LOGIN"Tidak, kau tidak boleh kejam seperti itu kepadaku. Sekarang kau dan aku terikat, kita itu satu jadi jangan mengancamku!" keluh Nelson dengan cepat.
Sistem hanya diam saja mendengarkan protesan dari Nelson.
"Okelah, aku menerima poin tersebut, tetapi apakah kau tahu kenapa aku berubah dengan cepat? Hanya perlu waktu 1,5 tahun bagiku untuk berubah menjadi babi seperti ini!" gerutu Nelson.
[Host yang akan mencari tahu jawabannya]
Mendengar sistem yang tidak memberikan jawaban yang ia inginkan, Nelson hanya bisa berdecak kesal. "Ck, kau sungguh membosankan tetapi bisakah kau membuat sakit ditangan dan dikaki ku berkurang? Aku tidak bisa bergerak dengan leluasa bila seperti ini.
[Memindai, kesehatan terdeteksi…]
[Aku hanya bisa memberikanmu 5% nilai kesehatan, kini kau bisa bergerak dengan bebas tetapi ingat jangan melakukan hal yang akan membuat tubuh Host berbahaya karena aku hanya menghilangkan rasa sakit Host tidak bisa menyehatkan tubuh Host begitu saja]
"Ini sudah lebih dari cukup!" Nelson berkata dengan semangat dan mulai menggerakkan lembut tangannya secara perlahan dan benar saja sakit di tangannya sudah mulai menghilang begitu saja.
"Ah akhirnya aku bisa berjalan seperti ini," ucap Nelson takjub karena saat ini ia sudah mulai berdiri dengan kedua kakinya karena tadi dokter sempat mengatakan kepadanya, bahwa kakinya cukup lemah dan beberapa saat ia harus menggunakan kursi roda terlebih dahulu.
"Bekas lukanya masih ada, tetapi tidak masalah," lanjut Nelson sambil bercermin di kaca kecil yang ada di kamar inapnya.
[Bekas luka akan hilang seiring waktu dengan nilai kesehatan yang bertambah]
"Bagus," gumam Nelson dengan nada bahagia.
Nelson pun langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit dan sudah dapat sebuah mobil yang sudah menunggunya dan akan mengantarkannya ke club malam miliknya.
**
"Wow club malam semewah ini akan menjadi milikku?" ujar Nelson kagum setelah melewati pemeriksaan keamanan, lelaki itu bisa memasuki club miliknya.
"Hei, apakah kalian mengundang orang lain?" tanya pria bernama Jack sambil melihat ke arah Nelson yang saat ini terlihat berdiri tak jauh dari tempat duduknya dan teman-temannya.
"Orang lain siapa? Bukannya hanya ada kita berlima disini dan kita hanya perlu menunggu Ben untuk membuka kamar khusus?" jawab pria lainnya dengan nada bingung, tetapi Jack dengan cepat menunjukkan jarinya ke arah Nelson.
"Shit, apa keberanian pria miskin itu ada disini?" jawab Marcell, pria yang menjawab pertanyaan Jack tadi.
"Kau benar, lebih baik kita hampiri saja dia karena aku yakin mungkin dia kesini karena tidak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya, jadi pria bodoh itu memutuskan untuk menjadi pelayan disini."
Perkataan dari Marcell tersebut sontak saja membuat rekannya tertawa. Kini kelima lelaki itu pun berjalan mendekat ke arah Nelson.
"Nelson apa yang kau lakukan disini? Jangan bilang kau ingin menjual dirimu disini?" Jack langsung menyapa Nelson dengan hinaan, dan teman-temannya tentu saja tertawa mendengar perkataannya yang begitu merendahkan Nelson tersebut.
"Jaga bicaramu Jack, lagian untuk apa aku bekerja di club malam milikku sendirian?" jawab Nelson dengan nada sombong.
"Club malam milikku? Hahaha kau terlalu pintar membuat lelucon!" Marcell tertawa geli mendengar jawaban Nelson.
"Jangan bilang jam segini kau sudah mulai mengkonsumsi obat-obatan terlarang sehingga halusinasimu sangat besar?" ejek lelaki lainnya bernama Arthur.
"Jangan mengatakan omong kosong!" bentak Nelson mulai terpancing emosi.
"Hahaha kalian dengar apa yang pria jelek ini katakan?" Jack terus saja tertawa menghina Nelson tanpa memperdulikan amarah Nelson yang sudah mulai terlihat.
"Sudah-sudah, lihat mukanya sudah merah dan tampaknya dia ingin menangis. Sayang sekali disini tidak ada susu,"
"Hahaha apakah aku harus meminta tolong kepada Ben agar ia bisa memesan susu khusus untuk teman kita ini?"
Mendengar hinaan mantan rekan kerjanya yang semakin menjadi-jadi, Nelson pun sudah tidak tahan lagi. "Aku bisa membuktikan bahwa club ini milikku dan bila perkataanku benar, kalian jangan pernah menginjakkan kaki disini lagi!"
