"Akhirnya, yang aku tunggu-tunggu datang juga," kata Arthur dengan penuh semangat.
"Tuan Ben, apa kabar? Anda terlihat semakin tampan, dan jam tangan Anda menarik perhatian saya. Apakah itu jam tangan baru dari J?" Manajer yang baru saja tiba dengan cepat menyanjung Ben.
Terlebih lagi, kamar yang telah dipesan Ben sejak lama bukanlah kamar biasa. Kamar itu hanya bisa dipesan oleh pemegang kartu VVIP di tempat itu, dan para pemegang kartu VVIP itu juga membutuhkan waktu untuk memesan tempat tersebut.
Mendengar pujian dari sang Manajer, Ben merasa sangat senang. "Max, matamu sangat tahu barang bagus. Memang benar bahwa jam ini adalah edisi khusus karena saya tidak ingin sembarang orang bisa mengenakan apa yang saya kenakan."
"Kamu memang sangat layak mengenakan produk langka seperti ini. Oh ya saya lupa, apakah ada yang salah sampai Tuan Ben, repot-repot memanggil saya? Apakah pelayanan kami ada yang kurang? Tolong beritahu saya. Saya berjanji akan memberikan pelayanan yang terbaik." Max teringat tujuan utamanya berada di sana.
"Tidak, pelayan di sini juga sangat baik. Anggur yang disiapkan juga sangat lezat, seperti biasa." Ben menjawab sambil menyesap wine yang sudah tersedia di ruangan itu. "Tapi aku tidak menyangka kalau tempat senyaman ini bisa diakui sebagai miliknya oleh sembarang orang."
"Jadi maksudmu ada orang gila yang mengklaim tempat ini sebagai miliknya?" balas Max dengan nada mengejek karena selama tiga tahun bekerja di sana, Max tahu kalau bosnya sedang tidak berada di kota tersebut.
"Anda benar, Manajer; orang itu mengatakan bahwa klub ini adalah miliknya, dan mengapa keamanan Anda begitu rendah hingga membiarkan gelandangan seperti dia masuk ke sini?" ujar Jack dengan cepat.
Jack dan yang lainnya tidak sabar untuk melihat adegan di mana Nelson akan dipermalukan oleh Manajer klub.
"Aku hanya ingin memastikan kepadamu bahwa pemilik klub ini bukan dia, kan?" Kata Ben sambil menunjuk Nelson, yang terdiam.
"Dia? Hei, Tuan, apakah Anda sudah gila? Tidakkah Anda menyadari bahwa pakaian yang Anda kenakan sendiri lebih rendah daripada yang digunakan pelayan di sini sebagai kain lap? Jadi, Anda tidak seharusnya membuat klaim apa pun," kata Max dengan kasar, secara langsung menghina Nelson, yang berani mengklaim tempat itu miliknya.
"Tuan-tuan benar. Keamanan tempat ini sepertinya harus ditingkatkan lagi agar orang gila tidak seenaknya masuk dan mengatakan hal yang tidak-tidak." Max terus mengkritik Nelson.
Melihat sang Manajer begitu sering memaki-makinya, Nelson mulai ragu apakah dia berada di tempat yang salah. Namun, Nelson yakin bahwa sistem tidak akan membohonginya.
"Sistem, tolonglah saya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa!" umpat Nelson dalam hati karena sejak kedatangan mantan rekan kerjanya itu, sistem tidak menanggapi perkataannya.
"Jadi apalagi yang kamu tunggu, Max? Cepat bawa orang ini keluar agar selera makan Tuan Ben tidak terganggu!" Jack dengan bersemangat mengusir Nelson, meskipun dialah yang menarik pria itu ke dalam ruangan khusus bersama dirinya dan teman-temannya.
"Pak Ben, tenang saja, saya akan mengurusnya dengan cepat." Max dengan cepat berjalan ke arah Nelson, tetapi ponselnya tiba-tiba berdering sebelum dia sempat menyeret tubuh Nelson.
"Ya, halo, ada apa?"
"Apa?! Sejak 2 jam yang lalu pemilik klub ini sudah berganti? Kenapa kau tidak memberitahuku? Cepat kirimkan profil pemilik baru kita sekarang juga!"
Kata-kata Max membuat keempat orang di ruangan itu seketika merasa ngeri.
"Pemilik baru? Jangan bilang?" kata Marcell dengan suara pelan, tapi semua orang bisa mendengarnya.
"Mengapa Anda melihat saya, Pak Manajer? Tidakkah Anda ingin melihat siapa pemilik baru klub ini?" Nelson berkata dengan nada sombong. Pria itu segera melipat tangannya di dadanya dan menatap semua orang dengan jijik.
"Ck, apa yang harus kamu takutkan, Max? Dia hanya seorang pria malang yang baru saja kehilangan pekerjaannya. Jadi jangan takut," kata Ben dengan cepat, karena dia tahu orang miskin seperti Nelson tidak akan tiba-tiba menjadi kaya dalam semalam.
