Share

Kepribadian Aneh

Author: Mega Silvia
last update Last Updated: 2022-10-07 15:31:37

"Maksudmu? Mereka bisa datang di atas jam 10 malam dan menginap di pabrik?"

Bima terkejut mendengar suara lantang Kala. "Bukan menginap, Pak. Tapi kerja. Lagipula.., gak setiap hari. Hanya disaat produksi sedang tinggi-tingginya. Kita membuka shift malam, Pak," terang Bima.

Wajar jika Kala tidak tahu pengaturan pabrik. Karena ia juga baru gabung menjadi salah satu direksi disini.

Kala terdiam. Kalau begitu, artinya enam bulan ke depan kemungkinan produksi malam dijalankan. Kebetulan perusahaan Adikara Tjandra mendapatkan proyek besar dan diminta proses cepat. Artinya bisa saja tindakan kekerasan maupun pelecehan terjadi di tempatnya.

Tidak, Kala tidak ingin sampai terjadi. Kemaslahatan buruh dari datang sampai pulang juga merupakan tanggung jawab dirinya. Kala merasa gak bisa berpangku tangan melihat ketidak adilan di depan matanya. Ironi, perusahaan yang semestinya jadi ladang mencari amal ibadah dan berkah-Nya. Berubah jadi ketakutan dalam dada. Kala resah, andai kepimpinannya dipertanyakan kelak. Dan bisakah ia mempertanggung jawabkan?

"Kalau begitu. Saya ingin dirubah. Buruh wanita hanya bisa bekerja di shift pagi dan sore. Saat malam hanya ada buruh pria saja."

Bima terkejut. Ia rasa, akan banyak yang tidak menyetujui usulan Kala. Pengaturan shift malam biasanya memiliki bayaran lebih. Dan banyak para buruh yang mengharapkan bekerja dijam tersebut. Namun Bima tidak bisa menolak titah Kala.

"Satu lagi, ganti seragam dengan lebih tertutup, lebih tebal tapi nyaman dipakai." Ia mengutarakan seolah semua bukan persoalan penting. Sayangnya benak Bima langsung mengkalkukasi berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu semua.

"Tapi, Pak. Berarti kita harus menggelontorkan dana yang cukup besar untuk mengganti seragam. Dimulai dari design, bahan, sampai proses pengadaan. Semua harus dilalui disaat seperti ini. Apa lebih baik gak usah saja, Pak?" selidik Bima. Kala merasa itu bukan persoalan yang harus digalaukan. Soal design, ia bisa memanggil designer biasa dipakai. Masalah bahan dan proses pengadaan bisa dibuka tender untuk perusahaan pemasok.

"Ayoklah, Bima. Kalau kamu cepat menyerah kelak kamu gak akan mendapatkan apapun dalam hidup!" tutur Kala serius. Ia malah menyukai tantangan dan Kala juga pantang merevisi pikirannya. Terutama dibalik semua itu. Ia hanya ingin memanusiakan para pekerja. Menghargai seperti apa yang ia percaya, gaji besar mungkin bisa membeli seluruh waktu buruh. Tapi loyalitas hanya dihasilkan dari hati. Hati puas merasa diterima dengan baik yang akan melahirkan kesungguhan dalam bekerja. Itu yang mau Kala terapkan. Namun Bima lebih pesimis dari yang ia duga,

"Pak. Itu artinya kita juga harus menyiapkan uang dalam jumlah besar. Sedang dana yang tersedia sedang dialokasikan untuk proses produksi." melas Bima. Semoga Kala paham. Mengerjakan dua proyek besar sekaligus membuatnya merasa tak yakin.

Akhirnya Kala meminta laporan produksi. "Kita lihat. Apa benar, Adikara tidak punya peti cash lain?" Kala menunggu Bima memberikan laporannya. Bima tidak menjalankannya. Ia cuma membeku.

"Maaf, Pak. Laporannya masih ada di meja Pak Justin. Beberapa manajer sudah memberikannya dari minggu lalu. Tapi entah mengapa tidak juga keluar dari ruangan Pak Justin."

