Home / Romansa / Skandal Cinta Si Boss Galak / Penyiksaan di Kantor

Share

Penyiksaan di Kantor

Author: Mega Silvia
last update Last Updated: 2022-10-07 15:29:33

Kala mengetuk karena ingin meminta laporan dari Justin. Ini saja sudah satu kebaikan yang dia lakukan. Di mana lagi mendapat atasan yang turun tangan langsung untuk mendapatkan laporan dari bawahannya? Seharusnya, Justin tahu diri. Dia tidak sehebat itu sampai berfikir perusahaan sangat membutuhkannya.

Beberapa hari Kala lembur demi mengecek hasil kerja Justin. Dan, dia lebih banyak kecewa dengan keputusan yang pernah pria itu ambil.

Justin menyeringai di dalam otak liciknya. Melihat Melinda tersiksa, menjadi pemandangan luar biasa untuknya. Tetapi, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Tangan satunya meninju tembok kencang. Sedang satu lagi, menjambak rambut Melinda keras.

Melinda juga mendengar itu dan jadi gugup. Bahkan, ia tidak sengaja memuntahkan air yang sempat masuk ke mulutnya.

"Aahhk ... sialan!" pekiknya tanpa sadar.

Kala merasa ada seseorang yang berbicara kasar. Tapi, dia tidak jelas mendengar isi perkataannya.

"Pak Justin, tolong buka pintunya!" peringat Kala dengan suara tegas.

Melinda semakin ketar-ketir. Itu Pak Kala!

Bagaimana ini? Dia inginnya menyudahi kegiatan menyiksa itu. Tapi, Justin tidak pernah mau mengalah padanya.

"Abaikan dia!"

Benar, kan? Dia bahkan menyuruh Melinda tidak memperdulikan Kala.

Kala menarik nafas dalam. Dia sebenarnya kesal karena Justin membuatnya tidak bisa tidur selama dua hari.

Rasa lelah teramat ditambah dengan sikap buruk Justin, sungguh seakan sedang melatih kesabaran anak muda itu.

"Pak. Saya tahu Anda di dalam. Jadi, tolong buka pintunya. Ada yang ingin saya bicarakan." Suara Kala semakin lantang.

Semua orang yang ada di lantai itu jadi menoleh kearahnya. Kala tersenyum tipis lantas berdehem agar yang lain tetap bekerja seperti biasa. Kebetulan dia gak suka berbuat keributan. Meski sejatinya, dia layak untuk itu.

Justin menarik rambut Melinda sampai kepalanya mendongak. Tetesan cairan yang tersisa masih memenuhi bibir hingga meleleh ke dagu.

"Telan!" desis Justin yang diangguki Melinda.

Tidak sampai di sana, Justin menekan rahang Melinda. Karena kalap, Melinda menelan langsung segera. Dia bergidik merasa pahit, tapi Justin tidak peduli. Dia akan selalu melakukan hal yang disukai, termasuk perbuatan tidak bermoral kepada karyawannya.Terutama, orang yang lebih mendukung Kala. Bukan dirinya.

"Jangan pernah kau ucapkan nama lelaki itu dengan bibirmu ini!" Telunjuknya melap sisa-sisa cairan yang masih ada. Justin kembali merapikan setelannya. Untuk Melinda, Justin mengkode agar wanita itu mencari tempat persembunyian. Setelah yakin, dia membuka pintu seolah tidak terjadi apapun.

Justin menepuk bahu Kala seakan akrab. Tetapi mata Kala memincing tak senang. Dia gak senang seseorang memegang tubuhnya sembarangan. Kala menderita germaphobia. Hingga selalu takut dan jijik tubuhnya terkontiminasi atau terinfeksi hal-hal yang bersifat kotor. Apalagi bau Justin saat ini tidak sedap. Kala tahu ini bau alkohol. Dan rasanya dia mengerti mengapa Justin tidak bisa bekerja dengan benar.

Kala berdehem seraya menggoyangkan bahu. Justin yang sadar segera mengangkat tangannya. Ketika yang sama, Melinda merasa ingin muntah. Dia sudah menahan sekuat mungkin namun akhirnya tak kuasa menunjang isi perut. Seakan terus bergejolak di dalam tenggorokan.

