/ Romansa / Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat / Bab 8. Bahkan di Perusahaan pun Tidak Tenang

공유

Bab 8. Bahkan di Perusahaan pun Tidak Tenang

작가: White Rose
last update 최신 업데이트: 2025-04-10 21:25:21

Alea terus menerus memegang keningnya. Rasa sakit yang menusuk di pelipisnya seolah menjadi pengingat bahwa tubuhnya sedang memprotes kurangnya istirahat. Dia benar-benar kelelahan. Semalam, dia nyaris tidak tidur karena Kael. Dan pagi ini, dia harus menghadiri meeting yang dijadwalkan sangat pagi.

Matanya yang sembab dan wajahnya yang pucat tidak bisa menipu siapa pun. Akan tetapi, dia harus tetap bekerja. Apalagi, ini adalah proyek penting yang sudah ditanganinya selama beberapa minggu terakhir.

"Ku kira siapa? Ternyata calon nyonya Adrian ya? Sayangnya, hanya nama saja!"

Suara tinggi bernada sinis itu menusuk telinga Alea seperti paku berkarat yang ditancapkan paksa. Seorang wanita dengan blouse biru telur asin masuk ke dalam ruangan meeting dengan langkah percaya diri yang menyebalkan. Dia tidak datang sendirian, bibirnya melengkungkan senyum miring penuh provokasi.

Alea melirik sekilas. Wajahnya langsung berubah. Rasa sakit kepala yang tadinya hanya berdenyut pelan, kini seperti ditaburi lada panas.

‘Livia,’ pikirnya dalam hati, menahan geram.

Alea sama sekali tidak ingin meladeni wanita itu. Dia menarik napas panjang, berusaha menekan emosinya. Pandangannya kembali tertuju pada meja di hadapannya, seolah kehadiran Livia hanyalah debu yang tak pantas dilihat.

'Dasar Adrian brengsek!' rutuknya dalam hati. 'Dia bahkan mempekerjakan sepupu Larissa di perusahaan ayahku. Jika bukan karena perusahaan sedang membutuhkan bantuan paman Nicholas, aku pasti sudah menyiram kopi panas ini ke wajah Livia!'

Livia tampaknya tahu benar cara menyulut amarah seseorang. Dia berjalan dengan santai dan penuh percaya diri, lalu dengan sengaja memilih duduk berhadapan langsung dengan Alea. Seolah ingin memperjelas bahwa kehadirannya adalah bentuk tantangan.

Tak hanya itu, Livia bahkan menyuruh sekretaris pribadinya, Fiona, untuk duduk di sebelahnya. Wajah Fiona tampak kikuk, tapi dia menuruti perintah atasannya tanpa protes.

"Fiona, apa kamu mencium bau-bau orang yang akan makan hati setiap hari? Sungguh kasihan, panggilannya sih nggak salah-salah ya, nyonya. Sayangnya, bahkan dia tidak akan tinggal satu kamar dengan suaminya, ha ha ha. Kasihan sekali, kan?"

Tawa Livia terdengar nyaring dan menusuk. Sekretarisnya hanya tertawa kecil, lebih karena terpaksa daripada benar-benar lucu.

Alea masih diam. Dia tidak mengangkat wajah, tidak mengubah ekspresi. Dia terlalu lelah untuk membuang energi meladeni provokasi murahan seperti itu.

Namun, ketenangan bukan berarti kelemahan. Sesekali Alea mengalihkan pandangan ke cangkir kopi di hadapannya, menahan godaan untuk melemparkannya ke wajah Livia yang penuh ejekan.

"Teruslah berkicau, pasti tadi pagi kamu sarapan kroto kan?" balas Alea dengan nada datar tapi dingin, membuat tawa Livia langsung terhenti.

Wajah wanita itu seketika memerah karena marah. Tangannya menghantam meja dengan keras.

Brakk!

"Kamu..."

Suasana yang semula sunyi mendadak tegang, tapi sebelum Livia bisa melanjutkan, suara lain terdengar dari arah pintu.

"Selamat pagi! Kalian sudah datang rupanya!" sapa Pak Arman, wakil presiden direktur perusahaan dan juga orang kepercayaan ayah Alea.

Livia sontak berubah. Seperti pemain drama yang piawai, dia segera menghapus kemarahan dari wajahnya. Senyum ramah terpulas begitu lembut, seolah tadi dia tidak berteriak di ruangan ini.

