunya pegangan di tengah gelombang kenikmatan yang mengombangnya.

"Kael!" rintihnya.

Pria itu tersenyum menyeringai. Tapi dia tidak berhenti. Dia menggunakan lidahnya dengan sangat efisien, di bawah sana. Setiap gerakan terasa seperti siksaan yang manis, menggoda sekaligus menyiksa.

Alea bahkan sudah menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dia benar-benar tidak tahan. Rasa menggelitik dan gatal di bawah sana membuat tubuhnya semakin tak terkendali. Bahkan pikirannya pun mulai kabur, tak mampu membedakan apa yang seharusnya ia lakukan.

"Iya, sayang..." jawab Kael dengan nada rendah namun menggoda.

"Kael, tolong aku..." Alea sudah tak bisa mengendalikan pikirannya. Suaranya penuh dengan permohonan, tetapi juga diliputi ego yang masih enggan benar-benar menyerah.

Pria yang sejak sepuluh menit berada di antara dua pahanya itu sudah membuatnya sangat tersiksa. Kenikmatan itu bukan hanya fisik, tetapi juga menusuk ke dalam, mengguncang harga diri dan logika Alea.

Senyuman menyeringai Kael semakin lebar.

"Tolong kamu? Tolong apa, sayang?" tanya Kael masih mempermainkan Alea. Suaranya seperti bisikan yang mencabik-cabik keteguhan hati Alea.

Alea mengangkat kepalanya, dia melihat apa yang sedang Kael lakukan di bawah sana.

"Aku... aku..."

Namun, Alea tidak bisa meneruskan ucapannya. Ini masalah harga diri. Apa iya dia harus meminta Kael memasukinya? Itu benar-benar memalukan, bukan?

Alea kembali menurunkan kepalanya di atas kasur. Dia tidak mungkin mengatakan itu. Hatinya penuh gejolak. Antara gengsi yang menjerat dan hasrat yang menyiksa.

Kael tersenyum lagi. Sebenarnya, pria itu juga sudah sangat tidak sabar lagi. Seluruh tubuhnya bergetar oleh gairah yang menuntut pelampiasan. Tapi dia masih ingin sedikit bermain.

"Aku akan permudah. Panggil aku sayang, aku akan membantumu!" kata Kael dengan suara rendah menggoda.

"Sayang," ucap Alea dengan cepat, tanpa berpikir lebih jauh. Rasa malu tertelan oleh reaksi dan keinginan juga kebutuhan tubuh yang tak bisa dia abaikan.

Kael kembali mencium bibir Alea. Kata yang baru saja dikatakan Alea itu membuatnya terbakar. Dengan penuh gairah, Kael menyatukan dirinya dengan Alea. Gerakan mereka berpadu, seirama dan penuh ledakan emosi yang mengguncang.

Kael bukan pemain, dia juga hanya mengikuti alurnya saja. Mengikuti apa yang dia rasakan dalam tubuhnya, dalam dirinya. Alea bahkan wanita pertamanya.

Namun, meskipun begitu. Semua yang dilakukan oleh Kael, membuat wanita itu terbang melayang sampai lupa waktu.

Beberapa jam berlalu, Alea membuka matanya perlahan. Dia merasa seluruh tubuhnya sakit. Sungguh, aktivitas yang sangat menguras energi.

"Sayang."

Cup

Tiba-tiba Kael mengecup pipi Alea.

"Jam berapa sekarang?" tanya Alea sambil memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah sofa. Matanya masih belum terbuka semua, dia juga sangat lelah.

"Jam 3 pagi!"

"Apa???" pekik Alea dengan wajah panik. Dan mata yang langsung melotot lebar.

Sepertinya dia berada dalam masalah. Bagaimana bisa dia tidak pulang sampai jam tiga pagi? Apa alasan yang akan dia katakan pada orang tuanya? Segalanya menjadi kacau di kepalanya.

Alea terburu-buru memakai pakaiannya. Tatapannya gelisah, tangannya gemetar.