Jika dirinya memuntahkan semua di ruangan Justin, yang ada pria itu memenggal kepalanya. Akhirnya, Melinda keluar senormal mungkin. Dia mengangguk kearah Kala. Untuk Justin, Melinda tidak berani menatap sama sekali.

Kala memandang Justin dengan tatapan minta penjelasan. Tetapi Justin terkekeh.

"Ahaha, tadi Bu Melinda baru saja memberikan laporan ke saya. Maka itu, saya terlambat membukakan pintu," alibinya. Pasti tidak bisa Kala terima begitu saja kalau memang sedang membahas pekerjaan. Kenapa dia tidak dilibatkan? Kala adalah direktur di sini. Semua hal tentunya harus didasari atas persetujuannya. Bukan seolah ditutupi darinya.

Kala menggeleng, memutuskan pergi dari pria pembual itu.

Dia lebih butuh bicara dengan Melinda sembari menenangkan diri.

Walau sesaat, Kala bisa melihat pipi Melinda memar kebiruan. Dia menunggu di pantry samping toilet. Ketika Melinda keluar, Kala menghampirinya.

"Ada apa. Apa yang terjadi dengan Anda?" Matanya menyiratkan rasa cemas.

Kala tidak suka melihat wanita disakiti. Itu membuat jantungnya linu.

Melinda tidak ingin menatap balik Kala. Dia menunduk, sesekali melirik kearah lain seakan lebih penting daripada membalas pertanyaan Kala. Sungguh, dia sebenarnya tidak ingin Kala tahu. Melinda menghormati Kala sebagai atasan sebenarnya.

"Pipi Anda terluka." Suara Kala melunak. Dia tahu aroma Melinda sama dengan Justin. Namun, cara Kala memandang sikap dua orang itu tentunya berbeda.

Karena tidak mendapat jawaban, dia membongkar laci pantry. Setahunya, setiap lantai terdapat pantry juga dilengkapi kotak P3K.

Kala tersenyum. Perkiraannya tidak salah. Di kotak itu, ada obat merah dan kapas. Dia membalurkan obat merah ke kapas dan memberikan ke Melinda.

"Obati dulu dengan ini. Anda bisa bicara kepada saya saat siap," tuturnya.

Kala berniat pergi, namun Melinda bergumam, "Terima kasih, Pak. Tapi, tidak ada apa pun yang terjadi pada saya. Saya baik-baik saja. Memang, tadi sempat terjatuh sampai pipi saya lebam begini. Tapi, gakpapa, kok, Pak."

Melinda mengatakan dengan tangan meremas kapas kuat. Sedang matanya terlihat mau menangis. Jadi bagaimana bisa Kala percaya semudah itu? Apa ada orang terjatuh, lantas menyebabkan lebam bergalang jari?

Kala mengangguk. Semata karena tidak ingin membuat air mata yang berusaha Melinda tahan di depannya jadi luruh membasahi pipi.

"Baiklah. Anda bisa mempergunakan waktu lebih lama untuk berada di sini," ujar Kala sambil berbalik namun sedikit menoleh ke arah Melinda.

"Terima kasih atas kelonggaran waktunya, Pak." Melinda menundukkan wajah. Seketika, air matanya jatuh dan membuatnya melap kasar wajahnya.

"Hah!" Lelaki itu menghembuskan nafas sambil mendongak. Kala tak lagi mau bicara dengan Melinda. Ia meninggalkan begitu saja. Seakan-akan keangkuhan berada di pundaknya. Meski sebenarnya, Kala hanya tidak tega melihatnya.

Ia memutuskan ke ruangan pribadi. Membuka jas karena gerah. Lanjut mendudukan diri di kursi dengan perasaan kacau seperti tadi.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" gumamnya tak mengerti. Kala akhirnya mengangkat gagang telepon. Ia ingin memanggil seseorang.

"Bima. Ke ruangan saya! Sekarang!"

