Davis termenung selama beberapa waktu, beranjak dari kasur setelah merasa tenang. “Aku semakin mengetahui kebenaran masa laluku meski sistem belum memberitahuku.”Davis mengepalkan tangan erat-erat. “Dylan adalah pelaku utama di baik penyerangan keluargaku. Aku harus segera mencarinya dan membalas dendam.”Davis sontak terdiam ketika mengingat tiga peti. “Aku dan orang tuaku dinyatakan meninggal karena penyerangan itu. Akan tetapi, aku nyatanya masih hidup sekarang. Aku tentu sangat berharap orang tuaku masih hidup.”“Jika aku memang ingin bertemu orang tuaku, aku harus segera meningkatkan levelku agar sistem membiarkanku pergi ke Oaktown.”Davis bergegas bersiap-siap, menuruni tangga. Alex, Jacob, Carlos, dan Hans berada di halaman, melakukan pemanasan untuk berlatih. “Kenapa kita harus tetap berlatih?” tanya Alex sembari merenggangkan tubuh. “Kita sedang berlibur sekarang. Kita seharusnya bersenang-senang.”Jacob menyahut, “Aku setuju denganmu, Alex. Akan tetapi, kita harus tetap
Logan terkejut, tersenyum. “Aku sudah menduga Anda akan tertarik dengan hal itu, Tuan Muda. Aku tentu akan membantumu dengan senang hati.”“Kau tidak perlu mengkhawatirkan persoalan biaya,” ujar Dariel sembari mengamati cincinnya sekilas. “Aku sama sekali tidak pernah meragukan hal itu darimu, Tuan.”Dariel mendapatkan quest untuk mempelajari teknologi canggih. Ia menganggap Logan sebagai pria yang sangat tepat untuk membantunya. Dariel merasa bahwa pertarungan akan semakin dekat sehingga ia harus mempersiapkan banyak hal mulai sekarang. Selain harus melawan keluarganya, ia juga harus mengalahkan Dylan.“Aku sejujurnya ingin bertemu dengan Arnold agar dia menjadi pelatihku, tetapi aku yakin dia akan menolak sebab dialah yang memberikan sistem ini padaku. Dia tidak pernah menghubungiku lagi setelah pertemuan waktu itu,” gumam Dariel. “Tuan Muda,” panggil Logan. “Jadi, kapan kita akan memulai pelatihan? Aku ingin pelatihan itu secepat mungkin.”Logan berpura-pura mengecek ponsel. “B
Theo tertawa terbahak-bahak, menatap Mario tidak berkedip sesaat.“Aku memang kehilangan Brown, tetapi aku bisa menggunakanmu sebagai senjata untuk mencari dan menangkap Dylan dan mencari informasi mengenai keluarga Willdone, Mario. Dibandingkan siapa pun, kau adalah objek yang paling cocok.”“Aku harus mengakui jika kau adalah orang yang sangat jenius, Dylan. Kau membuatku nyaris kewalahan hanya untuk bisa mengendalikan Mario. Andai saja kau berada di pihakku, aku pasti akan semakin mudah mencapai tujuanku.”Theo mengetik di layar hologram. Ia tersenyum saat Mario bangun dari ranjang. “Kau akan memulai pekerjaanmu esok, Mario.”“Aku siap melayanimu, Tuan,” ujar Mario. Theo meninggalkan ruangan, melirik ke belakang saat Mario mengikutinya. “Aku mendapatkan laporan jika Dylan sempat menghalangi sinyal SOS yang anggota-anggota baru itu kumpulkan. Dia nyatanya masih bisa meretas sistemku.”Theo berdiri di sebuah layar sangat besar dan papan tombol lebar. Ia memindai tangannya di sebuah
“Kita berangkat sekarang.” Orange mengirim pesan darurat ke sistem utama. Sayangnya, pesan mendadak batal terkirim tanpa sepengetahuan Orange dan Green. Orange dan Green segera berlari menuju sebuah elevator. Mereka muncul di atap, memasuki sebuah portal melesat sangat cepat menuju lokasi. Orange dan Green tiba di lokasi beberapa menit kemudian. Mereka bergerak sangat cepat menuju lokasi. Green mendarat saat menemukan Aaron di tanah, sedangkan Orange tetap melanjutkan pencarian dan pengawasan. Green memeriksa keadaan Aaron. “Dia kehilangan ingatan.”Green mendapatkan peringatan bahaya di layar. Ia segera melompat ke samping, melayang di udara. Pelindungnya segera menangkis tembakan dari sebuah arah. “Robot tupai dan robot burung hantu. Mereka tergolong robot kelas atas. Alat-alat yang dimiliki oleh Aaron dan anggota baru tidak sebanding dengan robot ini. Pantas saja berakhir memalukan seperti sekarang.” Green menekan tombol. Dua robot burung seketika muncul dan menyerang dua
Pria berjaket hitam itu duduk di sebuah kursi, memesan sebuah minuman hangat. Ia menekan sebuah tombol dan tiba-tiba saja sebuah kubah muncul dan melingkupinya dan teman-temannya. Semua suara bising dari orang-orang sekitar mereka seketika lenyap.“Bagaimana pekerjaan kalian hingga sejauh ini?” tanya pria itu sembari melepas jaket. “Aku belum mendapatkan informasi apa pun mengenai keluarga Willdone.”“Aku juga belum menemukan petunjuk apa pun,” sahut seorang wanita berambut panjang. Ia meneguk minuman, mengawasi para pengunjung kafe. “Bolehkah aku merasa iri pada orang-orang itu sekarang?”“Kau tentu tahu hukuman apa yang akan kita peroleh jika kau sampai keluar dar Shibacorm. Kau tidak akan membuang kesempatan emas ini begitu saja, bukan?” Pria di samping wanita itu membalas sambil mengembus napas panjang. “Kita baru saja mendapatkan tugas pertama, dan kita tidak seharusnya menyerah dengan mudah. Jika kita menyerah sekarang, maka semua pengorbanan kita akan sangat sia-sia.”“Ya, itu
