“Apa?”Drake, Louise, dan Ivan sontak terkejut. Mereka tercengang selama beberapa waktu, saling menoleh satu sama lain. Mereka tidak menduga jika Sebastian akan setuju tanpa paksaan dan perdebatan apa pun. “Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa kalian mendadak diam?” tanya Sebastian. Drake tersenyum. “Aku pikir kau akan menolak permintaan itu, Ayah. Kau sangat tertutup mengenai identitas Davis dan orang tuanya.”“Pertemuan ini sangat penting untuk keluarga kita, bukan? Meski aku bukan lagi pemimpin keluarga, tetapi aku tetap bertanggung jawab pada keluarga ini. Kalaupun aku menolak, kalian pasti akan tetap memaksaku.”Drake tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia sangat lega karena ketakutannya tidak terbukti. “Apa yang bisa kami bantu sekarang, Ayah?” “Beri aku waktu sepuluh menit untuk bersiap-siap. Kalian tunggulah di luar.”Louise berkata, “Ayah, kami bisa membantumu.”Drake segera memelototi Louise. “Kami akan menunggumu, Aya. Beri tahu kami jika kau membutuhkan sesuatu
Ruangan masih hening selama beberapa waktu. Henry Tolando, Drake, Louise, dan Ivan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka mulai menduga-duga dan menilai kebenaran cerita dari Sebastian. Henry Tolando mengamati Sebastian saksama, mengepalkan tangan erat-erat. “Pria tua itu kemungkinan membohongiku,” gumamnya. Drake membatin, “Apakah cerita itu benar, Ayah?”Henry Tolando duduk tegak. “Kenapa kau tidak memberi tahu Davis bahwa orang tuanya sudah meninggal? Dia seharusnya tahu soal kematian orang tuanya.”Sebastian menunduk, tiba-tiba menangis. Ia menyeka air mata yang berjatuhan, terdiam selama beberapa waktu.“Ayah,” gumam Drake sembari mengelus bahu dan memberikan tisu pada Sebastian. “Aku memang seharusnya memberi tahu Davis mengenai orang tuanya. Akan tetapi, aku masih merasa belum siap melihatnya bersedih dan kecewa. Dia sudah mengalami hari-hari yang sanga buruk selama ini.”“Davis sempat dikabarkan meninggal tempo hari, tetapi dia mendadak muncul dan kaya raya. Apa mung
Api berkobar semakin besar dari waktu ke waktu. Para pengawal dan para maid berlarian keluar ruangan. Davis masih terjebak di tempatnya, melihat semua pemandangan mengerikan. Davis terkejut saat sebuah lubang mendadak terbuka dan menariknya ke dalam. Ia berteriak tetapi tidak bisa mendengar suaranya sekecil apa pun. Davis tiba-tiba muncul di atas pohon, memeriksa keadaan tubuhnya. “Aku bisa kembali bergerak. Tetapi di mana aku sekarang? Aku ... tunggu!”Davis tercengang saat melihat kobaran api dan asap yang mengepul dari ketinggian. Rombongan mobil terus berdatangan. Pasukan bertopeng turun dari mobil, menembaki para pengawal dan maid. “Orang-orang itu menyerang keluargaku. Siapa mereka, dan kenapa mereka melakukannya?” Davis menggertakkan gigi. “Di mana ayah dan ibuku? Di mana mereka?”Davis mengamati keadaan sekeliling, terkejut saat ranting pohon tiba-tiba menarik kakinya ke bawah. Ia tidak bisa mendengar suaranya untuk kesekian kali. Saat akan menghantam tanah, sebuah lubang h