Tak lama, Bima sudah ada di ruangannya lengkap dengan note dan pena. "Ada apa, Pak?"

"Bima. Bagaimana pengaturan shift untuk buruh wanita?" Kala masih biasa saja. Ia bahkan bertanya sambil mengetik pekerjaannya. Tapi jawaban, Bima membuatnya tak habis pikir.

"Para buruh tidak dipisahkan berdasarkan gender. Pria dan wanita mendapati shift yang sama. Pagi, sore dan malam!"

Kala mendelik. Tunggu, siapa yang menggantinya? Sepengetahuannya, Adikara Tjandra selalu mengutamakan buruh wanita.

"Sejak kapan itu berubah?" tanya Kala dingin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pria Di Masa Lalu

    "Kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" Alinea terlihat antusias. Baginya, tidak perlu meragukan kehebatan Malik sebab dari dulu anak itu sudah rajin."Saya bisa mulai kapan pun," jawab Malik, diplomatis.Alinea semakin puas dengan jawaban Malik. Dia memerintah, Riski-- selaku petugas tata usaha untuk memproses administrasi penerimaan guru baru. "... Kalau begitu, mari saya antar kamu melihat sekeliling!"Karena Alinea punya waktu, dia sendiri yang akan mengantarkan Malik melihat-lihat area sekolah, dan yang pertama mereka sambangi yaitu lapangan basket indoor. Tempat yang akan sering Malik kunjungi.Berhubung anak murid sedang berada di kelas, jadi lapangan basket itu sepi.Hanya ada hembusan angin dari ventilasi udara juga hentakkan kaki mereka berdua."Ini lapangan basketnya ... ."Tangan Alinea terjulur ke depan, mempersilahkan Malik melihatnya sendiri."Oh. Mungkin kamu sudah sering lihat. Tapi, ya ... 4 tahun ini ada beberapa yang berubah karena sekolah sudah merenovasi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kenangan Masa Lalu

    "Memangnya mana yang membuatmu kerepotan?" Kala berusaha biasa saja, padahal dia mengerti Vanilla sedang marah. Tapi Kala mau mengajarkan Vanilla bentuk tanggung jawab. Bisa dibilang, Kala berselera pada wanita tangguh serta pantang menyerah."Semuanya," jawab Vanilla enteng. Kala menggeleng, "Ya sudah. Sini saya bantu." Kala mendorong Vanilla agar menjauh, lalu dia ke arah ruang Vanilla. Vanilla terangga, nampaknya mimpi jadi sepasang kekasih yang harmonis mesti berakhir."Kenapa sih aku mesti sayang sama cowok nyebelin kayak gitu!" Vanilla sudah duduk di bangkunya. Sementara Kala ada di belakang, sedang menyilangkan tangan di dada."Kamu sudah mengerjakan setengahnya kan?" "Hah!" Vanilla menoleh sedikit. Habis sudah. Dia belum sampai detail tugas hanya mengerjakan tugas minggu kemarin.Lagian, siapa suruh Kala mengacaukan perasaan sampai Vanilla malas bekerja.'Ya ampun ... ada tali aja gak sih, tali. Rasanya mau gantung diri aja di pohon toge.' Satu sisi, Vanilla gak mau terl

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Suka Duka Pacaran Sama Bos

    "Itu kakak saya yang buat. Hari ini dia ke rumah saya, dan memasakkan saya nasi goreng." Kala menjelaskan dengan tenang. Matanya terus melihat ke arah Vanilla seolah menunggu tanggapan kekasihnya itu.Vanilla berubah tegang. Dia sudah marah tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu. Mana salah sangka lagi. Segera dia menelan ludah kasar. Gleekk!"Maaf," cicit Vanilla menggigit lidah. Daripada dia yang menggigit lebih baik Kala. Kala menaiki dagu Vanilla dengan jempolnya. Lalu mencium bibir Vanilla kilat. Itu membuat Vanilla melepaskan gigitan. Senyum tidak bersalah tersunggil, kemudian pria itu meminta Vanilla untuk tersenyum. "Ayok mana senyumnya!" Kala menarik sudut bibir Vanilla pakai jari. Kontan Vanilla menggeleng. "Kamu tuh seneng,ya kalo aku jadi badut kamu!" Kala tidak bereaksi. Tapi dia heran darimana prasangka itu. Yang membingungkan ucapan Vanilla selanjutnya. "Tapi aku bersedia kok dianggap badut buat kamu." Vanilla tersenyum ceria.Jika dengan semua tingkahnya dia bi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Ada Yang Cemburu