"Wah ada keramaian apa ini? Sepertinya seru," ujar seorang pria baru saja datang dengan cerutu di tangan kirinya.
"Ben akhirnya kau datang juga. Apakah kau tidak keberatan bila kita menambah seorang lagi? Tampaknya Nelson sangat ingin merasakan bagaimana nikmatnya berada di kamar khusus yang hanya bisa dipesan oleh tamu VVIP sepertimu sampai-sampai dirinya mengaku-ngaku bahwa ia adalah pemilik club malam ini!" Jack segera menjelaskan apa yang terjadi kepada pria yang baru saja datang tersebut.
"Menambah satu orang lagi? Tidak masalah, aku juga penasaran apakah pemilik tempat ini jadi berubah atau tidak." Ben dengan nada santai pun menyetujui perkataan temannya itu untuk bermain-main.
Nelson hanya terdiam saja, lelaki itu mengepalkan tangannya ketika tubuhnya diseret dengan paksa memasuki sebuah kamar khusus yang telah Ben pesan.
"Bagaimana Nelson, apakah kau sudah puas? Oh iya, bukankah kau sudah tidak bekerja lagi disana, jadi apakah kau ingin melamar disini?" ujar Ben dengan nada santai sambil melihat Nelson yang saat ini berdiri di depannya, padahal Ben sudah duduk kursi yang ada.
"Ben apakah kau tidak kasihan dengan teman kita ini? Mungkin lowongan untuk menjadi tukang kebun di rumahmu masih tersedia?" ucap Marcell semakin menjadi-jadi menghina Nelson.
"Jangan tukang kebun, bagaimana kalau jadi pembersih kloset saja di rumahmu. Kamar mandi di mansionmu terlalu banyak, jadi aku yakin Nelson lebih berguna disana, hahaha." Arthur pun tidak mau kalah dalam membuat lelucon untuk menghina Nelson.
"Hentikan omong kosong kalian, lebih baik panggil manajer disini!" Nelson yang sudah jengah tidak dapat menahan lagi dirinya lebih lama.
"Ben lebih baik kau memanggil manajer dengan cepat agar pria ini menghentikan halusinasinya yang semakin parah itu," Jack menatap Nelson dengan tatapan membosankan.
"Tenang-tenang, aku akan memanggil manajer. Sebentar lagi dia akan datang," balas Ben sambil memainkan sejenak ponselnya untuk memanggil manajer klub tersebut.
Sedangkan Nelson hanya tetap berada di posisi berdiri tanpa mau duduk dikursi yang masih tersedia.
"Tuan selamat datang!" Tidak lama setelah Ben menelepon, manajer yang dimaksud pun segera datang.
Pria itu tidak percaya dengan apa yang dia temukan di tempat tersebut.“Maafkan saya, Tuan, tetapi menurut dokumen yang kami temukan, ini memang tempat yang dimaksud. Saya tidak mengerti mengapa tidak ada harta karun yang ditemukan di sini. Namun, apakah mungkin seseorang telah mengambilnya?” komentar pria lain sambil melihat peta di tangannya."Seseorang mengambilnya? Saya tidak tahu tentang itu, tapi mungkin saja. Tapi siapa? Tidak ada tanda-tanda orang lain yang tahu tempat ini," jawab pria berkacamata sambil memukul dinding gua dengan kesal karena usahanya terkesan sia-sia semata.Pria yang memegang peta di tangannya hanya bisa tertunduk lesu. “Mungkin orang itu datang saat kami lengah karena bungkusan makanan yang kami temukan di hutan sudah menunjukkan bahwa mungkin ada orang lain yang datang ke sini.” Pria itu terus mengutarakan pendapatnya.Bungkusan makanan yang dimaksud para pria itu adalah sepotong roti yang sepertinya jatuh dari salah satu tas milik timnya Nelson tanpa mer
"Apakah kamu pikir aku tidak ingin melakukan semua itu? Apakah kau pikir aku bodoh? Jika kita tidak melakukannya, kita akan mati sia-sia. Bosmu atau kita semua akan mati karena mereka. Lagipula, mengambil sebagian darahnya tidak akan membuatnya kekurangan darah secara drastis, bukan? Jika Tuan Nelson kekurangan darah, aku siap mendonorkan berapa pun untuknya. Saat ini hanya itu semua yang bisa kita lakukan untuk bertahan hidup," jawab Flora dengan nada sarkastis.Melihat perdebatan dan cara Blake dan Elan menangani Nelson membuat Danny semakin merasa pusing.“Diamlah! Kalau kau tidak mau diam, aku akan membunuhmu sekarang juga!” cetus Danny dengan nada dingin. Mata pria itu menatap tajam ke arah Flora dan Mad, yang sedang berdebat.“Danny, ambil saja darah Mr. Nelson, kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi.” Blake juga ikut bicara. Pria itu merasa sedikit frustasi karena kondisi Nelson semakin memburuk.Selain itu, peralatan yang ada tidak lengkap. Blake merasa lebih baik mer