"Hahaha, Anda benar, Pak Ben," jawab Max sambil tertawa lega saat menyadari bahwa orang miskin di hadapannya mungkin hanya mencoba mengecohnya.
Setelah itu, Max segera membaca profil yang diberikan temannya.
"T-tuan Nelson Kade?" tanya Max dengan gemetar setelah memastikan profil siapa yang baru saja ia baca.
"Perkenalkan saya, Nelson Kade. Apakah Anda tahu siapa saya, Tuan Max?" jawab Nelson dengan nada dingin.
Menyadari kesalahannya, Max segera berlutut di hadapan Nelson.
"Pak Nelson, maafkan saya, maafkan saya karena tidak mengenali Anda. Tolong maafkan saya!" Max segera memohon maaf kepada bos barunya.
"Tuan Max, Anda mungkin telah melakukan kesalahan. Dia hanya orang miskin yang akan diceraikan oleh istrinya, dan selama ini dia tidak punya uang." Melihat apa yang dilakukan oleh manajer klub, Arthur merasa tidak nyaman dan mencoba meyakinkan Max bahwa dia mungkin telah mengenali orang yang salah.
"Diam, brengsek, dimana sopan santunmu terhadap pemilik klub malam yang megah ini?!" Max membentak Arthur.
Nelson yang melihat drama konyol tersebut hanya tersenyum sinis tanpa mengatakan apapun.
"Tuan Nelson, maafkan saya, jangan dengarkan mereka. Saya akan melakukan apa saja, tapi tolong jangan pecat saya!" Max kembali memohon kepada Nelson.
"Mengapa kau mengemis pada gelandangan seperti saya?" tanya Nelson dengan nada dingin, membuat Max semakin merasa tertekan.
"Maafkan saya, Pak, saya tahu saya salah. Tolong maafkan saya. Saya akan melakukan apa saja untuk meredakan kemarahan Anda." Max, tentu saja terus membujuk Nelson untuk tidak memecatnya.
"Anda benar-benar akan melakukan apa pun yang saya minta?" Nelson berkata sambil duduk di kursi di dekatnya.
Mendengar pertanyaan dari atasannya, Max menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Saya akan melakukan apa pun yang Anda minta, Pak!"
"Menggonggonglah seperti anjing yang baik," jawab Nelson sinis.
"Tentu saja, aku sedang bersenang-senang dengan para gadis milikku, dan siapa Anda? Ah, Tuan Nelson?" ujar Derrick dengan nada terkejut karena tidak menyangka bos barunya datang tiba-tiba."Jadi begini sikap anda di belakang saya?" tanya Nelson sambil melipat tangan di depan dada dengan sombong."Maafkan saya, Pak, saya tidak bermaksud seperti itu." Derrick dengan cepat memohon maaf kepada Nelson."Kamu terlalu berisik. Saya tidak peduli dengan hal itu karena saya ingin penjelasan Anda tentang semua yang tertulis di sini!" Nelson berkata sambil berjalan ke kursinya, menunjuk berkas di atas mejanya."Apa maksud Anda, Pak?" jawab Derrick dengan nada pura-pura tidak tahu."Kamu tidak boleh bertingkah seperti orang bodoh. Kemana semua uang korupsi itu pergi? Jangan bilang ada puluhan piring dan gelas yang pecah setiap hari, Jangan bilang kalau membersihkan lantai klub menghabiskan biaya Rp.300.000.000.000, per tahun!" Nelson yang marah langsung melemparkan berkas-berkas itu ke wajah Derri
Sistem menjawab dengan cepat, membuat Nelson hanya bisa mengerutkan kening.Eryn yang melihat perubahan pada bosnya merasa firasat yang tidak enak, gadis itu tidak ingin dimarahi di malam hari seperti ini oleh bos barunya."Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Nelson sambil menutup berkas-berkas dengan kesal."Maaf, Pak, saya baru bekerja sebulan," jawab Eryn dengan cepat; gadis itu merasa bos barunya itu menakutkan, meski awalnya terlihat tidak berbahaya."Anak baru? Tapi sudah disuruh menghadap saya? Apa mereka meremehkan saya?" geram Nelson dengan kesal."Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu, tapi Pak Derrick sedang berada di luar kota dan tidak bisa dihubungi." Eryn menundukkan kepalanya dalam-dalam, takut kalau-kalau Nelson akan marah padanya."Keluar kota tanpa izin? Wow, apa ini perusahaan Nenek moyangnya? Aku tidak mau tahu, kau hubungi dia sekarang juga, bagaimanapun caranya. Dan jangan lupa, hubungi tim auditor. Saya harap mereka semua berada di ruan
“Kalau begitu, jilat sepatuku, dan setelah itu, bersihkan semua toilet di klub ini!”Mendengar kata-kata Nelson yang tidak sopan, Ben tidak lagi dapat menahan amarahnya lebih lama lagi, dan pria itu segera bangkit menatap tajam ke arah Nelson.“Brengsek, kamu orang yang tidak tahu diri!” Ben menggeram, ingin menyerang Nelson, tetapi para pengawal dengan cepat menahannya.“Kau adalah lelaki bajingan yang tidak pantas dihormati!” kata Ben sambil terus meneriakkan umpatan pada Nelson."Hei, apakah kau gila? Kau bisa menganiaya orang lain, lalu kenapa orang lain tidak bisa membalasnya?" Nelson membalas dengan nada dingin. Pria itu pun menghampiri Ben, yang ditahan oleh pengawalnya.“Kau?!” Ben berteriak semakin marah.Muak dengan kelakuan Ben yang tak kunjung menyadari kesalahannya, Nelson akhirnya menyerahkan tugas menyadarkan Ben kepada pengawalnya. “Lakukan tugas kalian dengan baik, buat dia sekarat, tapi jangan bunuh dia karena kematian adalah sesuatu yang tidak pantas dia dapatkan.”