Kala menghempaskan punggung ke kursi. Gimana bisa keluar dari ruangannya kalau pria itu tidak mengecek. Kala yakin, Justin tidak bekerja selayaknya. 'Kenapa harus ada cowok itu diposisi sepenting ini,' benak Kala frustasi

"Justin," Ia berdesis. Untuknya, Kala akan proses sendiri.

"Sudahlah Bima. Siapkan saja apa yang tadi saya minta. Hari ini kamu bisa memulai menghubungi designer dan memberikan saya skets seragam baru!" Kala tidak ingin diganggu gugat. Sedang reaksi Bima menelan ludahnya kasar.

"Pak. Tapi saya juga lagi sibuk sekali," cicitnya takut-takut. Beruntung Kala bukan orang yang cepat marah. Lelaki itu malah tersenyum tipis.

"Dan karena itu perusahaan menggajimu!"

Apabila Kala sudah bilang begitu, artinya ia berusaha menahan emosi. Tak akan ada yang mampu membalas ucapannya lagi. Bima hanya mengangguk patah-patah.

Kala berdiri. Mengantarkan rasa takut pada Bima.

Bosnya itu menepuk bahu Bima tegas.

"Bima. Adikara tidak semiskin itu sampai kamu mengkhawatirkan soal biaya."

Kala benar. Seharusnya, pabrik tidak sepailit ini menghadapi biaya produksi sampai seolah-olah seluruh uang dikerahkan kesana. Kecuali, ada orang yang mengambil keuntungan besar di belakangnya. Mata Kala serius menatap Bima.

"Kita lahir dari wanita. Apa salahnya jika kita lebih menghargai mereka." Sungguh, Kala membuat Bima malu dengan dirinya sendiri. Ia tidak berfikir hingga kesana. Karena hal itu, Bima jadi makin rapat ke Kala. Kepalanya tertunduk dengan bibir terisak.

"Kamu nangis?" Kala geli karena Bima terharu. Kuat ia mengulum senyum, tak ingin dianggap tidak punya empati. Kala menepuk punggung Bima. Sampai kening Bima jatuh di dada sampingnya.

"Hah..!" Sialnya saat yang sama Vanilla membuka pintu. Tunggu, Vanilla merasa ia datang disaat yang gak tepat. Seharusnya ia gak melihat adegan ini. Tatapannya mencolos tidak percaya. Satu sisi Vanilla menyayangkan orientas Kala. Cepat Vanilla menutup pintu perlahan.

Sialnya, Kala tidak menyadari ada Vanilla. Ia masih berusaha menjauhkan kening Bima dari kemejanya. Tidak! Kala gak suka orang lain sedekat ini dengannya.

"Minggir. Menyingkir dari tubuh saya!" Kala mendorong kepala Bima supaya jauh. Malah membuat Bima terjatuh.

Drakk..!

Tubuhnya tak sengaja menubruk sofa. Hingga menimbulkan suara bising. Kala terjongkok.

"Maafkan saya!" Tangannya terjulur otomatis.

Di luar, Vanilla terus mendengarkan. Apa yang terjadi di dalam? Kenapa bising sekali? Buat apa Pak Kala minta maaf?

Entah berapa banyak usahanya untuk berfikir positif. Tetap saja, Vanilla tidak bisa menyingkirkan pikiran kalau Kala mau melakukan hal tidak-tidak ke Bima. Jantungnya jadi berdetak kencang. Tidak menduga semua terjadi.

Tapi yang ia dengar, Kala tidak punya pacar satu pun waktu di luar negeri. Bukankah itu aneh buat orang setampan dan se-hot dia?

Sedang Kala menatap kemejanya. Ahk, ada bekas ingus Bima!

Dan dia benci itu!

Rasanya, ia mau mandi saat ini juga. Untuk menyingkirkannya, Kala membuka kemeja. Memperlihatkan otot abs perut berbentuk kotak-kotak. Seingatnya, ia meninggalkan beberapa setelan jas di kantor.