Semua orang sontak terkejut ketika Helga memeluk Davis dan menangis. Susan tampak sangat jengkel, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun. “Helga,” panggil Davis, “kau bisa melepaskanku sekarang. Kau memelukku sangat kencang sehingga aku sulit bernapas.”“Apa maksudmu, Davis? Aku tidak mungkin memelukmu!” Helga sontak terdiam menyadari tindakannya. “Aku memeluk Davis? Kenapa aku melakukan hal bodoh ini? Aku pasti sudah sangat gila sekarang.”Helga perlahan melepas pelukan, memutar bola mata. Ia menunduk saat Davis dan semua orang menatapnya. “Kau memang sangat menyebalkan, Davis! Bagaimana mungkin kau memaksaku melihat keadaanmu di tempat ini? Jangan menggangguku lagi! Dasar pria menyebalkan!”Helga bergegas meninggalkan ruangan, menutup pintu sangat keras. Ia terdiam di tengah lorong, mengentakkan kaki berkali-kali. “Aku benar-benar sangat bodoh!”Helga bergegas pergi menuju kamarnya.Henry Tolando mengamati Davis saksama. Ia terkejut dan khawatir saat mendengar kondisi Davis. “Sial
Dennis tidak langsung menjawab. Pria itu terdiam selama beberapa waktu, mengingat pembicaraannya dengan Donald, Dawson, dan Deavon.“Tolong katakan kita tidak akan memusuhi Dariel.” Daisy tiba-tiba menangis, memejamkan mata saat mengingat semua momen kebersamaannya dengan Dariel. Daisy menilai Dariel sebagai sepupu yang cerdas, pengertian dan baik hati. Ia sangat dekat dengannya sebelum perselisihan terjadi. “Apakah kita benar-benar harus melakukan hal ini pada keluarga kita sendiri, Ayah?” tanya Daisy dengan air mata bercucuran. “Aku tidak ingin melakukannya.”“Daisy.” Dennis menggigit bibir saat mendengar suara parau dari Daisy. Ia tahu jika putrinya sedang menangis. Dennis tidak ingin melibatkan Daisy dalam bahaya dan membuatnya bersedih sejak awal. Akan tetapi, ia harus bersikap tegas dan melakukan beragam hal untuk melindungi keluarga, meski harus menyakiti keluarganya yang lain.Daisy menunduk, mengamati air mata yang berjatuhan. Sekujur tubuhnya berguncang hebat. “Aku tidak
Pria berjaket hitam itu duduk di sebuah kursi, memesan sebuah minuman hangat. Ia menekan sebuah tombol dan tiba-tiba saja sebuah kubah muncul dan melingkupinya dan teman-temannya. Semua suara bising dari orang-orang sekitar mereka seketika lenyap.“Bagaimana pekerjaan kalian hingga sejauh ini?” tanya pria itu sembari melepas jaket. “Aku belum mendapatkan informasi apa pun mengenai keluarga Willdone.”“Aku juga belum menemukan petunjuk apa pun,” sahut seorang wanita berambut panjang. Ia meneguk minuman, mengawasi para pengunjung kafe. “Bolehkah aku merasa iri pada orang-orang itu sekarang?”“Kau tentu tahu hukuman apa yang akan kita peroleh jika kau sampai keluar dar Shibacorm. Kau tidak akan membuang kesempatan emas ini begitu saja, bukan?” Pria di samping wanita itu membalas sambil mengembus napas panjang. “Kita baru saja mendapatkan tugas pertama, dan kita tidak seharusnya menyerah dengan mudah. Jika kita menyerah sekarang, maka semua pengorbanan kita akan sangat sia-sia.”“Ya, itu
Rumah megah keluarga Anderson tampak berbeda malam ini. Suara tepuk tangan terdengar memenuhi ruangan saat seorang wanita dan seorang pria bergantian memasangkan cincin.Di sisi lain, Davis tersenyum saat memasuki ruangan. Ini kali pertama dalam hidupnya sepanjang 25 tahun menghadiri sebuah pesta. Pria itu mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin meski harus menguras tabungannya.“Selamat atas pertunangan kalian, Ethan, Susan.”Davis tiba-tiba terdiam ketika mendengar suara tersebut. Pria bertubuh tinggi itu seketika membeku saat melihat dua orang yang dikenalnya tengah berciuman di atas panggung. Senyum bahagianya lenyap dan berganti menjadi rasa sakit hati yang mendalam.“Apa maksudnya semua ini?” Davis berkata cukup keras hingga perhatian semua orang tertuju padanya. Kerumunan tamu seketika terbelah dua ketika ia berjalan mendekat.Semua keluarga Anderson tersenyum saat melihat Davis. Mereka sudah sejak lama tidak menyukai pria itu karena menganggapnya sebagai benalu tidak bergun
