Alex bermain game selama menunggu Hans. Ketika menoleh ke samping jalan, ia melihat seseorang yang tengah duduk di dekat tiang listrik.Alex mengamati pria itu saksama, terkejut ketika menyadari sosok itu. “Paman Andy?”Alex terkejut, tetapi berakting senormal mungkin. Ia berpura-pura bermain game, padahal ia mengamati Andy dengan saksama melalui ponsel. “Dia terus mengikutiku sejak kemarin. Dia tampaknya memang ingin membalas dendam.”Alex melihat Hans keluar dari pintu. Ketika menoleh ke samping, ia tidak mendapati Andy berada di tempat tadi. “Kenapa Paman Andy tidak bergabung bersama para tahanan lain dan justru terus mengejarku?”“Dia memang pantas masuk penjara karena kejahatannya.” Alex menoleh pada Hans yang baru memasuki mobil. “Kau membawa cukup banyak barang, Hans.”“Ya, aku membawa beberapa alat masak yang tidak ada di markas dan juga beberapa barang peninggalan keluargaku. Kau tidak masalah dengan ini?”“Tentu saja tidak. Kau berhak membawa barang-barangmu.”Mobil melaju
“Berikan salam perkenalan pada mereka, Stevan. Aku akan mengurus orang-orang yang berada di dalam,” ujar Levi seraya berjalan menuju pintu.“Aku mengerti.” Stevan merenggangkan tubuh beberapa waktu.Para berandalan mengelilingi Levi dan Stevan dalam waktu singkat.“Siapa kalian dan apa yang kalian inginkan di tempat kami?” tanya salah seorang berandalan berbadan besar. “Pergilah sebelum kalian hancur di tanganku.”“Stevan, jangan membuatku menunggu.” Levi mengamati ruangan dalam. Ia melihat seorang pria tengah bersama dua wanita. “Kau membuatku iri, brengsek!”Stevan seketika melayangkan pukulan pada si berandalan besar, lantas menendang perutnya dengan lutut. Berandalan besar itu seketika tumbang ke lantai tanpa perlawanan.Para berandalan seketika mundur hingga sebuah jalan terbuka untuk Levi.“Aku dan temanku hanya ingin mencari teman kami di sini. Jika kalian tidak ingin babak belur, jangan menghalangiku dan temanku. Kami akan pergi setelah bertemu teman kami atau mendapatkan info
Jack menendang pintu hingga terbuka lebar. Ia memasuki ruangan, menatap Edwin, Russel, Roland, dan beberapa orang yang berdiri di dekat mereka.“Brengsek! Kenapa kalian selalu membuat masalah dan membuatku murka?” teriak Jack sembari menatap tajam Edwin, Russel, dan Roland.Randy, Ferdinand, dan Albert memasuki ruangan, berdiri di belakang Jack.“Tutup mulutku, bajingan!” Roland menggebrak meja, menatap bengis Jack. “Orang-orangmu sudah menyerang markasku semalam hingga beberapa bawahanku terluka! Kaulah yang membawa masalah!”“Aku tidak pernah memerintahkan bawahanku untuk menyerang markasmu!” Jack mencengkeram baju Roland, bersiap melayangkan pukulan.“Cukup!” pekik Russel dengan tatapan tajam, mendorong Jack dan Roland menjauh. Jack dan Roland berdecak, mundur beberapa langkah.“Aku yakin kalian sudah mengetahui apa yang terjadi. Kita bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan cepat jika kita bisa bekerja sama,” ujar Russel.Jack dan Roland duduk di kursi, saling menatap tajam.Ed
Jack, Edwin, Russel, dan Roland terkejut ketika Levon menghubungi mereka. Keempat pria itu menatap satu sama lain, menerima panggilan Levon.Wajah Levon seketika muncul di layar.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Levon sembari tersenyum lebar. “Aku senang karena kalian bisa berkumpul selayaknya sahabat dekat. Aku tahu kalau kalian bisa menjadi teman yang baik dan mendukung satu sama lain.”Levon tertawa ketika melihat Jack, Edwin, Russel, dan Roland yang tampak tegang. “Kita sudah bertemu di acara tempo hari. Akan tetapi, kita bertemu sebagai tamu yang terikat dengan aturan, bukan bertemu sebagai seorang seseorang teman seperti sekarang. Aku mengucapkan selamat karena kalian berhasil mengetahui dalang di balik serangan pada markas kalian kemarin dan hari ini. Aku tidak tahu jika kalian bisa menebaknya secepat ini.”Jack, Edwin, Russel, dan Roland tampak sangat kesal. Mereka menatap Levon tanpa berkedip, mengepalkan tangan erat-erat.“Jika kalian bertanya kenapa aku tahu kalian berkumpul
