Share

Bab 5

Ketika baru saja memasuki unit tersebut, David langsung dibuat terkejut oleh apa yang ada di depan matanya. Tak heran unit ini disebut penthouse, interiornya memang sangat mewah.

David mendekati jendela model picture window yang membentang tinggi sepanjang 3 meter dan lebar 10 meter untuk melihat pemandangan dari atas.

“Pak David, ini unit terbaik kamu. Kaca yang dipasang di picture window ini dibuat dari kaca anti peluru, ketebalan kacanya mencapai 10 cm. Tingkat transparansinya juga bagus jadi tidak akan memengaruhi cahaya matahari yang masuk. Harga kaca ini sendiri sudah mencapai 20 miliar. Selain itu, ada juga lampu gantung yang diimport dari luar negeri, dan bisa diganti warnanya.

“Di sini dapurnya.”

“Ini kamar tidur utama.”

“Ini ruang kerja.”

“Yang ini wine cellar.”

“Ini kamar mandinya.”

“Ini ruang tamu.”

“Yang ini ruang entertainment.”

Setelah itu, mereka berdua turun ke lantai 28.

“Di sini juga ada kolam renang indoor. Airnya rutin dibersihkan setiap pagi, dan airnya juga kami jamin bebas dari bakteri, jadi bisa langsung diminum.”

Kemudian, Karin menyerok air menggunakan tangan dan meminumnya untuk membuktikan kepada David kalau air di sini memang bersih dan aman untuk diminum.

Satu jam lebih terlewati sudah ketika mereka selesai berkeliling. Setelah melihat unit yang David inginkan, Karin pun berkata, “Pak David boleh turun dulu ke lobby untuk beristirahat. Saya mau bersih-bersih sebentar, habis itu saya langsung turun.”

“Nggak usah, aku mau langsung beli yang ini.”

“Pa-Pak David … tadi ngomong apa?”

“Nggak usah dilap, aku mau beli ini.”

“Serius?”

“Iyalah!”

“Terima kasih banyak, Pak David! Kalau begitu kita bisa langsung urus surat-suratnya?”

“Oke.”

Selama perjalanan ke bawah, Karin masih tidak yakin apakah ini benar-benar terjadi. Dia masih tidak percaya David benar-benar membeli unit tersebut. Dia sudah melakukan perhitungan sederhana tadi. Harga unitnya mencapai 796 miliar, dan komisi yang dia dapatkan mencapai 79,6 miliar. Selama ini, belum pernah Karin mendapatkan uang sebanyak itu. Dia bisa membeli sepuluh unit rumah di kampung halamannya dengan uang itu. Hanya anak baru yang datang dari kota kecil seperti Karin-lah yang mau meladeni David dengan serius. Kalau orang lain yang berada di posisi Karin, mungkin mereka tidak akan percaya David akan benar-benar membelinya. Penampilan David yang seperti anak jalanan itu apa sanggup membeli rumah yang harganya hampir 800 miliar itu? Mati pun mereka tidak akan percaya, dan mereka tentu saja tidak mau repot-repot membawa David berkeliling.

Setelah kembali ke area lobby, Karin langsung menyiapkan surat kontrak dan menghubungi sang manajer. Si manajer itu kemudian membawa orang dari bagian keuangan bersamanya.

Langit sudah gelap ketika mereka selesai mengurus administrasinya, tapi tidak ada satu pun karyawan yang pulang karena mereka masih tidak percaya Karin benar-benar berhasil menjual unit penthouse. Sampai pembayaran selesai, barulah mereka bisa menerima kenyataan ini, tapi di saat yang sama mereka juga nangis darah karena telah melewatkan kesempatan emas untuk jadi kaya. Padahal tadi David hanya diam saja berdiri di lobby selama beberapa detik dan tidak ada satu orang pun yang melayani. Sales yang bernama Anggy itu juga ingin sekali menampar dirinya keras-keras. Tahun lalu dia sampai rela menemani seorang konglomerat gendut selama satu bulan penuh demi menjual sebuah unit yang harganya hanya 16 miliar, sementara Karin hanya butuh waktu setengah hari untuk menghasilkan 79,6 miliar.

Setelah pergi dari Jina International Mansion, David menghubungi Prisca untuk menyiapkan makan malam di hotel. Kemudian, David mengeluarkan 20 juta untuk membeli ponsel baru. Ponsel lama langsung dia buang ke tong sampah. Kini Jina International Mansion telah menjadi rumahnya. Kemungkinan besar, mulai sekarang David akan tinggal di sini untuk waktu lama. Dia menghubungi guru pembimbingnya di kampus untuk izin sakit selama beberapa hari. Kabar tentang David muntah darah hingga mengalami syok di kampus sudah beredar luas, dan guru pembimbingnya juga tahu akan hal itu, sehingga dia pun tidak terlalu banyak bertanya. Selama dua hari ini David tidak terlalu ingin datang ke kampus karena pasti dia hanya akan menjadi bahan lelucon. Sampai David mengemudikan mobil mewah ke kampus, lihat saja siapa yang akan tertawa nantinya. Sarah tega membuang hubungan mereka selama tiga tahun hanya demi sebuah tas mahal. Saat David membawa mobil mewah ke sekolah, lihat siapa yang akan menyesal nanti.

