William mengepalkan tangan erat-erat, mencoba untuk menahan gelombang emosi yang merayap di dalam dirinya. Semua hal berjalan begitu lancar sebelum dia bertemu dengan Sarah dan James di pusat perbelanjaan. Ia berpikir menghabiskan uang dan mencari suasana baru akan menyenangkan, tetapi kenyataannya, suasana hatinya justru semakin tegang dan stres.
**
Beberapa waktu lalu.
William membentangkan tangan, menghirup udara segar, dan menghembus pelan. Ia sudah bisa keluar dari rumah sakit kurang dari seminggu.
Para dokter panik dan terkejut saat mereka mengetahui kemampuan pemulihan diri cepat. Padahal, baru beberapa hari lalu mereka melihat pemuda itu sekarat dan berada di ujung jurang kematian.
「Silakan untuk menyelesaikan misi harian anda.」
“Ayo kita selesaikan misi harian dan pulang!”
William membuka pintu masuk pusat perbelanjaan dengan semangat yang menggebu-gebu. Misi dari sistem tidak terlalu sulit; hanya menghabiskan uang. Ini terasa seperti rekreasi menyenangkan. Ia berjalan melewati deretan toko-toko dengan mata yang berbinar-binar, mencari tahu barang apa yang ingin dia beli.
Langkah pertama adalah menuju toko pakaian. William memutuskan untuk membeli beberapa baju baru karena sudah lama dia tidak merasakan kenyamanan pakaian segar setelah dirawat di rumah sakit. Di toko pakaian, dia terpikat pada beberapa kaos dengan desain unik dan celana jeans yang tampak keren. Dengan riang hati, dia mengambil beberapa pakaian dan melangkah ke kasir untuk membayar.
Dalam batin William, kembali teringat lintas kehidupan sebelum dia mendapatkan sistem.
‘Aku yang dulu pasti akan berpikir berulang kali untuk membeli pakaian baru, tetapi nasibku telah berubah. Aku tidak tahu kapan sistem akan menghilang, oleh karena itu aku harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.’
Setelah selesai berbelanja pakaian, William merasa ada sesuatu yang masih menggelitik di dalam dirinya. Dia melihat seberang lorong pusat perbelanjaan, sebuah showroom mobil megah menarik perhatiannya. Sejak dulu, William selalu bermimpi memiliki mobil impian, dan saat ini adalah kesempatan baginya untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Ia berjalan menuju showroom mobil dengan langkah mantap. Saat memasuki showroom, aroma mobil baru yang wangi menyambutnya. Berbagai jenis mobil, dari yang sporty hingga mewah, dipajang dengan apik di atas lantai showroom. William merasa seolah-olah berada di surga bagi para pecinta mobil.
Konsultan penjualan mobil menyambut William dengan ramah. “Selamat datang, Pak! Ada yang bisa saya bantu?” tanya sang konsultan dengan senyuman hangat.
“Aku ingin melihat-lihat.”
“Ada banyak pilihan yang bagus di sini, Tuan. Apakah Anda memiliki preferensi tertentu tentang merek atau tipe mobil yang diinginkan?" tanya konsultan tersebut.
Tanpa ragu, konsultan tersebut memandu William melalui showroom, menunjukkan berbagai mobil dengan fitur dan spesifikasi yang berbeda. William mengamati setiap mobil dengan seksama, merenungkan pilihan yang tepat untuknya.
Akhirnya, mata William tertuju pada sebuah mobil keluarga dengan desain sederhana dan minimalis. Warna bodi peraknya membuatnya terlihat begitu cantik. Ia menghampiri mobil tersebut dan mengelus-elus bagian kap mesin dengan penuh rasa kagum.
“Ini adalah mobil listrik yang ramah lingkungan dari merek terkenal. Sebuah inovasi yang luar biasa untuk masa depan transportasi kita,” jelas konsultan tersebut dengan antusias.