"Aku harus pergi. Ingat untuk mengisi daya ponselmu. Kirimkan rekeningmu besok padaku!" kata Alea yang langsung pergi dari ruangan itu tanpa sempat menoleh ke belakang.

Kael tampak mendengus pelan. Wajahnya tetap santai, namun matanya tajam mengamati kepergian Alea.

"Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkanmu membayar lunas. Karena aku tidak ingin melepaskanmu, Alea. Tidak akan pernah!"

To be continued...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 38. Alea Mulai Jengah

    Alea tertawa miring. Dia menatap Adrian dengan tidak senang."Pikirkan dulu kekasihmu dan calon masa depanmu yang ada di perutnya. Jika dia mendengar hal ini keluar dari mulutmu, aku yakin dia akan marah dan muntah darah!"Suasana pagi itu dingin dan mencekam, seolah udara pun enggan bersentuhan dengan ketegangan yang menggantung di antara mereka. Sorot mata Alea tajam, menusuk seperti pisau yang diasah dengan kemarahan dan kejengkelan yang lama dipendam.Alea mencoba menggertak Adrian. Tapi memang itu benar. Jika Larissa tahu, Adrian sedang merayu Alea, sudah pasti wanita itu akan kebakaran jenggot. Larissa bukan tipe perempuan yang bisa menelan pengkhianatan dengan senyuman.Yang calon istri Adrian, dan yang telah bertunangan dengan Adrian itu memang Alea. Tapi wanita yang merasa memiliki Adrian adalah Larissa. Sebuah ironi menyakitkan yang selama ini Alea coba telan dalam diam.Adrian, dengan segala pesona dan kebanggaannya, tidak pernah berubah. Mendengar ucapan Alea, dia hanya me

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 37. Nyaris Ketahuan

    Kael sama sekali tidak membiarkan Alea jauh darinya. Pria itu terus memeluknya erat, seolah takut kehilangan. Lengannya yang kekar menyelimuti tubuh Alea seperti perisai yang melindungi dari dunia luar. Helaan napasnya stabil dan hangat, menyapu lembut kulit Alea yang sudah berkeringat. Mereka telah melewati malam yang panas, penuh gairah, dan sentuhan yang tak terbendung. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali mereka larut dalam hasrat yang tak tertahan. Hingga akhirnya, tubuh mungil Alea menyerah pada kelelahan. Dia tertidur dalam pelukan Kael, dengan rambut acak-acakan menempel di pipinya yang masih merah karena sisa-sisa hasrat tadi malam.Kael menatap wajah Alea yang tertidur dengan damai. Dalam diam, ia menyentuh pipi Alea, mengusap perlahan dengan ibu jarinya. Wajahnya menyiratkan pergolakan batin yang dalam. Ada hal besar yang belum ia ungkapkan, sesuatu yang selama ini ia pendam sendiri. Dan malam itu, keyakinannya bulat untuk mengakhiri misteri itu."Aku sudah caritahu semua

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 36. Menjadi Simpanan

    Pada akhirnya, Alea harus kembali ke hotel. Kael menahannya cukup lama, sebelum dia bisa menghindar dari pria itu.Masalah yang sedang dia hadapi, bukan masalah ringan yang bisa dia selesaikan sendiri atau bahkan dengan bantuan Kael. Bukan Alea meremehkan Kael, tapi pria itu juga bukan seseorang yang bisa membantunya untuk keluar dari masalah keluarganya dan perusahaan ayahnya.Terlebih lagi, Alea tidak ingin Kael terlibat. Pikir Alea, Kael itu bekerja di klub malam, sebagai seorang pria penghibur. Pasti karena dia benar-benar sangat butuh uang. Mungkin ada masalah besar yang dia alami dalam hidupnya. Alea juga tidak mau menambah beban Kael. Alea pikir, dia hanya ingin bersenang-senang, sebelum kehidupannya akan berakhir di tangan Adrian. Menjadi istri yang hanya sebatas status, bahkan harus menerima anak haram Adrian itu sebagai anaknya.Langkah Alea terasa berat menyusuri lorong hotel yang tampak sepi. Cahaya lampu-lampu gantung berwarna kuning temaram menambah kesan sunyi dan dingi