“Dengarkan aku, brengsek. Malam ini adalah malam terakhir kau menjadi benalu di keluarga Anderson. Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke keluarga ini untuk selamanya. Kau beruntung karena aku tidak menuntut ganti rugi sepeser pun atas biaya hidupmu selama ini. Jika kita kembali bertemu di suatu tempat, jangan pernah berbicara padaku dan keluargaku. Kau hanya memiliki waktu setengah jam untuk mengemas barang-barangmu,” ujar Drake. “Izinkan aku bertemu dengan kakek sebagai salam perpisahan. Aku tidak akan mengatakan apa pun soal masalah tadi. Aku … hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya.” Davis menunduk sesaat, menoleh ke sisi lain.Drake berdecak. “Jangan mengambil barang apa pun milik ayahku atau milik siapa pun di rumah ini. Jika kau melakukannya, aku akan menyeretmu ke dalam penjara sampai kau membusuk di sana.”“Aku mengerti.” Davis berjalan menuju kamarnya yang berada di belakang rumah.“Sampah sepertimu memang pantas hidup di jalanan.” Drake tersenyum mengejek, menutup pi
Pria berjaket hitam itu duduk di sebuah kursi, memesan sebuah minuman hangat. Ia menekan sebuah tombol dan tiba-tiba saja sebuah kubah muncul dan melingkupinya dan teman-temannya. Semua suara bising dari orang-orang sekitar mereka seketika lenyap.“Bagaimana pekerjaan kalian hingga sejauh ini?” tanya pria itu sembari melepas jaket. “Aku belum mendapatkan informasi apa pun mengenai keluarga Willdone.”“Aku juga belum menemukan petunjuk apa pun,” sahut seorang wanita berambut panjang. Ia meneguk minuman, mengawasi para pengunjung kafe. “Bolehkah aku merasa iri pada orang-orang itu sekarang?”“Kau tentu tahu hukuman apa yang akan kita peroleh jika kau sampai keluar dar Shibacorm. Kau tidak akan membuang kesempatan emas ini begitu saja, bukan?” Pria di samping wanita itu membalas sambil mengembus napas panjang. “Kita baru saja mendapatkan tugas pertama, dan kita tidak seharusnya menyerah dengan mudah. Jika kita menyerah sekarang, maka semua pengorbanan kita akan sangat sia-sia.”“Ya, itu
Dennis tidak langsung menjawab. Pria itu terdiam selama beberapa waktu, mengingat pembicaraannya dengan Donald, Dawson, dan Deavon.“Tolong katakan kita tidak akan memusuhi Dariel.” Daisy tiba-tiba menangis, memejamkan mata saat mengingat semua momen kebersamaannya dengan Dariel. Daisy menilai Dariel sebagai sepupu yang cerdas, pengertian dan baik hati. Ia sangat dekat dengannya sebelum perselisihan terjadi. “Apakah kita benar-benar harus melakukan hal ini pada keluarga kita sendiri, Ayah?” tanya Daisy dengan air mata bercucuran. “Aku tidak ingin melakukannya.”“Daisy.” Dennis menggigit bibir saat mendengar suara parau dari Daisy. Ia tahu jika putrinya sedang menangis. Dennis tidak ingin melibatkan Daisy dalam bahaya dan membuatnya bersedih sejak awal. Akan tetapi, ia harus bersikap tegas dan melakukan beragam hal untuk melindungi keluarga, meski harus menyakiti keluarganya yang lain.Daisy menunduk, mengamati air mata yang berjatuhan. Sekujur tubuhnya berguncang hebat. “Aku tidak