Dennis tidak langsung menjawab. Pria itu terdiam selama beberapa waktu, mengingat pembicaraannya dengan Donald, Dawson, dan Deavon.“Tolong katakan kita tidak akan memusuhi Dariel.” Daisy tiba-tiba menangis, memejamkan mata saat mengingat semua momen kebersamaannya dengan Dariel. Daisy menilai Dariel sebagai sepupu yang cerdas, pengertian dan baik hati. Ia sangat dekat dengannya sebelum perselisihan terjadi. “Apakah kita benar-benar harus melakukan hal ini pada keluarga kita sendiri, Ayah?” tanya Daisy dengan air mata bercucuran. “Aku tidak ingin melakukannya.”“Daisy.” Dennis menggigit bibir saat mendengar suara parau dari Daisy. Ia tahu jika putrinya sedang menangis. Dennis tidak ingin melibatkan Daisy dalam bahaya dan membuatnya bersedih sejak awal. Akan tetapi, ia harus bersikap tegas dan melakukan beragam hal untuk melindungi keluarga, meski harus menyakiti keluarganya yang lain.Daisy menunduk, mengamati air mata yang berjatuhan. Sekujur tubuhnya berguncang hebat. “Aku tidak
Semua orang sontak terkejut ketika Helga memeluk Davis dan menangis. Susan tampak sangat jengkel, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun. “Helga,” panggil Davis, “kau bisa melepaskanku sekarang. Kau memelukku sangat kencang sehingga aku sulit bernapas.”“Apa maksudmu, Davis? Aku tidak mungkin memelukmu!” Helga sontak terdiam menyadari tindakannya. “Aku memeluk Davis? Kenapa aku melakukan hal bodoh ini? Aku pasti sudah sangat gila sekarang.”Helga perlahan melepas pelukan, memutar bola mata. Ia menunduk saat Davis dan semua orang menatapnya. “Kau memang sangat menyebalkan, Davis! Bagaimana mungkin kau memaksaku melihat keadaanmu di tempat ini? Jangan menggangguku lagi! Dasar pria menyebalkan!”Helga bergegas meninggalkan ruangan, menutup pintu sangat keras. Ia terdiam di tengah lorong, mengentakkan kaki berkali-kali. “Aku benar-benar sangat bodoh!”Helga bergegas pergi menuju kamarnya.Henry Tolando mengamati Davis saksama. Ia terkejut dan khawatir saat mendengar kondisi Davis. “Sial
Api berkobar semakin besar dari waktu ke waktu. Para pengawal dan para maid berlarian keluar ruangan. Davis masih terjebak di tempatnya, melihat semua pemandangan mengerikan. Davis terkejut saat sebuah lubang mendadak terbuka dan menariknya ke dalam. Ia berteriak tetapi tidak bisa mendengar suaranya sekecil apa pun. Davis tiba-tiba muncul di atas pohon, memeriksa keadaan tubuhnya. “Aku bisa kembali bergerak. Tetapi di mana aku sekarang? Aku ... tunggu!”Davis tercengang saat melihat kobaran api dan asap yang mengepul dari ketinggian. Rombongan mobil terus berdatangan. Pasukan bertopeng turun dari mobil, menembaki para pengawal dan maid. “Orang-orang itu menyerang keluargaku. Siapa mereka, dan kenapa mereka melakukannya?” Davis menggertakkan gigi. “Di mana ayah dan ibuku? Di mana mereka?”Davis mengamati keadaan sekeliling, terkejut saat ranting pohon tiba-tiba menarik kakinya ke bawah. Ia tidak bisa mendengar suaranya untuk kesekian kali. Saat akan menghantam tanah, sebuah lubang h
Ruangan masih hening selama beberapa waktu. Henry Tolando, Drake, Louise, dan Ivan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka mulai menduga-duga dan menilai kebenaran cerita dari Sebastian. Henry Tolando mengamati Sebastian saksama, mengepalkan tangan erat-erat. “Pria tua itu kemungkinan membohongiku,” gumamnya. Drake membatin, “Apakah cerita itu benar, Ayah?”Henry Tolando duduk tegak. “Kenapa kau tidak memberi tahu Davis bahwa orang tuanya sudah meninggal? Dia seharusnya tahu soal kematian orang tuanya.”Sebastian menunduk, tiba-tiba menangis. Ia menyeka air mata yang berjatuhan, terdiam selama beberapa waktu.“Ayah,” gumam Drake sembari mengelus bahu dan memberikan tisu pada Sebastian. “Aku memang seharusnya memberi tahu Davis mengenai orang tuanya. Akan tetapi, aku masih merasa belum siap melihatnya bersedih dan kecewa. Dia sudah mengalami hari-hari yang sanga buruk selama ini.”“Davis sempat dikabarkan meninggal tempo hari, tetapi dia mendadak muncul dan kaya raya. Apa mung