“Davis!” Hans terkejut ketika melihat seseorang mengarahkan pistol ke arah Davis. Ia bergegas mendorong Davis ke samping, menjatuhkan nampan hingga gelas berjatuhan.[Peringatan!][Seseorang menembak peluru dari belakang ke arah Anda][Segera menghindar secepatnya]“Ah!” Hans terkena tembakan di bahu kanan hingga tubuhnya oleng ke sisi rooftop dan terjatuh ke bawah.“Hans!” Davis sontak melompat untuk menangkap Hans.“Davis,” gumam Hans dengan wajah terkejut ketika menyaksikan Davis melompat dari rooftop untuk menolongnya.“Davis!” Alex berteriak seraya berlari ke sisi rooftop. Ia ketakutan karena teringat saat peristiwa jatuhnya dirinya ke laut beberapa waktu lalu.“Brengsek! Aku gagal! Bocah itu menghalangiku!” Andy melesatkan tembakan ke arah Alex. “Matilah, Alex!”Don menarik Alex ke samping untuk menghindari tembakan.Sammy melompat untuk menyelamatkan Davis, sedang Benjamin segera membunyikan tanda bahaya.Davis berhasil menangkap Hasan, lantas meraih pagar balkon dengan satu ta
Don berjalan menuju balkon, menatap halaman di mana anggota pasukan sedang berjaga di beberapa titik. Ketika ia menoleh ke belakang, Alex masih diam di tempatnya.Alex tercenung selama beberapa waktu, menatap Don. Ia merasa jika Don seringkali memperhatikannya selama ini.Alex mengepalkan tangan erat-erat, berdiri. Ia berbalik, berjalan menuju pintu. Akan tetapi, ia tiba-tiba berhenti ketika kejadian saat Davis menolongnya memenuhi pikirannya.“Aku benar-benar pengecut. Aku membenci diriku sendiri. Tapi, meski aku tidak bisa menolongmu, kau tetap peduli padaku, Davis.” Alex mengepalkan tangan erat-erat, menoleh pada Don, menimbang keputusan.Alex mengembus napas panjang, berjalan menuju balkon. “Aku akan mendengarkan ceritamu, Pria Tua.”“Aku akan bercerita setelah kau bercerita kenapa kau menangis, Alex. Aku berjanji tidak akan menertawakanmu.”“Kau sangat menyebalkan.” Alex mencengkeram pagar balkon dengan kuat, menunduk. “Semua ini kesalahanku. Aku … melihat seseorang yang mencurig
“Tanda ini … adalah tanda keluarga Tuan Damian,” ujar Don dengan tatapan terkejut.“Kau benar, Don.” Benjamin memegang spatula, mengelus tanda harimau bersayap beberapa kali. “Tandanya tidak hilang.”Sammy menanggapi, “Aku tidak tahu jika Hans memiliki spatula bertanda harimau bersayap. Aku melihat Hans memakai spatula ini untuk memasak. Kita harus bertanya pada Hans mengenai spatula ini secepatnya. Dia atau mungkin orang tuanya bisa saja memiliki hubungan dengan keluarga Tuan Damian.”“Bocah nakal itu mengatakan jika kedua orang tuanya adalah koki. Aku berpikir jika mungkin saja kedua orang tuanya pernah bekerja sebagai koki di rumah Tuan Damian. Kemungkinan lain adalah Hans mendapatkan spatula itu dari seseorang,” terka Don.Sammy terdiam agak lama, tersenyum. “Kita harus bertanya pada Hans untuk mengetahuinya. Jika Orang tua Hans adalah koki di rumah Tuan Damian, takdir kembali mempertemukan Davis dengan orang-orang yang terikat dengannya.”Don mengecek beberapa perlatan masak, men
[Tingkat kesetiaan Hans : 90%][Tingkat kesetiaan Hans : 92%][Tingkat kesetiaan Hans : 94%]Davis menatap layar hologram yang menunjukkan level kesetian Hans. Ia tidak salah memilih dan memberikan kesempatan pada Hans.Alex tersenyum. Ia seperti melihat dirinya sendiri ketika melihat Hans.“Kau mendapatkan kepercayaanku, Hans. Angkat kepalamu sekarang. Aku akan memberimu sebuah kesempatan. Kau harus menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin”Hans menyeka tangis yang masih bercucuran. Hatinya terasa sangat lapang sekarang. “Aku akan melakukannya sebaik mungkin, Davis.”“Dengarkan aku baik-baik, Hans. Aku ingin kau mengasah kemampuan memasakmu sampai kau menjadi koki yang hebat. Aku akan memberimu modal sepuluh juta dolar untuk membangun sebuah restoran. Kau akan mengelola restoran itu dan bertanggung jawab penuh padamu.”“Apa?” Hans terkejut hingga matanya membulat lebar. “Aku pikir kau terlalu berlebihan, Davis. Kau bisa memberiku modal kecil untuk membangun sebuah kedai kecil.”“Aku