Semua orang sontak terkejut ketika Helga memeluk Davis dan menangis. Susan tampak sangat jengkel, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun. “Helga,” panggil Davis, “kau bisa melepaskanku sekarang. Kau memelukku sangat kencang sehingga aku sulit bernapas.”“Apa maksudmu, Davis? Aku tidak mungkin memelukmu!” Helga sontak terdiam menyadari tindakannya. “Aku memeluk Davis? Kenapa aku melakukan hal bodoh ini? Aku pasti sudah sangat gila sekarang.”Helga perlahan melepas pelukan, memutar bola mata. Ia menunduk saat Davis dan semua orang menatapnya. “Kau memang sangat menyebalkan, Davis! Bagaimana mungkin kau memaksaku melihat keadaanmu di tempat ini? Jangan menggangguku lagi! Dasar pria menyebalkan!”Helga bergegas meninggalkan ruangan, menutup pintu sangat keras. Ia terdiam di tengah lorong, mengentakkan kaki berkali-kali. “Aku benar-benar sangat bodoh!”Helga bergegas pergi menuju kamarnya.Henry Tolando mengamati Davis saksama. Ia terkejut dan khawatir saat mendengar kondisi Davis. “Sial
Api berkobar semakin besar dari waktu ke waktu. Para pengawal dan para maid berlarian keluar ruangan. Davis masih terjebak di tempatnya, melihat semua pemandangan mengerikan. Davis terkejut saat sebuah lubang mendadak terbuka dan menariknya ke dalam. Ia berteriak tetapi tidak bisa mendengar suaranya sekecil apa pun. Davis tiba-tiba muncul di atas pohon, memeriksa keadaan tubuhnya. “Aku bisa kembali bergerak. Tetapi di mana aku sekarang? Aku ... tunggu!”Davis tercengang saat melihat kobaran api dan asap yang mengepul dari ketinggian. Rombongan mobil terus berdatangan. Pasukan bertopeng turun dari mobil, menembaki para pengawal dan maid. “Orang-orang itu menyerang keluargaku. Siapa mereka, dan kenapa mereka melakukannya?” Davis menggertakkan gigi. “Di mana ayah dan ibuku? Di mana mereka?”Davis mengamati keadaan sekeliling, terkejut saat ranting pohon tiba-tiba menarik kakinya ke bawah. Ia tidak bisa mendengar suaranya untuk kesekian kali. Saat akan menghantam tanah, sebuah lubang h
Ruangan masih hening selama beberapa waktu. Henry Tolando, Drake, Louise, dan Ivan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka mulai menduga-duga dan menilai kebenaran cerita dari Sebastian. Henry Tolando mengamati Sebastian saksama, mengepalkan tangan erat-erat. “Pria tua itu kemungkinan membohongiku,” gumamnya. Drake membatin, “Apakah cerita itu benar, Ayah?”Henry Tolando duduk tegak. “Kenapa kau tidak memberi tahu Davis bahwa orang tuanya sudah meninggal? Dia seharusnya tahu soal kematian orang tuanya.”Sebastian menunduk, tiba-tiba menangis. Ia menyeka air mata yang berjatuhan, terdiam selama beberapa waktu.“Ayah,” gumam Drake sembari mengelus bahu dan memberikan tisu pada Sebastian. “Aku memang seharusnya memberi tahu Davis mengenai orang tuanya. Akan tetapi, aku masih merasa belum siap melihatnya bersedih dan kecewa. Dia sudah mengalami hari-hari yang sanga buruk selama ini.”“Davis sempat dikabarkan meninggal tempo hari, tetapi dia mendadak muncul dan kaya raya. Apa mung
“Apa?”Drake, Louise, dan Ivan sontak terkejut. Mereka tercengang selama beberapa waktu, saling menoleh satu sama lain. Mereka tidak menduga jika Sebastian akan setuju tanpa paksaan dan perdebatan apa pun. “Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa kalian mendadak diam?” tanya Sebastian. Drake tersenyum. “Aku pikir kau akan menolak permintaan itu, Ayah. Kau sangat tertutup mengenai identitas Davis dan orang tuanya.”“Pertemuan ini sangat penting untuk keluarga kita, bukan? Meski aku bukan lagi pemimpin keluarga, tetapi aku tetap bertanggung jawab pada keluarga ini. Kalaupun aku menolak, kalian pasti akan tetap memaksaku.”Drake tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia sangat lega karena ketakutannya tidak terbukti. “Apa yang bisa kami bantu sekarang, Ayah?” “Beri aku waktu sepuluh menit untuk bersiap-siap. Kalian tunggulah di luar.”Louise berkata, “Ayah, kami bisa membantumu.”Drake segera memelototi Louise. “Kami akan menunggumu, Aya. Beri tahu kami jika kau membutuhkan sesuatu
