Share

Penjahat Sesungguhnya

Penulis: Mega Silvia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-07 15:28:49

"Aku pulang!" Vanilla berjalan tertatih sambil menyeret tas jingjingnya.

Seharian memakai high heels membuat kakinya sangat perih. Tapi semua pasti terbayarkan setelah melihat Kak Senja.

"Heh! Anak ini. Kamu dari mana saja?!" Namun, bukan sambutan baik yang didapat. Senja malah menunggunya di depan sambil bawa tutup panci seperti mau perang.

"Kamu sudah gak peduli sama Kakak, ya? Mau kabur kalau Kakak ke rumah kamu, kan? Jawab, Dek?!" Dengan bantuan sodet, ia memukul tutup panci. Menghasilkan suara nyaring yang memekakan telinga siapapun. Mungkin rungu-nya Vanilla sudah berdarah saking kerasnya.

"Kak, please, deh!" Tidak tahu saja kakaknya bahwa untuk sampai di sini, Vanilla butuh effort yang besar. Termasuk, mempertaruhkan kariernya.

"Ayok bilang! Kamu pasti habis jalan sama pacar kamu, 'kan? Siapa dia? Gimana orangnya? Apa dia sudah tahu tentang kamu?!" Senja semakin merancau. Akhirnya, Vanilla masuk seraya tersungkur di lantai.

"Aku gini karena bos kejam itu. Aku diminta lembur terus, Kak. Dia lebih milih melihat anak buahnya mati ketimbang menunda pekerjaan!" adunya betul-betul memelas. Senja jadi mendekatinya.

"Eeh, masa? Tapi ganteng gak?!" Dia malah nanya fisik dong.

Vanilla menerawang. Bibirnya tersenyum layaknya orang gila. "Hehehe ... Hehehe... Dia ganteng. Ganteng banget malah!"

"Ganteng gimana?" lanjut Senja seraya mendekat. Rasanya, tak sulit mengenang Kala karena dia punya wajah bersinar yang sulit dilupakan.

"Mata jernih, tapi juga tegas. Di atasnya ada alis menggunung dengan ujung sedikit lancip," beber Vanilla. Seperti sedang menggambar di atas kanvas. Senja mencoba mengumpulkan informasi dari Vanilla dan melukis dalam benaknya.

"Hidungnya mancung dan bibir sedikit pecah delima," tambahnya. Kala memiliki bibir bawah yang terbelah, setiap orang pertama melihat akan selalu tertuju kesana. Itu bisa disebut daya tariknya. Dari anak muda sampai ibu-ibu tidak ada yang tidak suka dengan birainya itu.

Senja ikut menerawang matanya menerjap perlahan. Kenapa ciri-cirinya hampir mirip dengan pemuda yang menolong Vanilla waktu itu. Senja jadi makin penasaran.

"Kakinya pincang, bukan?" tebaknya. Vanilla menyeritkan kening. Mana ada Pak Kala pincang? Selain tampan, dia dianugerahi tubuh kokoh dengan tinggi di atas 180 cm terselimuti kulitnya yang halus. Sebuah ciri-ciri anak orang kaya gak pernah hidup susah. Cuma senangnya bikin orang susah. Ck!

Senja menapik pikiran tersebut. Sudahlah, di dunia ini juga, 'kan banyak orang yang punya kemiripan? Lagipula, dia gak mau membahasnya takut Vanilla jadi terkenang kembali. Senja memeluk Vanilla dari arah samping.

"Syukurlah kalau ternyata kamu gak punya pacar. Aku sempet takut tau!" Rangkulannya semakin erat. Namun, Vanilla memberontak.

"Emangnya kenapa kalau aku punya pacar?" Vanilla protes. Seingatnya, dia tidak pernah berencana jomblo seumur hidup.

Senja mengulum senyumnya. "Ya, karena aku belum punya pacar. Masa kamu duluan!" sungutnya mengalihkan kenyataan. Senja hanya ingin menutupi rahasia itu selama mungkin.

****

"Ahk, Pak!" Seorang wanita mendesah ragu. Dia mengigit bibir bawah mencoba menahan gempuran sentuhan nakal dari pria di belakangnya. Pria itu terlihat senang mempermainkan Melinda.

Melinda menatap ke arah mata Justin, bosnya di perusahaan juga pemilik tubuhnya yang sintal.

Melinda harus rela diperlakukan seperti itu. Semula, sebagai syarat agar dia diterima menjadi karyawan tetap. Melinda sangat menginginkan posisi karyawan pabrik. Jadi, mendengar bahwa dia tidak perlu bersusah-payah menunggu pihak atasan mengevaluasi hasil kerjanya, dia menerima tawaran jadi pemuas Justin.

Baginya, melewati proses alami, hanya memakan waktu.

Miris, sayangnya dia gak punya hal lain yang bisa ditawarkan kepada Justin selain dirinya sendiri.

Obsesi membawanya ikhlas menggadaikan harga diri sebagai wanita bebas.

