Share

Episode 44: Dan Akhirnya Cita-Cita Kita Semuanya Hanyalah Membutakan Kita.

Episode 44: Dan Akhirnya Cita-Cita Kita Semuanya Hanyalah Membutakan Kita.

Sore hari, pukul 17:33. Udara kian dingin seiring salju yang turun kian padat. Namun remaja berjaket hoodie kelabu itu masih termenung dalam lamunan kontemplatif.

Lima jam lebih ia di sana bagaikan patung lumutan.

Ini jadi pengalaman pertama hidupnya yang paling nyeleneh, agak menyayat hati, pun membingungkan. Tanpa sukacita, tanpa dukacita.

Ya, tidak bisa ditampik, pikirannya melayang-layang seperti meraba-raba adakah mentalnya terguncang?

Apakah kehampaan itu mengartikan suatu hal?

Atau semua yang telah terjadi tidak berarti, sebagaimana tawaran bantuannya yang tidak berguna?

“....”

***

***

***

“Jadi Aira memilih mati?”

Secara tiba-tiba suara itu muncul dari samping kiri Kael. Mencemari segala yang Kael lamunkan. Tanpa perlu melihat sosok pemilik suara, dia tahu, tidak lain itu adalah Eriel De Atria.

Itu tidak mengejutkan Kael, hanya saja, mengingatkannya pada apa yang Eriel ambisikan; mewujudkan cita-ci
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status