"Selamat pagi, Pak Arman," ucap Livia dengan suara halus dan sangat sopan.

Alea hanya bisa menahan rasa ingin muntah yang tiba-tiba muncul di kerongkongannya.

'Uekk! Menjijikkan. Barusan dia nyaris mengamuk seperti nenek lampir. Kenapa sekarang dia berubah jadi putri salju. Dih!' gerutunya dalam hati.

Pak Arman berjalan ke arah mereka, lalu menatap Alea yang masih tampak memegang kepalanya.

"Alea, kamu baik-baik saja?" tanyanya penuh perhatian.

Alea mencoba tersenyum, meski senyumnya terasa kaku.

"Baik, Pak Arman," jawabnya pelan.

"Baiklah kalau begitu," ujar Pak Arman sambil duduk. "Kalian dipanggil kemari karena aku ingin membicarakan masalah lokakarya yang akan diselenggarakan perusahaan kita. Acara ini sangat berpengaruh bagi citra perusahaan. Tadinya proyek ini akan diserahkan pada Alea. Namun, atas permintaan Tuan Adrian, proyek ini harus diberikan pada Livia."

Perkataan itu menghentak Alea seperti pukulan keras di dada.

"Pak Arman, kenapa begitu?" tanyanya dengan alis terangkat.

Livia langsung menyambar, tak membuang kesempatan untuk menusuk lebih dalam.

"Apalagi? Tentu karena kamu dianggap tidak mampu!" katanya sinis. Wajahnya dipenuhi rasa puas.

Alea mengepalkan tangannya di bawah meja. Rasanya dia benar-benar ingin menjambak rambut keriting Livia yang menjuntai seperti sosis gantung itu. Tapi dia menahan diri. Matanya hanya menatap lurus, tajam.

Pak Arman mengangkat tangannya, menenangkan suasana.

"Tenang dulu, Alea. Aku juga bilang begitu pada Pak Adrian. Kamu sudah memegang proyek ini setengah bulan, tentu sudah banyak yang kamu persiapkan. Makanya, atas perundingan beberapa petinggi perusahaan, diputuskan, siapapun di antara kalian yang bisa mendapatkan izin untuk memakai Sunrise Resort sebagai lokasi lokakarya, maka proyek itu akan jatuh ke tangannya."

Alea mengerutkan kening. Nama Sunrise Resort terdengar asing di telinganya. Dia bahkan belum pernah menginjakkan kaki di sana.

Berbeda dengan Alea, Livia tampak sangat yakin.

"Baik, Pak Arman. Aku pasti dapatkan kerja sama dengan pemilik Sunrise Resort itu."

"Memangnya kamu tahu siapa pemiliknya?" tanya Alea menyela, nadanya datar namun penuh sindiran.

Livia menatapnya dengan remeh, sangat remeh.

"Memangnya kenapa kalau belum tahu. Aku akan berusaha. Memangnya kamu yang hanya mengandalkan koneksi untuk sampai ke posisimu sekarang?"

Sindirannya jelas, dan kali ini benar-benar mengenai sasaran. Alea menunduk sejenak. Tak bisa dipungkiri, dia memang berada di perusahaan ini karena nama belakangnya.

Namun, dia juga tahu betapa keras usahanya untuk membuktikan bahwa dirinya bukan hanya anak bos.

"Bagaimana denganmu, Alea?" tanya Pak Arman.

Alea mengangguk pelan.

"Baik, Pak. Aku setuju."

"Baiklah, kalian punya waktu tiga hari ya..."

"Hah?"

"Apa?"

Keduanya serempak bersuara. Ekspresi wajah mereka seolah tak percaya.

Pak Arman terkekeh melihat reaksi mereka.

"Jangan kaget begitu! Aku percaya kalian bisa. Semangat ya!" ujarnya sebelum pergi dari ruangan, meninggalkan dua wanita dengan wajah berbeda. Yang satu bingung, dan yang satu penuh ambisi.

Alea kembali memegang kepalanya. Kali ini lebih keras. Tiga hari? Bahkan dia belum tahu siapa pemilik Sunrise Resort. Apa yang harus dia lakukan?

Livia pun terlihat gelisah. Tapi kemudian wajahnya menegang dan seolah menemukan ide.