Penjelasan tidak berakhir di sana. Semakin lama William mendengarkan, semakin dia sadar kalau mobil ini adalah pilihan tepat untuk dibungkus. Mobil ramah lingkungan memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan, dan dia bisa menghemat pengeluaran!
“Oh, bukankah ini William?”
Dengan tiba-tiba, suara tak asing tersebut menyusup masuk ke dalam telinga William, membawa pemuda tersebut dalam kebisuan. Tangan lentik itu menarik pundak William dan mencoba untuk melihat lebih jelas wajahnya. Saat mata mereka saling membalas, suasana di sekitar berubah menjadi ketegangan.
“James, William ada di sini! Kemari cepat!” panggil Sarah, sedikit berteriak, dan melambaikan tangan pada pacarnya itu.
William menepis tangan Sarah, membuat jarak di antara mereka sebelum menatap dengan aneh. Pandangan William beralih ke arah James, dan seketika suasana hati William memburuk.
Ia sudah menyelesaikan semua permasalahan dengan James ataupun Perusahaan Eliort. Tetapi terlalu dini untuk berpiki kalau James, berandal ini, tidak akan memicu perselisihan baru. Bahkan, dari pandangan James menatap William seperti merendahkan, dapat dibayangkan dengan jelas alur masalah ini.
“Kenapa orang miskin sepertimu bisa berada di sini?” tanya James spontan, kemudian menatap ke arah Tuan Konsultan, “Dia ini adalah pemuda miskin yang bahkan menunggak dalam membayar uang kuliah. Dia hanya akan menyia-nyiakan waktumu.”
Konsultan tersebut tersenyum kepada James dan berkata dengan pelan, “Tuan, setiap orang memiliki kesempatan untuk mengejar impian dan mencari kebahagiaan, tanpa pandang bulu status sosial atau kekayaan. Memiliki uang banyak bukanlah satu-satunya jalan untuk mendapatkan hak untuk dihormati atau dihargai. Setiap orang pantas untuk diberikan pelayanan terbaik, terlepas dari latar belakang finansial mereka.”
“Sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai pekerja di sini untuk memberikan perlakuan terbaik.”
William tertunduk malu. Ia merasa tersentuh mendengar kata-kata tersebut dari orang asing. Selama ini, tidak seorang pun berada di sisinya untuk membantu dan memberi dorongan semangat, tetapi kali ini berbeda. Kemudian dengan tiba-tiba notifikasi sistem muncul.
“Hah, omong kosong. Pekerja rendahan seperti kalian sangat suka menjilat,” hina James, kemudian menoleh ke arah salah satu mobil sport di sana. “Sarah, apa kamu ingin mobil ini? Aku akan membelikan ini untukmu!”
Mata Sarah dengan tiba-tiba berbinar mendengar perkataan James, seolah berkata, “sungguh” karena sulit untuk dipercaya. Belum beberapa saat lalu James menolak untuk membelikan dia mobil mewah, tetapi sekarang berubah. Dia sangat tahu kalau mengusik William akan membawa keberuntungan bertubi-tubi!
“Tentu saja. Aku tidak akan membelikanmu mobil butut seperti itu,” ujar James. Pandangannya beralih ke arah William yang berdiri di dekat mobil listrik, dan ia seketika menyeringai.
Namun, William tidak terpengaruh oleh ejekan James. Ia mengabaikan komentar tersebut dan membiarkan pandangannya berkeliling, hingga akhirnya terpaku pada sebuah mobil sport terbaru dari merek BMW, yang dipamerkan dengan megah, senilai dua miliar. Seorang konsultan melihat ketertarikan William dan dengan penuh dedikasi memberikan penjelasan detail tentang mobil tersebut, tanpa mengesampingkan perasaan William sebagai calon pembeli.
James menaikkan alisnya, mendekati mereka seperti ingin mencari masalah.
“Bahkan, bekerja seumur hidup pun, kamu tidak akan mampu memiliki mobil ini, William. Kamu harus lebih realistis,” saran James.