“Jika kalian berhasil membujuk ayah kalian, aku akan berinvestasi di perusahaan kalian. Jika tidak, kalian tidak akan mendapatkan kesempatan apa pun lagi dariku meski kalian meminta Davis membujukku sekalipun,” ujar Henry Tolando. Drake, Louise, dan Ivan saling berpandangan. Mereka berbagi keterkejutan karena mendapatkan tugas sulit ini. Akan tetapi, mereka menyadari jika hadiah dari tugas itu adalah sesuatu yang mereka sudah harapkan sejak lama. Henry Tolando tersenyum. “Kalian bisa keluar dari ruanganku sekarang. Aku akan menunggu kedatangan ayah kalian. Lebih cepat ayah kalian datang, lebih cepat pula aku menginvestasikan uangku di perusahaan kalian.” Drake, Louise, dan Ivan meninggalkan ruangan. Mereka terdiam sambil berjalan di lorong. Mereka berusaha keras mencari cara untuk membujuk Sebastian agar mau bertemu dan bicara mengenai Davis dengan Henry Tolando. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Louise dengan wajah tegang dan panik. “Aku yakin Ayah akan menolak
“Aku sangat ingin menyelam sekarang. Pulau ini memiliki laut yang sangat indah,” kata Alex sembari merenggangkan badan. Jacob menyahut, “Kau harus memastikan kau tidak tenggelam, Alex.”“Jangan sampai ikan hiu menyeretmu ke dasar laut.” Carlos tertawa. “Aku sudah mengatasi ketakutanku pada laut, dan aku juga sudah berlatih kemampuan berenangku. Kalianlah yang harus berhati-hati karena kalian sudah tua. Kalian bisa tiba-tiba kesakitan dan kelelahan. Jangan merepotkanku!”“Dasar bocah nakal! Siapa yang kau panggil tua?” Carlos memelotot. “Tentu saja kau, tukang balap liar!”Alex berdebat dengan Jacob dan Carlos. Hans tampak sibuk berbincang dengan seorang koki. Sarah dan bersiap untuk bermain di pantai bersama Angela dan Elora. Susan, Rebecca, dan Emmely masih berada di halaman karena ayah mereka meminta untuk mendekati Helga. Di saat yang sama, Romeo, Gabriel, Paul, dan Joseph juga berusaha untuk menjalin hubungan dengan Harry. Drake tengah berbincang dengan Louise dan Ivan periha
Langit tampak sangat cerah siang ini. Awan-awan putih bergerak pelan, disusul angin yang berembus kencang. Kawanan burung melewati pepohonan, pantai dan batu karang.Davis, anggota keluarga Anderson, dan yang lain tengah menikmati makan siang di halaman. Para pelayan tampak sibuk menghidangkan sajian di meja.Alex, Sarah, dan Elora menghangatkan suasana dengan pertengkaran kecil mereka.“Apa kau membutuhkan sesuatu, Kakek?” tanya Davis sambil meletakkan minuman di samping piring Sebastian. “Jika kau merasa makanan ini kurang, kau bisa meminta makanan lain.”“Aku tidak mungkin bisa memakan semua makanan ini sendirian, Davis.” Sebastian tertawa. “Kaulah yang seharusnya makan dengan lahap. Kau pasti membutuhkan banyak tenaga untuk pekerjaanmu.”“Di mana Alvin, Sonya, dan Sanu? Aku tidak melihat mereka.” Davis mengamati meja dan sekeliling halaman. “Mereka seharusnya bergabung dengan kita.”Drake melirik Davis sekilas. Ia tentu akan sangat marah jika Davis mengajak mereka bertiga ke meja