'Aku harus cari bantuan... ah, aku tahu. Aku akan minta bantuan Larissa. Dia bisa membujuk Adrian untuk mencari tahu siapa pemilik Sunrise Resort dan membantuku mendapatkan kerja sama dengannya,' pikir Livia penuh keyakinan. Dia langsung berdiri dan buru-buru keluar ruangan.

Alea masih terduduk di kursinya, pijatan di keningnya semakin kuat. Ia memejamkan mata, berusaha menjernihkan pikiran. Tapi sulit, dengan kepala yang berat dan perut yang belum sempat terisi sejak pagi.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nada dering yang tidak asing. Dia melirik layar ponselnya dan mendengus pelan.

"Kenapa dia menelpon saat seperti ini sih?" gumamnya, kesal.

Nada dering terus berbunyi. Dengan malas, Alea akhirnya menjawab panggilan itu.

"Halo."

[Sayang..]

"Jangan panggil aku seperti itu!" sela Alea, nada suaranya naik satu oktaf.

[Lalu aku harus panggil apa? Honey?]

Alea kembali mendecak kesal.

"Panggil saja Alea, namaku sangat bagus. Ada apa?"

Kael terkekeh di seberang sana.

[Alea, aku mau beli apartemen]

"Apa?" balas Alea cepat, kali ini dengan alis yang terangkat tinggi dan perasaan yang makin kusut.

To be continued...

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 38. Alea Mulai Jengah

    Alea tertawa miring. Dia menatap Adrian dengan tidak senang."Pikirkan dulu kekasihmu dan calon masa depanmu yang ada di perutnya. Jika dia mendengar hal ini keluar dari mulutmu, aku yakin dia akan marah dan muntah darah!"Suasana pagi itu dingin dan mencekam, seolah udara pun enggan bersentuhan dengan ketegangan yang menggantung di antara mereka. Sorot mata Alea tajam, menusuk seperti pisau yang diasah dengan kemarahan dan kejengkelan yang lama dipendam.Alea mencoba menggertak Adrian. Tapi memang itu benar. Jika Larissa tahu, Adrian sedang merayu Alea, sudah pasti wanita itu akan kebakaran jenggot. Larissa bukan tipe perempuan yang bisa menelan pengkhianatan dengan senyuman.Yang calon istri Adrian, dan yang telah bertunangan dengan Adrian itu memang Alea. Tapi wanita yang merasa memiliki Adrian adalah Larissa. Sebuah ironi menyakitkan yang selama ini Alea coba telan dalam diam.Adrian, dengan segala pesona dan kebanggaannya, tidak pernah berubah. Mendengar ucapan Alea, dia hanya me

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 37. Nyaris Ketahuan

    Kael sama sekali tidak membiarkan Alea jauh darinya. Pria itu terus memeluknya erat, seolah takut kehilangan. Lengannya yang kekar menyelimuti tubuh Alea seperti perisai yang melindungi dari dunia luar. Helaan napasnya stabil dan hangat, menyapu lembut kulit Alea yang sudah berkeringat. Mereka telah melewati malam yang panas, penuh gairah, dan sentuhan yang tak terbendung. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali mereka larut dalam hasrat yang tak tertahan. Hingga akhirnya, tubuh mungil Alea menyerah pada kelelahan. Dia tertidur dalam pelukan Kael, dengan rambut acak-acakan menempel di pipinya yang masih merah karena sisa-sisa hasrat tadi malam.Kael menatap wajah Alea yang tertidur dengan damai. Dalam diam, ia menyentuh pipi Alea, mengusap perlahan dengan ibu jarinya. Wajahnya menyiratkan pergolakan batin yang dalam. Ada hal besar yang belum ia ungkapkan, sesuatu yang selama ini ia pendam sendiri. Dan malam itu, keyakinannya bulat untuk mengakhiri misteri itu."Aku sudah caritahu semua