"Guk... guk... guk..." Max dengan cepat melakukan apa yang diperintahkan Nelson. Tidak hanya menggonggong seperti anjing, Max juga berlutut dan menggoyangkan pantatnya seperti anjing.Melihat pemandangan mengerikan itu, tentu saja, keempat pria lain yang telah menggertak dan menghina Nelson langsung merasakan ketakutan dalam hati mereka."Berbaliklah," kata Nelson sambil tertawa geli saat memberikan perintahnya. Max yang mendengar perintah bosnya langsung melakukan apa yang diminta Nelson."Hahaha, anjing pintar." Nelson tertawa puas, sementara Ben yang melihatnya merasa malu. Pria itu memutuskan untuk menyelinap keluar dari ruangan, tapi Nelson menyadarinya."Anjing yang baik, tolong panggil lima pengawal ke luar dan kunci pintunya agar tidak ada yang kabur." Nelson memberikan perintah dengan dingin, membuat keempat pria itu berpikir untuk melarikan diri dengan lebih ketakutan."Kalian keluar dengan posisi merangkak, jangan berdiri karena kalian adalah anjing, bukan manusia!" Nelson
"Akhirnya, yang aku tunggu-tunggu datang juga," kata Arthur dengan penuh semangat."Tuan Ben, apa kabar? Anda terlihat semakin tampan, dan jam tangan Anda menarik perhatian saya. Apakah itu jam tangan baru dari J?" Manajer yang baru saja tiba dengan cepat menyanjung Ben.Terlebih lagi, kamar yang telah dipesan Ben sejak lama bukanlah kamar biasa. Kamar itu hanya bisa dipesan oleh pemegang kartu VVIP di tempat itu, dan para pemegang kartu VVIP itu juga membutuhkan waktu untuk memesan tempat tersebut.Mendengar pujian dari sang Manajer, Ben merasa sangat senang. "Max, matamu sangat tahu barang bagus. Memang benar bahwa jam ini adalah edisi khusus karena saya tidak ingin sembarang orang bisa mengenakan apa yang saya kenakan.""Kamu memang sangat layak mengenakan produk langka seperti ini. Oh ya saya lupa, apakah ada yang salah sampai Tuan Ben, repot-repot memanggil saya? Apakah pelayanan kami ada yang kurang? Tolong beritahu saya. Saya berjanji akan memberikan pelayanan yang terbaik." Ma
"Tidak, kau tidak boleh kejam seperti itu kepadaku. Sekarang kau dan aku terikat, kita itu satu jadi jangan mengancamku!" keluh Nelson dengan cepat.Sistem hanya diam saja mendengarkan protesan dari Nelson."Okelah, aku menerima poin tersebut, tetapi apakah kau tahu kenapa aku berubah dengan cepat? Hanya perlu waktu 1,5 tahun bagiku untuk berubah menjadi babi seperti ini!" gerutu Nelson.[Host yang akan mencari tahu jawabannya]Mendengar sistem yang tidak memberikan jawaban yang ia inginkan, Nelson hanya bisa berdecak kesal. "Ck, kau sungguh membosankan tetapi bisakah kau membuat sakit ditangan dan dikaki ku berkurang? Aku tidak bisa bergerak dengan leluasa bila seperti ini.[Memindai, kesehatan terdeteksi…][Aku hanya bisa memberikanmu 5% nilai kesehatan, kini kau bisa bergerak dengan bebas tetapi ingat jangan melakukan hal yang akan membuat tubuh Host berbahaya karena aku hanya menghilangkan rasa sakit Host tidak bisa menyehatkan tubuh Host begitu saja]"Ini sudah lebih dari cukup!"