Kala duduk di ujung meja kerja menghadap ke Bima dengan tatapan ketus. Ia berniat memanggil seseorang lagi.

Kriiinggg!

Buru-buru, Vanilla kembali ke ruangannya. Mengangkat telepon berdering dengan deru nafas hampir putus.

"Iyah, Pak!" Si penelpon adalah Kala. Orang yang bikin Vanilla mau marah dan gak habis percaya.

Vanilla jadi menatap ruangan Kala. Sial! Sempat naksir sama cowok tampan itu. Ternyata, ahk sudahlah!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pria Di Masa Lalu

    "Kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" Alinea terlihat antusias. Baginya, tidak perlu meragukan kehebatan Malik sebab dari dulu anak itu sudah rajin."Saya bisa mulai kapan pun," jawab Malik, diplomatis.Alinea semakin puas dengan jawaban Malik. Dia memerintah, Riski-- selaku petugas tata usaha untuk memproses administrasi penerimaan guru baru. "... Kalau begitu, mari saya antar kamu melihat sekeliling!"Karena Alinea punya waktu, dia sendiri yang akan mengantarkan Malik melihat-lihat area sekolah, dan yang pertama mereka sambangi yaitu lapangan basket indoor. Tempat yang akan sering Malik kunjungi.Berhubung anak murid sedang berada di kelas, jadi lapangan basket itu sepi.Hanya ada hembusan angin dari ventilasi udara juga hentakkan kaki mereka berdua."Ini lapangan basketnya ... ."Tangan Alinea terjulur ke depan, mempersilahkan Malik melihatnya sendiri."Oh. Mungkin kamu sudah sering lihat. Tapi, ya ... 4 tahun ini ada beberapa yang berubah karena sekolah sudah merenovasi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kenangan Masa Lalu

    "Memangnya mana yang membuatmu kerepotan?" Kala berusaha biasa saja, padahal dia mengerti Vanilla sedang marah. Tapi Kala mau mengajarkan Vanilla bentuk tanggung jawab. Bisa dibilang, Kala berselera pada wanita tangguh serta pantang menyerah."Semuanya," jawab Vanilla enteng. Kala menggeleng, "Ya sudah. Sini saya bantu." Kala mendorong Vanilla agar menjauh, lalu dia ke arah ruang Vanilla. Vanilla terangga, nampaknya mimpi jadi sepasang kekasih yang harmonis mesti berakhir."Kenapa sih aku mesti sayang sama cowok nyebelin kayak gitu!" Vanilla sudah duduk di bangkunya. Sementara Kala ada di belakang, sedang menyilangkan tangan di dada."Kamu sudah mengerjakan setengahnya kan?" "Hah!" Vanilla menoleh sedikit. Habis sudah. Dia belum sampai detail tugas hanya mengerjakan tugas minggu kemarin.Lagian, siapa suruh Kala mengacaukan perasaan sampai Vanilla malas bekerja.'Ya ampun ... ada tali aja gak sih, tali. Rasanya mau gantung diri aja di pohon toge.' Satu sisi, Vanilla gak mau terl

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Suka Duka Pacaran Sama Bos

    "Itu kakak saya yang buat. Hari ini dia ke rumah saya, dan memasakkan saya nasi goreng." Kala menjelaskan dengan tenang. Matanya terus melihat ke arah Vanilla seolah menunggu tanggapan kekasihnya itu.Vanilla berubah tegang. Dia sudah marah tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu. Mana salah sangka lagi. Segera dia menelan ludah kasar. Gleekk!"Maaf," cicit Vanilla menggigit lidah. Daripada dia yang menggigit lebih baik Kala. Kala menaiki dagu Vanilla dengan jempolnya. Lalu mencium bibir Vanilla kilat. Itu membuat Vanilla melepaskan gigitan. Senyum tidak bersalah tersunggil, kemudian pria itu meminta Vanilla untuk tersenyum. "Ayok mana senyumnya!" Kala menarik sudut bibir Vanilla pakai jari. Kontan Vanilla menggeleng. "Kamu tuh seneng,ya kalo aku jadi badut kamu!" Kala tidak bereaksi. Tapi dia heran darimana prasangka itu. Yang membingungkan ucapan Vanilla selanjutnya. "Tapi aku bersedia kok dianggap badut buat kamu." Vanilla tersenyum ceria.Jika dengan semua tingkahnya dia bi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Ada Yang Cemburu