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 36. Menjadi Simpanan

    Pada akhirnya, Alea harus kembali ke hotel. Kael menahannya cukup lama, sebelum dia bisa menghindar dari pria itu.Masalah yang sedang dia hadapi, bukan masalah ringan yang bisa dia selesaikan sendiri atau bahkan dengan bantuan Kael. Bukan Alea meremehkan Kael, tapi pria itu juga bukan seseorang yang bisa membantunya untuk keluar dari masalah keluarganya dan perusahaan ayahnya.Terlebih lagi, Alea tidak ingin Kael terlibat. Pikir Alea, Kael itu bekerja di klub malam, sebagai seorang pria penghibur. Pasti karena dia benar-benar sangat butuh uang. Mungkin ada masalah besar yang dia alami dalam hidupnya. Alea juga tidak mau menambah beban Kael. Alea pikir, dia hanya ingin bersenang-senang, sebelum kehidupannya akan berakhir di tangan Adrian. Menjadi istri yang hanya sebatas status, bahkan harus menerima anak haram Adrian itu sebagai anaknya.Langkah Alea terasa berat menyusuri lorong hotel yang tampak sepi. Cahaya lampu-lampu gantung berwarna kuning temaram menambah kesan sunyi dan dingi

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 35. Terjerat

    "Kondisinya tidak parah, lebih ke lelah sebenarnya daripada alergi atau semacamnya!" jelas dokter yang memeriksa Larissa.Larissa yang memang tidak bisa bahasa Prancis tampak terdiam dan memperhatikan ekspresi wajah Adrian. Ia mencoba membaca raut wajah kekasihnya itu, berharap bisa menangkap sedikit saja makna dari setiap kata yang diucapkan dokter. Namun semakin ia mencoba, semakin kabur semuanya.'Sial, aku tidak mengerti lagi apa yang dokter ini katakan!' batin Larissa, sambil menelan ludah. Ketidaktahuannya terhadap bahasa itu membuat kepalanya semakin pusing, entah karena kecemasan atau karena sugesti semata.Alea yang sejak tadi memperhatikan wajah Larissa yang tampak bingung, langsung menghampiri wanita itu. Tanpa perasaan bersalah, bahkan dengan nada ringan dan nada yang nyaris seperti bercanda, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Larissa lalu berbisik, "Ck, tidak disangka. Ternyata umurmu tinggal sebentar lagi."Suara lirih Alea itu terdengar seperti dentuman petir di telinga

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 34. Fitnah Larissa

    Mata Alea mencoba untuk tidak menoleh ke arah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara di depannya itu. Atau mungkin lebih tepatnya, Adrian yang menjadi bucin pada wanita yang sudah jelas-jelas hanya terpikat padanya karena uangnya itu. Tapi yang namanya bucin, Adrian sama sekali tidak bisa melihat dengan jelas apa yang Alea dan Wulan, ibunya Adrian sendiri, lihat pada Larissa. Restoran mewah itu dipenuhi Kilauan cahaya yang terpantul dari lampu gantung kristal yang terkena sinar matahari dari luar, yang berkilau indah di atas kepala mereka. Aroma masakan kelas atas menguar samar dari dapur terbuka di sudut ruangan, diselingi suara piano lembut yang dimainkan live oleh seorang pria tua berjas putih. Tapi semua suasana itu tak mampu membuat hati Alea nyaman. Bahkan alunan musik romantis yang harusnya menenangkan, malah terasa seperti siksaan tambahan. Kedua orang itu sedang makan dengan begitu romantis. Adrian memotongkan daging untuk Larissa, dan Larissa memandang Adrian dengan sangat

  • Simpananku itu Ternyata Tuan Terhormat    Bab 33. Jadi Obat Nyamuk?

    Dan setelah semua kekesalan Alea, dia kembali harus dibuat darah tinggi dengan permintaan tidak masuk akal Adrian. "Aku tidak mau ikut!" ujar Alea kesal. Nada suaranya meninggi, penuh penolakan yang sudah tidak bisa ditawar. Matanya memancarkan amarah yang sudah berusaha ia tahan sejak tadi pagi. Sudah cukup hari ini dipenuhi kejengkelan dan kini Adrian datang dengan ide gila yang benar-benar membuat darahnya mendidih. Lagian ada-ada saja, masa iya Adrian jalan-jalan dengan Larissa, dia harus ikut. Yang ada dia jadi obat nyamuk. Mending jadi obat nyamuk saja? Larissa si genit itu pasti akan melakukan hal-hal yang membuatnya hipertensi nanti. Alea memeluk tubuhnya sendiri, menahan emosi. Pikirannya dipenuhi skenario menyebalkan. Dia bisa membayangkan Larissa akan merangkul Adrian setiap lima menit, tertawa genit, lalu memamerkan barang-barang yang dibelikan Adrian seperti sedang pamer trofi. Dan dia? Alea akan jadi saksi mata dari hubungan yang menurutnya menjijikkan. Namun, A

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status