Sementara James memasukkan tangan ke dalam saku. Dengan bangga menyatakan, “Aku baru saja membelikan mobil mewah senilai lima ratus juta untuk Sarah! Sesuatu yang mustahil kamu berikan pada Sarah!”
“William, mengapa kamu hanya mempermalukan dirimu sendiri dengan tetap berada di sini? Kamu harus sadar posisimu,” ujar Sarah dengan angkuh.
Seorang konsultan lainnya masuk ke dalam percakapan mereka.
“Tuan James, berapa lama anda akan mengatur kredit mobil anda?” tanya sang konsultan dengan ramah, tanpa tahu suasana di sekitar.
Mendapat kesempatan yang tidak bisa dilewatkan, William dengan tiba-tiba tertawa lepas. “Perusahaan Eliort yang kalian banggakan sepertinya tengah menghadapi masalah keuangan. Semoga situasi itu segera membaik,” harap William, melihat James yang tampak memerah karena merasa malu. Lalu, tanpa ragu, James berlalu pergi dari showroom tersebut.
“James! Tunggu! Bagaimana dengan mobilnya?” teriak Sarah, tetapi suaranya tak didengar oleh James yang tersulut amarah. Sarah menghentakkan kaki kesal dan pergi membuntuti mesin ATM berjalannya.
William memandangi kepergian mereka dalam hening, ia diam-diam menikmati saat di mana James merasa malu karena ketahuan membeli mobil secara kredit. Jika saja dia tidak banyak bicara, dia tidak akan merasa begitu buruk hingga tidak bisa menunjukkan muka.
“Pak, aku ingin membeli mobil BMW itu.” William menunjuk ke arah mobil yang dikatakan James tidak mungkin dia miliki meskipun sudah bekerja seumur hidup.
“Baik, saya akan segera mengurusnya,” ujar konsultan tersebut tanpa banyak bertanya.
William membuntuti gadis tersebut tanpa dapat ia sadari. Beberapa saat lalu, ajakan tersebut sangat sulit untuk ditolak. Padahal, William sudah memiliki rencana untuk berkunjung ke panti asuhan.Ia membawa tas belanjaan Raelza tanpa berkomentar apa pun. Pekerjaan ini lebih sederhana dibandingkan yang dia pikirkan. Hingga gadis tersebut menoleh ke belakang dan menatap dengan kesal.“William, jangan membuntutiku dari belakang. Kita harus berjalan sejajar agar orang-orang tidak menganggapmu sebagai kurir,” protes Raelza.William tidak mengerti. Bagi dia, gadis ini bukanlah orang yang akan mempermasalahkan tentang hal sederhana seperti ini, apalagi memikirkan pendapat orang lain. Ia menyunggingkan senyuman pahit, merasa tidak layak untuk menerimanya.Jauh di hati William, kenangan pahit dengan Sarah dan James masih membekas, memberikannya ketakutan untuk tenggelam dalam hubungan asmara. Jadi, ia sengaja menjaga jarak dengan orang lain.“Janga
Keramaian dan kicauan memenuhi restoran, menandakan jam sibuk mereka. William melihat ke arah jam tangan bermerek yang dia beli seharga ratusan juta, kemudian kembali memaikan ponsel.Tidak lama, seseorang menghampiri William, memberi sapaan hangat dan menepuk pundaknya akrab.“Kamu sudah menunggu lama?” tanya sang gadis, Raelza.William menggelengkan kepala, menarik kursi di samping untuk memberikan ruang pada sang gadis untuk duduk. Ia bahkan membersihkan tempat duduk terlebih dahulu dan memberikan kesan bagus.“Aku sudah memesankan minuman untukmu.”Sang gadis mengerutkan kening. Matcha, bagaimana William tahu kalau dia menyukainya? Sayangnya, pemikiran seperti itu dengan cepat hangus, mengingatkan Raelza kalau ini adalah restoran Jepang. Bahkan, hidangan sendiri tidak jauh dari ramen dan sushi.“Kamu sudah membaca tentang laporan yang aku berikan? Beberapa bisnis mengalami kenaikan signifikan, terutama di sektor hiburan. Tetapi bisnis dari keluarga Eliort tampak mengalami penuruna
