Daniel mengamati gedung di dalam mobil, menoleh ke arah depan setelah bangunan menghilang dari pandangannya. Ia memutuskan untuk kembali setelah memastikan pasukannya sudah menyingkirkan para pengkhianat.Daniel merasa sangat mengantuk, tetapi ia tetap memaksakan diri untuk terus terjaga. Ia terus begadang selama berhari-hari karena ketakutan dan kekhawatiran berlebihan. Kondisinya semakin buruk dari waktu ke waktu. Akan tetapi, ia berusaha bertahan.“Aku tahu kau masih hidup di luar sana, Dariel. Aku yakin kau pasti akan kembali di waktu yang tepat. Aku akan berjuang dan menunggumu, Dariel,” gumam Daniel.Rombongan mobil terus bergerak, melewati hutan sampai akhirnya tiba di sebuah jalan raya yang lengang. Dari kejauhan, terlihat pantai, laut dan juga pemandangan kota. Matahari bersinar terik dan langit begitu cerah.Daniel tertidur tak lama setelahnya. Ia terlihat sangat gelisah dan ketakutan hingga keringat bercucuran di tubuhnya. Beberapa kali ia mengingau dan menyebut nama Damian
Para penjaga berbaris di halaman dan teras. Logan mendapatkan pemeriksaan sangat ketat dimulai saat ia memasuki teras hingga berada di depan sebuah ruangan.Logan berdiri di depan pintu agak lama, melirik keadaan sekeliling sesaat. “Aku sudah bisa menebak apa yang akan terjadi di dalam ruangan itu. Daniel pasti akan murka padaku sebab aku belum bisa menemukan putranya.”Logan mengepalkan tangan erat-erat. “Aku sudah mengerahkan seluruh kemampuanku, tetapi aku belum mendapatkan informasi mengenai keberadaan Dariel Miller. Akan tetapi, aku bisa memastikan kalau ....”Pintu ruangan mendadak terbuka. Seorang pengawal muncul dari celah pintu, menatap Logan dan berkata, “Kau bisa masuk sekarang.”Daniel berada di kursi roda, menatap Logan dan beberapa pengawalnya yang baru memasuki ruangan. Keadaannya tampak kacau karena Dariel yang belum jelas keadaannya. Ia sudah memerintahkan pasukan untuk terus mencari, tetapi hasil belum sesuai keinginannya.“Aku datang sesuai dengan permintaanmu, Tuan
Magnus dan para pengawal utamanya menyebar ke berbagai arah. Mereka berdesakan dengan para pejalan kaki dan lalu lalang kendaraan. Suasana kota semakin ramai seiring waktu.Magnus berjalan di sebuah jembatan, melewati jalan raya dan orang-orang. Ia mengamati keadaan dengan saksama, berusaha menemukan petunjuk. Berdasarkan kabar dari timnya, Timothy dan putranya terlihat di jalanan pusat kota ini. Sayangnya, pasukan lain belum mendapatkan informasi terkait Moses.Magnus sudah melaporkan kabar itu pada David. Ia berusaha sekeras mungkin agar bisa bertemu dengan Moses maupun Timothy. Pasukannya menyebar ke berbagai wilayah, bahkan pasukan bantuan diturunkan. Meski sangat berambisi, ia juga berusaha untuk berhati-hati.Magnus menuruni tangga, menyusuri trotoar, memasuki sebuah jalan kecil. Suasana terasa lebih sepi dibandingkan jalanan utama. Beberapa orang terlihat berkumpul di depan pertokoan, pinggiran gedung, dan gang-gang kecil.Magnus mendapatkan panggilan dari salah satu bawahannya
Henry Tolando tiba di kantor beberapa menit kemudian. Ia mendengkus kesal ketika memasuki lobi. Ia mengabaikan sambutan dari para karyawan, terus berjalan menuju elevator.“Dasar brengsek! Aku menjadi sangat kesal hanya karena memasuki kantor ini. Kau sungguh membuatku jengkel, Davis,” gumam Henry Tolando.Gio mengamati keadaan sekeliling, berjalan di antara para pengawal. “Kantor ini memiliki sistem keamanan standar. Aku tidak melihat sesuatu yang menarik dan luar biasa di sini.”“Selamat datang, Tuan Henry. Kau sungguh membuatku terkejut.” Davis datang bersama para pengawal dan beberapa pekerja. “Bagaimana jika kita berbincang di ruanganku? Aku sudah menyiapkan hidangan favoritmu.”“Tutup mulutmu, Davis,” ketus Henry Tolando sembari mengamati Davis dan para pengawalnya. Ia semakin jengkel dengan sikap ramah dan senyuman Davis.Gio menatap Davis saksama. “Davis pria tampan dan gagah seperti yang Tuan Henry katakan. Aku mendengar Davis adalah mantan berandal kota ini. Dia menjadi peme
Udara pagi terasa begitu dingin. Rintik gerimis menemani pagi penduduk kota. Meski angin beberapa kembali berembus kencang, tetapi hal itu tidak membuat sebagian besar penduduk terus berdiam di rumah. Pada kenyataannya, hidup akan terus berlanjut.Kendaraan-kendaraan berlalu lalang di berbagai jalan. Orang-orang menaiki dan turun dari bus, taksi, dan kereta. Para pedagang bersiap untuk membuka toko dan menyambut pembeli. Beberapa pejalan kaki terlihat memadati trotoar, menyeberang jalan, berjalan di jembatan.Awan hitam terlihat di langit. Kawanan burung terbang berputar-putar, melintasi jalanan yang cukup macet.Sebuah mobil melaju cepat di sebuah jalan, melewati beberapa kendaraan dengan cepat. Mobil itu memasuki sebuah gerbang, menepi di depan lobi. Tiga orang pria berseragam memasuki hotel, berjalan di lorong, berdiri di sebuah ruangan di lantai paling atas.“Mereka sudah tiba,” ujar Gio sembari mengamati penampilannya di cermin. Ia membetulkan letak kaca mata, mengambil tas kecil
Hujan mengguyur deras sejak sore. Angin berembus kencang, menggoyangkan pepohonan ke kiri dan kanan. Meski begitu, lalu lintas tampak sangat macet di beberapa ruas jalan bersamaan dengan waktu pulang para pekerja.Davis berada di kamar selepas pulang dari acara ulang tahun. Ia sempat keluar hanya untuk makan malam dan berbincang beberapa hal.Davis senang Sarah dan Elora tampak bahagia, tetapi di saat yang sama ia semakin penasaran dengan si pengguna sistem.Davis memeriksa dokumen, berolahraga sebentar di kamar. Bersamaan dengan hujan yang mulai reda, ia terlelap di kasur.Eren mengawasi keadaan rumah Davis dari ketinggian. Ia melihat sebuah kubah pelindung dan puluhan robot yang berpatroli.“Aku tidak menduga penjagaannya akan seketat itu. Aku sepertinya tidak akan bisa lagi menyelinap ke rumah Davis.” Eren tersenyum, terbang lebih tinggi. “Jika aku tetap menyelinap masuk, aku pasti akan berhadapan dengan Dylan.”Eren mendengkus kesal. “Aku tidak ingin Edgar ikut campur. Dia terus s