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 35. Terjerat

    "Kondisinya tidak parah, lebih ke lelah sebenarnya daripada alergi atau semacamnya!" jelas dokter yang memeriksa Larissa.Larissa yang memang tidak bisa bahasa Prancis tampak terdiam dan memperhatikan ekspresi wajah Adrian. Ia mencoba membaca raut wajah kekasihnya itu, berharap bisa menangkap sedikit saja makna dari setiap kata yang diucapkan dokter. Namun semakin ia mencoba, semakin kabur semuanya.'Sial, aku tidak mengerti lagi apa yang dokter ini katakan!' batin Larissa, sambil menelan ludah. Ketidaktahuannya terhadap bahasa itu membuat kepalanya semakin pusing, entah karena kecemasan atau karena sugesti semata.Alea yang sejak tadi memperhatikan wajah Larissa yang tampak bingung, langsung menghampiri wanita itu. Tanpa perasaan bersalah, bahkan dengan nada ringan dan nada yang nyaris seperti bercanda, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Larissa lalu berbisik, "Ck, tidak disangka. Ternyata umurmu tinggal sebentar lagi."Suara lirih Alea itu terdengar seperti dentuman petir di telinga

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 34. Fitnah Larissa

    Mata Alea mencoba untuk tidak menoleh ke arah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara di depannya itu. Atau mungkin lebih tepatnya, Adrian yang menjadi bucin pada wanita yang sudah jelas-jelas hanya terpikat padanya karena uangnya itu. Tapi yang namanya bucin, Adrian sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas apa yang Alea dan Wulan, ibunya Adrian sendiri, lihat pada Larissa. Restoran mewah itu dipenuhi Kilauan cahaya yang terpantul dari lampu gantung kristal yang terkena sinar matahari dari luar, yang berkilau indah di atas kepala mereka. Aroma masakan kelas atas menguar samar dari dapur terbuka di sudut ruangan, diselingi suara piano lembut yang dimainkan live oleh seorang pria tua berjas putih. Tapi semua suasana itu tak mampu membuat hati Alea nyaman. Bahkan alunan musik romantis yang harusnya menenangkan, malah terasa seperti siksaan tambahan. Kedua orang itu sedang makan dengan begitu romantis. Adrian memotongkan daging untuk Larissa, dan Larissa memandang Adrian dengan sangat

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 33. Jadi Obat Nyamuk?

    Dan setelah semua kekesalan Alea, dia kembali harus dibuat darah tinggi dengan permintaan tidak masuk akal Adrian. "Aku tidak mau ikut!" ujar Alea kesal. Nada suaranya meninggi, penuh penolakan yang sudah tidak bisa ditawar. Matanya memancarkan amarah yang sudah berusaha ia tahan sejak tadi pagi. Sudah cukup hari ini dipenuhi kejengkelan dan kini Adrian datang dengan ide gila yang benar-benar membuat darahnya mendidih. Lagian ada-ada saja, masa iya Adrian jalan-jalan dengan Larissa, dia harus ikut. Yang ada dia jadi obat nyamuk. Mending jadi obat nyamuk saja? Larissa si genit itu pasti akan melakukan hal-hal yang membuatnya hipertensi nanti. Alea memeluk tubuhnya sendiri, menahan emosi. Pikirannya dipenuhi skenario menyebalkan. Dia bisa membayangkan Larissa akan merangkul Adrian setiap lima menit, tertawa genit, lalu memamerkan barang-barang yang dibelikan Adrian seperti sedang pamer trofi. Dan dia? Alea akan jadi saksi mata dari hubungan yang menurutnya menjijikkan. Namun, A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status