“Hya!”“Sya!”Suara itu menggema di antara pohon-pohon dan bunga-bunga yang bermekaran, menyelinap keluar dari balik pagar besi yang megah dan kuat, menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya dari dunia luar.Seorang gadis berdiri di tengah lapangan rumput, mengulang gerakan-gerakan aneh dan kaku. Setiap langkah nan pukulan dipadukan dengan teriakan khusus.William memandangi dalam diam. Ia berpikir, apa memang ini yang biasanya seorang seniman bela diri lakukan?Ia duduk di dalam gazebo, memandangi Raelza dengan pandangan yang terpaku dari kejauhan sambil memberikan instruksi khusus. Setidaknya, itu adalah apa yang orang-orang lihat.Berbagai macam informasi masuk melalui jendela informasi. William menggeser layar dengan matanya, menghindari kemungkinan ia dicurigai oleh orang lain.Pilihan tentang pengajaran seni bela diri telah dikeluarkan dan tampak mengalami perkembangan signifikan terlepas dari perkembangan zaman. Ia sempat berpikir kalau memang ada sebuah perguruan di belahan d
William memicingkan mata mendengar perkataan Herman. Ia memahami arti dari membuat kesepakatan yang disampaikan tersebut, dan merasa sedikit heran.Sebagai seorang pria tua berpengalaman, Herman mengetahui kekhawatiran di antara kedua orang tua itu. Mereka memiliki ekspresi wajah yang hampir sama. Ia akan memberi sedikit dorongan agar mereka mengetahui maksudnya, di sisi lain juga membuat mereka saling mengenal satu sama lain.‘Ini sama seperti menjatuhkan dua burung dengan satu batu!’“Bagaimana aku mengatakannya? Kalian pasti memiliki sesuatu yang kalian dapat tawari. Jika itu adalah William, orang yang mengajarimu seni bela diri, aku mungkin merasa tenang,” terang Herman.Sebelum mereka sempat memikirkan dalam-dalam maksud perkataan Herman, pria tua itu sudah berdiri dengan bir di tangan. Ia terkekeh dan pergi tanpa berkata apa-apa, seperti menyembunyikan tujuannya dan lari dari tanggung jawab.Kedua orang itu saling memandangi satu sama lain. Perasaan canggung seketika menyelimuti
Restoran dari Hotel Queen memancarkan kemegahan dan keeleganan yang memukau. Ketika William dan pria tua itu memasuki restoran, mereka disambut dengan desain interior yang berkelas dan mewah. Langit-langit tinggi dihiasi dengan lampu gantung kristal yang berkilauan, memberikan sentuhan gemerlap yang mempesona. Dinding restoran dilapisi dengan warna lembut menciptakan suasana hangat dan ramah.Aroma lezat dari hidangan makanan yang dihidangkan menyapu ruangan, menggugah selera dan menciptakan atmosfer yang mengundang. Bau harum rempah-rempah dan bumbu-bumbu segar menggoda indera penciuman, membuat William semakin menantikan santapan yang akan mereka nikmati.Di antara meja-meja yang diletakkan dengan apik, terlihat seorang gadis cantik yang duduk seorang diri. Wajahnya begitu memesona dengan cahaya lembut yang menghiasi dari lampu meja di sekitarnya. Matanya yang indah seperti permata berkilauan.Rambut panjang dan mengalir, berwarna cokelat muda, menyentuh bahunya dengan lembut. Saat
