Dariel, Darren, dan dua pengawal mereka menyusuri rerumputan, melewati deretan dan tumpukan barang bekas. “Aku teringat dengan penjelajahan kita waktu kecil.” Darren tertawa. “Aku tidak menduga kita akan melakukan hal serupa di usia dewasa.”Darren mengamati keadaan sekeliling. “Dasha pasti akan terus mengomel kalau dia ikut dengan kita sekarang. Dia tidak suka dengan hal-hal seperti ini.”Dariel dan Darren tiba di depan sebuah bangunan tua. Mereka memasuki gedung, mengawasi keadaan sekeliling. Ruangan tampak lengang dari barang-barang. Hanya sebuah kursi tua dan beberapa tumpukan kotak kayu yang terlihat di sudut ruangan. Dariel dan Darren menyusuri gedung, berjalan-jalan di halaman belakang, menyusuri tumpukan balok kayu dan barang bekas. Dariel dan Darren pergi menuju pantai, berjalan sepanjang garis pantai, kembali ke sisi pantai di dekat gedung tua. “Kau tentu memiliki alasan kenapa kau mengajakku ke tempat ini, Dariel,” ujar Darren sembari mengamati kapal-kapal yang bergerak
“Sebuah koin bertuliskan keluarga Miller,” ujar Davis sembari mengelus koin di tangannya. “Kenapa Daisy memberikan koin ini padaku?”Davis mengembus napas panjang, berbaring di sofa. Ia mengamati langit-langit kamar, beralih pada koin bulat di tangannya. “Koin ini ....”Layar hologram tiba-tiba menampilkan informasi. Davis membaca informasi itu saksama. “Koin ini adalah koin khusus, sebuah tanda jika pemiliknya diberikan akses khusus untuk berbicara dengan anggota keluarga Miller dan meminta bantuan padanya.”Davis tersenyum, memasukkan koin ke dalam kotak. Ia menyimpan kotak itu ke dalam lemari, terdiam saat mengingat pertemuan dengan Daisy beberapa waktu lalu. “Aku tidak menduga jika Daisy memang menyukaiku. Dia melakukan banyak hal untuk bertemu denganku. Sayangnya, sistem melarangku untuk mendekatinya.”Davis melepaskan pakaian. “Aku mengerti perasaan Daisy sekarang. Aku pernah merasakan jatuh cinta pada Susan meski akhirnya aku merasa menderita. Daisy memilih pilihan tepat untu
Helga bergegas memasuki mobil, memberi tanda pada sopir untuk segera pergi. Ia tampak sangat kesal saat membayangkan Davis dan Daisy makan siang bersama. Helga menerima panggilan Henry Tolando, bersandar di kursi. “Kenapa kau lama sekali menerima panggilanku, Helga? Di mana kau sekarang?” tanya Henry Tolando sembari mengamati pemandangan kota. Pria itu baru saja selesai bertemu dengan Ryan Fonteno, salah satu mitra bisnisnya. “Aku baru saja selesai makan siang, Ayah.” Helga mendengkus kesal. “Ayah, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu.”“Katakan sekarang.” Henry Tolando duduk di sofa, menyalakan televisi, meneguk minuman. “Davis tampaknya baru saja makan siang bersama Daisy.”“Apa?” Henry Tolando seketika menyemburkan minuman, mematikan televisi. “Apa yang baru saja kau katakan, Helga? Davis baru saja makan siang dengan Daisy Miller?”“Ya, Ayah. Aku melihat Davis dan Daisy keluar dari ruangan yang sama.”“Kenapa kau tidak memberi tahuku sejak awal, Helga? Dan apa yang kau lakukan
Davis seketika menoleh pada Daisy. “Ya.”Dasha semakin kesal setelah Davis berbicara. “Aku ingin sekali merobek wajah berandal ini, tetapi aku tidak mungkin melakukannya di depan Daisy,” batinnya. Dasha tiba-tiba berdiri. “Aku harus mengangkat panggilan dari ayahku sekarang. Kalian mengobrollah selama aku pergi.”“Paman David,” gumam Davis ketika Dasha melewatinya. Dasha seketika berhenti berjalan, menoleh pada Davis. “Apakah Davis baru saja mengatakan Paman David?” gumamnya. Dasha bertatapan dengan Daisy, bergegas pergi. “Aku sepertinya salah mendengar karena terlalu kesal pada Davis. Berandal itu tidak mungkin mengenal ayahku. Dasar menjengkelkan!”Davis dan Daisy sama-sama diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. “Apakah Dasha marah padaku? Dia tampak kesal melihatku,” ujar Davis. “Apa?” Daisy berusaha setenang mungkin. “Aku yakin Dasha tidak marah padamu. Dia memang terlihat ketus jika sedang diam. Beberapa orang memang memiliki wajah ketus.”“Syukurlah. Aku takut jika ak
Dylan melompat menuju sisi ranjang, terdiam saat melihat Davian terbaring tidak sadarkan diri. Detak jarum jam mengisi keheningan ruangan untuk sementara waktu. Dylan tenggelam dalam lamunan, mengingat semua pertemuannya dengan Davian. “Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Kau melewati hari-hari yang sangat melelahkan, Tuan.”Dylan mengepalkan tangan erat-erat. “Kau memperlakukanku sangat baik selama ini, tetapi aku belum bisa banyak membantumu. Selama ini, aku fokus untuk menyembuhkan diriku, menyempurnakan sistem, melindungi Davis, dan juga mencari keberadaan Damian dan Dominique. Akhir-akhir ini, aku bahkan harus berupaya menangkap sekaligus menghindari serangan kelompok berbahaya.”Dylan mengembus napas panjang, menyentuh tangan Davian. “Aku akhirnya bisa menemui sekarang, Tuan. Aku akan berusaha untuk membantumu.”Dylan memindai keadaan Davian melalui sistem. Ia terkejut saat melihat deretan informasi di layar hologram. “Seseorang tampaknya sudah menggunakan kemampuan sebu
“Dasha sangat menyebalkan!” Daisy memutar bola mata, membuka pintu, bergegas membelakangi Dasha. “Kau sangat cantik, Daisy.” Dasha menahan tawa. “Aku tahu kau sangat menantikan pertemuan ini.”“Aku hanya menuruti keinginanmu, Dasha.” Daisy berbalik, cemberut. “Aku akan langsung pergi jika aku merasa bosan.”“Ayolah, Daisy. Berhenti berpura-pura di depanku. Tidak ada yang salah jika kau jatuh cinta pada seseorang.”“Apakah ... Davis sudah memberikan kabar? Aku ingin segera pertemuan ini usai.”Dasha tersenyum saat mendapatkan pesan dari nomor asing. “Ya, Davis sudah menghubungiku. Dia setuju untuk makan siang dengan kita. Aku akan segera mengirim alamat restoran padanya sekarang.”Daisy seketika menunduk, meremas gaun. “Astaga, aku semakin tegang sekarang,” gumamnya.Dasha tiba-tiba menarik tangan Daisy. “Saatnya kita pergi sekarang. Kau hanya akan menyesal jika kau tiba-tiba menolak pergi, Daisy.”“Astaga, Dasha! Lepaskan tanganku!”Daisy dan Dasha memasuki mobil. Rombongan mobil me