    Alinea mampir ke rumah Kala. Baru tumben melihat dia masih tidur di jam segini. Sembari menggulung tangan di dada. Alinea jadi tersenyum tipis. Saat Kala terlihat tidak sempurna, dia baru seperti manusia. Sedang, selama ini adik kesayangannya itu persis robot humanoid yang berjalan sesuai dengan isi perintah. Satu sisi, Alinea juga iba. Mengapa Kala diwajibkan meneruskan pabrik keluarga meski Kala tidak ingin. Ada rasa bersalah bergelayut di dada Alinea. Andai dia bisa menanggung itu semua. Biar dia saja yang dipekerjakan bagai sapi perah.Walaupun orang lain menilai Kala sebagai pria dewasa yang pekerja keras juga tidak bisa mentolerir kesalahan. Tapi, di mata Alinea dia tetap adik bungsunya yang menggemaskan. Terkadang Alinea bisa mendengar jeritan hati Kala, sayangnya dia sendiri terikat dalam silsilah keluarga milliader yang untuk mempertahankan itu mereka mesti pontang-panting.Yah, mau jadi miskin atau kaya. Tetap dibutuhkan usaha untuk bertahan hidup. Hanya caranya saja yang b

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Palsu

    Kala tersenyum lebar. Tangannya merangkul pinggul Vanilla supaya lebih dekat dengannya."Kalau gitu, kamu gak akan keberatan kan, kalau aku meluk kamu kayak gini?" Vanilla menggeleng dengan senyum simpul, membalas pelukkan Kala dengan meletakkan tangan di dada si bos. Tentu dia tidak akan protes Kala memperlakuannya lebih intim dari seharusnya. Inilah yang Vanilla harapkan dari Kala."Itu artinya, Bapak juga cinta sama saya?" tanyanya semangat. Kala berdehem, sebenarnya Kala belum mengerti siapa yang ada di hatinya. Nada--cinta pertamanya, atau Vanilla. Tapi keduanya tidak bisa dia lepaskan begitu saja. 'Maafkan aku, Van.' Kala bermonolog. Dia yakin kebingungan ini akan segera berakhir jika dia bertemu keduanya secara langsung. Tapi masalahnya, bagaimana caranya bertemu dengan Nada. Kala sudah beberapa kali menunggunya di tempat yang sama dan saat ini dia lelah untuk menunggu lagi. Mungkin, hadirnya Vanilla bisa menjadi pengganti Nada dalam hatinya. Kala mendekatkan wajahnya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Do You Love Me?

    Keadaan berubah canggung. Vanilla yang di atasnya terlihat begitu cantik di mata Kala, meski kenyataan, pipinya belepotan saus pizza. Vanilla menyadari ada bekas makanan di bibir bawahnya. Dia jadi menjulurkan lidah sedikit lantas berniat menjilat sisa makanan itu. Saat dia lakukan, Kala meruntuki pemandangan di depannya. Dia fikir, berani sekali gadis itu menggodanya. Cepat Kala menahan tengkuk Vanilla dan menaiki kepala, dia melumat bibir Vanilla tergesa. Kala tidak ingin membuang kesempatan yang Vanilla berikan atau sebenarnya dia sudah gagal menahan hasratnya."Em... Em...!" Vanilla melenguh. Tidak mengerti mengapa sang bos begini. Tetapi dia lumayan menyukai lumatan itu karena dia mencintai Kala. Dia sadari perasaannya pada bosnya itu semakin lama semakin dalam dan rasanya sulit untuk disangkal. Dan, dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dada. Vanilla jadi banyak bergerak, dari mencengkram baju Kala sampai menggigit bibir bawah Kala. Kala menarik bibi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status