Kebenaran terungkap, sementara dekan pun memiliki puluhan tugas baru untuk dikerjakan demi menyingkirkan ketidakadilan di lingkungan universitas.Berkat kejadian yang diungkapkan oleh William, Herman, untuk pertama kali, melakukan sebuah gerakan revolusioner baru yang menekankan keadilan dan kesetaraan di universitas tersebut dan memastikan agar tidak ada lagi diskiriminasi yang terjadi.Pengumuman tersebut jelas membawa perubahan besar pada hierarki yang sebelumnya ada, menghancurkannya, dan kini para mahasiswa dari kalangan ke bawah dapat menegakkan kepala mereka dengan tenang dan nyaman.Selain itu, demi menekankan berlakunya peraturan baru, Herman membuat sebuah lembaga atau serikat mahasiswa yang menjunjung tinggi kesetaraan. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan universitas dan menerima setiap laporan mengenai masalah para mahasiswa. ‘Selain itu, ada banyak anak orang kaya yang mulai kehilangan keberanian setelah Tuan Herman menghukum James. Bagi mereka, James
“Ini membuatku kecewa. Fakta kalau kamu berpikir sesempit itu, Ales.”Herman, semula berada di ambang pintu, mendorong kursi roda dengan pelan menggunakan tangannya yang rapuh. Ia menolak pertolongan William dan mendekat ke arah Ales dengan konstan. Ada sedikit tekanan yang muncul setiap kali roda berputar. Sementara Ales, memendam kekesalan karena situasi tak terduga ini. Hati pria tua itu memanas, namun kehadiran Herman bagaikan air yang akan meredamnya.“Tuan Herman, anda berkata sangat kasar. Saya melakukan ini demi menjaga nama baik universitas dan menghargai jasa keluarga Eliort sebagai pembawa perubahaan pada universitas ini. Tanpa mereka, dan hanya dengan mengandalkan dukungan pemerintah, nama universitas ini tidak akan dikenal di seluruh negeri!”Herman membuang nafas kasar dan memalingkan muka menuju jendela kaca, memandangi universitas yang telah ia bangun selama beberapa puluh tahun, dan mengenang setiap perkembangan yang ada. Campur tangan konglomerat, politisi, bahkan n
Setelah menghajar James dan menyelesaikan permasalahan dengan mantap, William kini merasakan kedamaian yang selama ini ia idam-idamkan. Sosok James yang dulu menjadi sumber kekacauan kini tampak menghilang dari lingkaran perhatian, dan bahkan saat mereka berpapasan, James terlihat acuh tak acuh.Joel, sahabat William, memperhatikan perubahan ini dan tidak bisa menyembunyikan rasa keheranannya. "Menurutmu, apa ada alasan kenapa James tiba-tiba berhenti menyebabkan masalah? Dia bahkan tampak tidak peduli saat bertemu denganku."Joel mengungkapkan kecurigaannya terhadap tindakan James yang mengejutkan. Baginya, sangat mungkin James menyusun rencana besar di balik perilaku anehnya. William tidak bisa menahan senyum misterius ketika membicarakan keluarga Eliort, dan seolah-olah ada rahasia besar yang disembunyikan di balik senyumnya.“Tenang saja. Mungkin saja James telah mendapatkan pencerahan dan berhenti berbuat jahat,” jawab William dengan santai, mengundang tawa dari Joel karena jawaba
William menatap dengan penuh kebingungan pada jendela notifikasi yang melayang di udara. Dua iklan properti yang menarik perhatiannya muncul di layar, memperumit pilihannya. Ia berada dalam situasi yang sulit; harus memilih salah satu dari dua rumah impian yang ia temukan.Di sudut kiri layar, terdapat iklan rumah yang berlokasi di tengah kota. Rumah tersebut memiliki arsitektur klasik dengan nuansa elegan. Halaman depannya dikelilingi oleh taman bunga berwarna-warni, dan deretan pohon besar memberikan teduh yang menyenangkan. Selain itu, lokasinya sangat dekat dengan kantor dan tempat-tempat hiburan yang selalu ramai dikunjungi. Semua aspek tersebut sangat menarik bagi William yang ingin hidup di pusat kota untuk kemudahan akses dan kehidupan yang dinamis.Namun, di sudut kanan layar, terdapat iklan rumah kedua yang berlokasi di pinggiran kota. Rumah ini memiliki gaya modern dengan jendela-jendela besar yang memberikan pemandangan indah ke perbukitan hijau. Udara segar dan suasana