Darren, Daisy, dan Dasha seketika menoleh. Seorang wanita cantik berdiri di depan mereka.Maya tersenyum, mengangguk singkat pada Daisy. “Nona, aku minta maaf karena sudah mengganggu waktumu. Aku datang untuk mengucapkan terima kasih padamu. Aku mendengar dari saudaraku kau sudah menolongku semalam.”Daisy seketika menyadari siapa wanita yang berdiri di depannya sekarang. “Aku tidak melakukan apa pun, Nona. Aku hanya meminta para pelayan untuk menolongmu.”“Meski begitu, aku tetap berterima kasih padamu.” Maya memberikan sebuah kartu nama. “Aku sangat berharap bisa membalas budi padamu. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa menghubungiku.”Daisy menerima kartu nama dengan ragu, membaca sebuah nama. “Aku harap aku tidak perlu merepotkanmu, Nona.”“Nona, bisakah aku tahu namamu?” tanya Maya. “Aku ... Daisy, Daisy Miller.”Maya sontak terkejut, menatap Daisy tidak berkedip selama beberapa waktu. Ia melirik Darren dan Dasha, bersikap setenang mungkin. “Aku sungguh menyesal karena tidak
“Kami minta maaf karena kami datang sedikit terlambat,” ujar seorang pria tinggi besar yang datang bersama seorang pria dan dua wanita. Semua orang yang sedang berkumpul seketika menoleh, menatap Moses, Mathilda, seorang pria paruh baya, dan seorang gadis cantik. “Kau memang selalu saja datang terlambat, Moses. Aku seharusnya menghajarmu sekarang, tetapi aku tidak memiliki waktu,” ujar Toshi.“Kami sedikit mendapatkan masalah di jalan, Tuan.” Moses melirik putra dan cucu perempuannya. “Aku datang bersama Moreno dan Milla.” Tora dan Milla saling bertatapan sekilas, begitu pun dengan Taka dan Morena. Taka menjelaskan secara garis besar rencana pada keluarga Moses. “Kita pergi sekarang.” Toshi meninggalkan minimarket, mengamati keadaan jalan. Ia mendongak ke langit saat hujan mulai mengguyur. Sekumpulan berandal mulai mendekat, menatap tajam. Salah satu dari mereka berkata, “Hei pria tua. Serahkan uang dan barang-barang berhargamu pada kami sekarang. Jika tidak ....”Sebuah pukulan
Battle Arena berakhir setelah si Dewa Kematian berhasil mengalahkan semua penantang. Para penonton bersorak sangat heboh sehingga suara mereka menggema ke seluruh arena. Para penonton mulai meninggalkan arena beberapa menit kemudian, berbincang mengenai pertarungan tadi. Mereka terus mengelu-elukan si Dewa Kematian, bertanya-tanya siapa yang akan mengalahkannya. “Aku sepertinya menang lagi hari ini, Tuan,” ujar Davis. Henry Tolando mendengkus kesal, berdiri dari kursi. “Tutup mulutmu, Davis. Kau terus saja membuatku kesal sepanjang hari ini.”“Aku harap aku bisa bertemu denganmu setiap hari, Tuan.”“Dasar brengsek!” Davis mengantar Henry Tolando meninggalkan ruangan. Saat melewati ruangan Darren, ia merasa cukup tegang dan penasaran. “Sistem masih tidak memberikan peringatan apa pun.”Henry Tolando berbisik di telinga Harold, berjalan lebih cepat, “Apakah kau sudah melakukan perintahku, Harold?”“Aku sudah melakukannya, Tuan. Sayangnya, aku tidak bisa mendekati Darren Miller. Dia
“Selamat datang, Tuan Muda. Aku sudah menunggumu,” ujar Logan. Dariel mengabaikan basa-basi Logan, duduk di sofa. “Aku tidak ingin berbasa-basi. Aku siap untuk ujian yang kau berikan.”“Baiklah, Tuan Muda.” Logan berjalan ke sebuah meja, tersenyum. “Apa kau melihat sesuatu di atas meja ini?”Dariel sontak terdiam, melirik cincinnya sekilas. “Tidak, aku tidak melihat apa pun.”Logan menekan jam tangan. Beberapa barang tiba-tiba muncul di atas meja. Dariel terkejut, berusaha bersikap senormal mungkin. “Aku cukup terkejut dengan hal itu. Kau tampaknya memiliki sebuah alat menarik, Logan.”Logan mengangguk. “Ya, aku baru saja mengembangkan alat untuk menyembunyikan barang, Tuan Muda. Aku membutuhkan cukup banyak waktu dan juga biaya untuk mengembangkannya.”“Apa kau bisa membuat alat untuk menyembunyikan seseorang?” Dariel mencondongkan tubuh ke depan, menatap barang-barang di atas meja. Ia tidak memungkiri jika dirinya sangat tertarik dengan alat itu. “Aku masih mengembangkan alat itu
“Apa maksudmu, Dasha?” Daisy seketika menunduk. “Aku sama sekali tidak memiliki kekasih. Aku mengajakmu ke Leaventown karena ... karena kota ini sangat menarik. Bukankah kau yang mengatakan kota in memiliki banyak tempat menarik?”Dasha menahan tawa. “Ayolah, Daisy. Wajahmu sangat merah sekarang. Aku tidak akan mengatakan pada siapa pun jika kau memiliki kekasih. Kalaupun dia bukan kekasihmu, kau bisa memberi tahuku bahwa pria itu adalah gebetanmu.”“Aku harus ke toilet sekarang.” Daisy berdiri, bergegas meninggalkan meja. Ia berlari secepat mungkin sambil menutup wajah. “Astaga, aku sangat malu di depan Dasha. Aku tidak mungkin mengakui Davis sebagai kekasihku. Aku bahkan jarang bertemu dengannya.”Dasha tertawa pelan, mengecek riasannya. “Astaga, Daisy memang tidak pandai berbohong. Kenapa dia harus merahasiakannya dariku? Aku tahu kalau dia memang menyukai seorang pria. Aku penasaran siapa pria itu. Apakah dia ... astaga!”Dasha seketika menoleh saat seseorang menabrak bahunya. “Ap
“Orange!” teriak Green saat Orang tertarik dengan sangat cepat. Ia bergegas berbalik, terbang menuju Orange. Orange mendengkus kesal, berusaha melepaskan tarikan. Ia terdiam saat melihat sebuah portal yang mendadak terbuka. “Seseorang berada di dalam portal. Apakah dia yang menangkap Yellow dan White?”Green mengeluarkan serangan pada tali yang terus menarik Orange. Akan tetapi, ia lengah dengan serangan dari samping kiri dan kanan sehingga ia terpental ke belakang. Orange menarik dirinya ke arah berlawan. Meski begitu, ia masih juga tertarik ke arah portal. “Kalaupun aku tertangkap, Green tidak boleh tertangkap. Haru ada seseorang yang selamat.”Orange menoleh ke belakang, berbicara melalui sebuah alat. “Jangan menolongku! Pergi sekarang, sialan!”Green muncul di dekat Orange. Saat akan menyentuh pria berambut orange itu, sebuah kotak mendadak muncul dan mengurungnya. “Sial!” gerutu Green sembari berusaha melepaskan diri. Orange terkejut saat portal menghilang, begitu pun dengan