“Saya mengerti, Tuan, silahkan Anda istirahat.” Danny hanya bisa menyerah ketika Nelson memberikan perintah tegas seperti itu, lagi pula Nelson adalah orang yang memiliki keputusan akhir di antara mereka semua.Mendengar jawaban Danny, Nelson tersenyum puas. “Baik, saya ingin istirahat sekarang. Saya juga telah memastikan tempat bahwa ini aman,” lanjut Nelson sebelum menutup matanya lagi.“Sistem saya siap,” Nelson menjawab sistem tersebut di dalam hatinya.[Sistem memindai tubuh Host]“Tunggu!” Nelson segera menghentikan sistem.[Apa Anda ingin hal lainya, Host?]Sistem terdengar kesal karena Nelson menghentikannya tiba-tiba."Saya punya firasat mereka akan pergi ke gua ini. Jadi, bisakah Anda membuat gua ini sementara tidak terlihat? Setidaknya mereka tidak bisa melihat tempat ini untuk sementara, dan jika mereka berhasil masuk ke ruangan rahasia ini. Aku ingin kamu menyembunyikan semua harta karunku. Bisakah kamu melakukannya? Aku tidak bisa membiarkan semua kekayaanku jatuh ke tang
“Cepat masuk. Pintu hanya terbuka dalam lima menit, jadi cepat!” Nelson dengan cepat menyadarkan Elan dan Danny dari rasa kagum mereka.Elan dan Danny pun kini segera masuk kembali ke gua, dan pintu itu tertutup lagi.“Mengapa gua itu tertutup begitu cepat? Apakah ada musuh lain yang mendekat?” tanya Flora, tidak mengerti bahwa pintu gua hanya tertutup saat Danny dan Elan mendekat.“Tidak,” jawab Nelson segera. “Pintu menutup dengan cepat karena ia memberi hanya sedikit waktu saat dibuka dari dalam. Jadi jika kamu ingin pintu gua tetap terbuka lebih lama, kamu harus mengeluarkan lebih banyak darahmu. Apakah kau ingin aku mati karena kekurangan darah hanya karena ingin pintu ini terus terbuka?” Nelson menjelaskan dengan panjang lebar, membuat Flora mengangguk mengerti.“Maafkan saya, Tuan, saya tidak mengerti apa yang terjadi di sini,” sahut Danny, menatap semua orang dengan wajah bingungnya.Terutama setelah mendengar percakapan Flora dan Nelson, pria itu semakin bingung tentang apa y
Nelson yang menyadari bahwa dia terlalu sibuk berkomunikasi dengan sistem, segera menghentikan komunikasinya tersebut agar Flora tidak menjadi lebih curiga padanya.“Mengapa kamu malah diam sekarang? Apakah ada sesuatu yang terjadi?” tanya Flora lagi. Kata-kata Flora tiba-tiba membuat Blake dan Mad menghentikan pekerjaan mereka dan melihat bos mereka untuk memastikan apakah bos mereka baik-baik saja atau tidak.Nelson yang menyadari Blake dan Mad telah salah paham padanya akibat perkataannya Flora pun dengan cepat menjawab pertanyaan Flora dengan nada sarkastis. “Semua hal di tempat ini sangat berharga. Lantas mengapa kamu bertanya hal yang sudah jelas jawabannya? Apakah kamu ingin sesuatu yang lainnya?”Komentar sinis Nelson membuat Flora menyeringai malu. “Aku tidak ingin apa-apa. Aku hanya khawatir kamu mungkin kerasukan oleh hantu-hantu penunggu di sini.”“Terserah kau ingin berkata apa,” Nelson mengalihkan pandangannya ke Blake dan Mad setelah pria itu memasukkan semua kertas da
“Tuan Nelson, sebaiknya Anda membuka salah satu dokumen itu. Bisa jad kertas-kertas itu berisi teknik perang, resep obat-obatan langka, atau petunjuk harta karun lainnya.” Flora segera menyarankan Nelson untuk membukanya karena gadis itu juga penasaran mengapa kertas seperti itu bisa menjadi isi peti yang terbuat dari mas murni.Nelson mengabaikan kata-kata Flora, memilih untuk mengikuti hatinya, dan menyimpan kertas-kertas itu dan memilih untuk mencari tahu apa isi lainnya peti tersebut dan ia cukup terkejut melihat ada benda lain disana.“Senjata api?” gumam Nelson tak percaya melihat apa yang ada di tangannya.Nelson melihat bahwa tumpukan harta karunnya adalah benda-benda kuno, tetapi senjata api di tangannya sudah terlihat sangat modern.Selain itu, Nelson yakin bahwa pada zaman kuno tidak ada senjata mematikan seperti itu, desain senjata api tersebut juga sangat superior karena pasti dibuat dalam 25 tahun terakhir.“Tuan Nelson, lihat, bukan hanya satu pistol, tapi ada dua lainn