David pun melihat panel yang ada di depannya.

Pemilik : David

Saldo : Rp19.999.999.203.999.994.000

Fisik : 15 (Lemah) +

Mental : 28 (Sedang) +

Keahlian : Dapat ditambahkan tanpa mengonsumsi Poin Kekayaan. +

Poin Kekayaan : 4

Di belakang indikator Fisik, Mental, dan Keahlian terdapat sebuah tanda “+”, dan Poin Kekayaan juga bertambah sebanyak 4 poin. David tanpa ragu menghabiskan semua Poin Kekayaan yang dia punya ke Fisik. Status Fisik yang semula hanya 15 kini berubah menjadi 19. Seketika itu juga David merasa tubuhnya memanas. Tubuhnya yang lemah karena kurang gizi mendadak terjadi perubahan yang signifikan. David merasa sekujur tubuhnya bertenaga, dan ketika melihat langsung tubuhnya secara fisik, dia menyadari tubuhnya jadi lebih kekar.

“Ternyata efeknya bisa kayak begini juga? Kalau aku habisin beberapa puluh poin ke Fisik, apa mungkin aku bisa lebih kuat dari atlet dunia?”

David kemudian mengecek WhasApp dan mendapati ada dua kontak baru. Yang pertama adalah Prisca, dan yang kedua adalah Karin. Tak lama kemudian, Prisca mengirimkan sebuah pesan.

“David, kamu sudah tidur?”

“Belum, nih. Ada apa?”

“Memangnya aku nggak boleh chat kalau nggak ada apa-apa?”

“Boleh … kenapa nggak! Aku justru senang banget kamu chat aku!”

“Aduh, mulut kamu manis banget, deh. Hari minggu aku libur, kamu ada waktu? Aku mau pergi berenang bareng kamu!”

Ketika melihat pesan tersebut, David langsung membayangkan sosok Prisca yang mengenakan bikini, benar-benar bikin tergoda. Lantas, bagaimana caranya David menahan gejolak nafsu ini? Akhirnya David menyadari tidak ada yang bisa dia lakukan untuk itu.

“Ada. Buat kamu pasti ada waktu!”

“Kalau begitu kita ketemu hari Minggu, ya!”

“Oke!”

“Good night, David!”

“Good night, Prisca!”

David jadi tidak sabar ingin hari minggu cepat tiba. Setelah itu, David masih sibuk meng-scroll IG-nya, tapi tidak ada yang menarik karena jumlah teman yang dia follow juga tidak banyak. Teman-teman yang dia follow memang cukup dekat, sebagian besar mereka terdiri dari teman David sewaktu SD, SMP, SMA, serta teman kuliah. Beberapa grup yang tergabung bisa dibilang cukup ramai, tapi David jarang ikut mengobrol dengan mereka. Sisanya hanya saudara dan keluarga. Chat yang masuk juga paling hanya dari beberapa teman sekamar yang menyampaikan rasa khawatir mereka pada David.

Kedua orang tua David sudah tiada sejak David belum berusia genap 10 tahun akibat sebuah kecelakaan. Sejak itu dia tinggal bersama dengan om keduanya. Saat itu ketiga omnya ribut memperebutkan hak asuh atas David, dan selama periode itu, om dan tante keduanya sangat baik padanya. David pikir meski kedua orang tuanya sudah tiada, dia masih akan bisa hidup bahagia bersama om keduanya, maka itu David memilih untuk tinggal bersama mereka. Namun setelah mendapatkan hak asuh, hidup David malah makin menderita. Dia sering mendapatkan kekerasan fisik dan verbal, bahkan untuk makan saja dia hanya mendapatkan makanan sisa sehingga dia pun kurang gizi.

Setelah dewasa, David baru sadar bahwa yang omnya perebutkan bukanlah hak asuh atas dirinya, melainkan warisan dari kedua orang tua David yang nilainya nyaris mencapai empat miliar. Sejak masuk bangku SMA di usia 16 tahun, David bahkan tidak mendapatkan uang jajan. Kalau bukan karena bantuan kedua tantenya yang lain, mungkin David sudah putus sekolah.

Mulanya warisan kedua orang tuanya yang senilai kurang lebih empat miliar itu diberikan kepada David ketika dia sudah berusia 18 tahun, tapi nyatanya, sampai sekarang David masih tidak mendapatkan sepeser pun.

Kedua tantenya beserta omnya yang paling kecil sering kali ribut dengan om dan tante kedua David gara-gara masalah ini. Namun, apa yang bisa mereka lakukan? Uangnya sudah di tangan om dan tante kedua, dan tante keduanya David sudah bilang kalau uang itu semuanya akan digunakan untuk David.

Akan tetapi, David juga melakukan perhitungan sederhana. Selama dia tinggal bersama om keduanya ini, biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan David paling tidak lebih dari sepuluh juta. Kebanyakan hanya digunakan untuk membayar keperluan sekolah dan dua potong baju murahan setiap tahunnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status