    Alinea mampir ke rumah Kala. Baru tumben melihat dia masih tidur di jam segini. Sembari menggulung tangan di dada. Alinea jadi tersenyum tipis. Saat Kala terlihat tidak sempurna, dia baru seperti manusia. Sedang, selama ini adik kesayangannya itu persis robot humanoid yang berjalan sesuai dengan isi perintah. Satu sisi, Alinea juga iba. Mengapa Kala diwajibkan meneruskan pabrik keluarga meski Kala tidak ingin. Ada rasa bersalah bergelayut di dada Alinea. Andai dia bisa menanggung itu semua. Biar dia saja yang dipekerjakan bagai sapi perah.Walaupun orang lain menilai Kala sebagai pria dewasa yang pekerja keras juga tidak bisa mentolerir kesalahan. Tapi, di mata Alinea dia tetap adik bungsunya yang menggemaskan. Terkadang Alinea bisa mendengar jeritan hati Kala, sayangnya dia sendiri terikat dalam silsilah keluarga milliader yang untuk mempertahankan itu mereka mesti pontang-panting.Yah, mau jadi miskin atau kaya. Tetap dibutuhkan usaha untuk bertahan hidup. Hanya caranya saja yang b

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Palsu

    Kala tersenyum lebar. Tangannya merangkul pinggul Vanilla supaya lebih dekat dengannya."Kalau gitu, kamu gak akan keberatan kan, kalau aku meluk kamu kayak gini?" Vanilla menggeleng dengan senyum simpul, membalas pelukkan Kala dengan meletakkan tangan di dada si bos. Tentu dia tidak akan protes Kala memperlakuannya lebih intim dari seharusnya. Inilah yang Vanilla harapkan dari Kala."Itu artinya, Bapak juga cinta sama saya?" tanyanya semangat. Kala berdehem, sebenarnya Kala belum mengerti siapa yang ada di hatinya. Nada--cinta pertamanya, atau Vanilla. Tapi keduanya tidak bisa dia lepaskan begitu saja. 'Maafkan aku, Van.' Kala bermonolog. Dia yakin kebingungan ini akan segera berakhir jika dia bertemu keduanya secara langsung. Tapi masalahnya, bagaimana caranya bertemu dengan Nada. Kala sudah beberapa kali menunggunya di tempat yang sama dan saat ini dia lelah untuk menunggu lagi. Mungkin, hadirnya Vanilla bisa menjadi pengganti Nada dalam hatinya. Kala mendekatkan wajahnya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Do You Love Me?

    Keadaan berubah canggung. Vanilla yang di atasnya terlihat begitu cantik di mata Kala, meski kenyataan, pipinya belepotan saus pizza. Vanilla menyadari ada bekas makanan di bibir bawahnya. Dia jadi menjulurkan lidah sedikit lantas berniat menjilat sisa makanan itu. Saat dia lakukan, Kala meruntuki pemandangan di depannya. Dia fikir, berani sekali gadis itu menggodanya. Cepat Kala menahan tengkuk Vanilla dan menaiki kepala, dia melumat bibir Vanilla tergesa. Kala tidak ingin membuang kesempatan yang Vanilla berikan atau sebenarnya dia sudah gagal menahan hasratnya."Em... Em...!" Vanilla melenguh. Tidak mengerti mengapa sang bos begini. Tetapi dia lumayan menyukai lumatan itu karena dia mencintai Kala. Dia sadari perasaannya pada bosnya itu semakin lama semakin dalam dan rasanya sulit untuk disangkal. Dan, dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dada. Vanilla jadi banyak bergerak, dari mencengkram baju Kala sampai menggigit bibir bawah Kala. Kala menarik bibi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status