Justin tidak kuasa menatap bibir Melinda lama-lama. Justin langsung meraih dan melumatnya secara beringas.

Melinda menjerit dalam hati, dia tidak sanggup lagi. Justin selalu meminta jatah padanya hampir setiap hari. Dan, biasanya, mereka melakukan hal tersebut di ruangan pria itu atau di ruang rapat sekalipun.

Untungnya, Justin masih mendengar permintaannya untuk tidak melakukan itu di tempat umum, di mana bisa siapapun masuk dan memakai ruangan.

Tidak! Dia gak mau terpergok oleh Kala atau rekan lain. Melinda masih wanita timur yang punya malu!

"Katakan! Apa kau masih menolakku karena bocah tengik itu?" Justin mengapit rahang Melinda diantara kedua jarinya. Dia sangat marah ketika Melinda menolak dengan alasan tidak enak sama Pak Kala. Hal lumrah yang gadis itu katakan ternyata menjadi sumbu api yang cepat membakar batin Justin.

Melinda tidak tahu jika kehadiran Kala menjadi momok menakutkan untuk Justin. Sedikit saja orang lain membahas pria ingusan itu, Justin akan sangat murka bagai monster.

Melinda berusaha menggeleng kuat.

Air matanya jatuh. Dia sangat takut dengan Justin. Keputusannya menjadi pemuas nafsu mungkin hal paling bodoh yang pernah dia ambil.

Tatapan Justin bagaikan iblis, pria itu menyeringai puas. Kemudian melemparkan pipi Melinda yang dikaitkan. Tangannya mendorong bahu Melinda supaya bersimpuh di depannya.

Gegas, Justin meminta Melinda memohon ampun padanya. Melinda melakukannya. Apa yang dikatakan Justin seperti sebuah perintah suci yang mengharuskan dia untuk menyetujui tanpa berfikir bisa menolak.

Ketika Melinda telah memohon ampun sembari menangkup tangan, Justin mengambil botol bertuliskan Vodka dengan kadar alkohol yang tinggi.

Pria itu sudah gila meminta Melinda menenggak cairan haram itu di saat jam kerja!

Jika ada yang mencium aroma itu, apa yang akan mereka katakan tentang Melinda?

Apa nantinya justru Melinda dipecat karena ketahuan bersikap tak baik di tempat kerja? Namun, semua penyangkalan tak bisa Melinda ungkapkan karena lagi-lagi, Justin punya kuasa terhadap dirinya.

Justin tetap memaksa Melinda meminum dari botol di tangannya. Posisi Melinda yang bersimpuh memudahkan Justin memasukkan ujung botol ke mulutnya.

"Minum!" Dia memerintah dengan bentakkan. Melinda gelagapan. Dia berusaha menahan bibirnya tapi Justin terus mendorong botol.

Di luar, Kala kebetulan lewat. Dia memandangi ruangan Justin sesaat. Bibirnya mendesah.

"Kurasa aku harus cepat melenyapkan parasit itu. Tentunya, dengan alasan yang logis." Kala menggeleng mencoba memikirkan rencananya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pria Di Masa Lalu

    "Kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" Alinea terlihat antusias. Baginya, tidak perlu meragukan kehebatan Malik sebab dari dulu anak itu sudah rajin."Saya bisa mulai kapan pun," jawab Malik, diplomatis.Alinea semakin puas dengan jawaban Malik. Dia memerintah, Riski-- selaku petugas tata usaha untuk memproses administrasi penerimaan guru baru. "... Kalau begitu, mari saya antar kamu melihat sekeliling!"Karena Alinea punya waktu, dia sendiri yang akan mengantarkan Malik melihat-lihat area sekolah, dan yang pertama mereka sambangi yaitu lapangan basket indoor. Tempat yang akan sering Malik kunjungi.Berhubung anak murid sedang berada di kelas, jadi lapangan basket itu sepi.Hanya ada hembusan angin dari ventilasi udara juga hentakkan kaki mereka berdua."Ini lapangan basketnya ... ."Tangan Alinea terjulur ke depan, mempersilahkan Malik melihatnya sendiri."Oh. Mungkin kamu sudah sering lihat. Tapi, ya ... 4 tahun ini ada beberapa yang berubah karena sekolah sudah merenovasi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kenangan Masa Lalu

    "Memangnya mana yang membuatmu kerepotan?" Kala berusaha biasa saja, padahal dia mengerti Vanilla sedang marah. Tapi Kala mau mengajarkan Vanilla bentuk tanggung jawab. Bisa dibilang, Kala berselera pada wanita tangguh serta pantang menyerah."Semuanya," jawab Vanilla enteng. Kala menggeleng, "Ya sudah. Sini saya bantu." Kala mendorong Vanilla agar menjauh, lalu dia ke arah ruang Vanilla. Vanilla terangga, nampaknya mimpi jadi sepasang kekasih yang harmonis mesti berakhir."Kenapa sih aku mesti sayang sama cowok nyebelin kayak gitu!" Vanilla sudah duduk di bangkunya. Sementara Kala ada di belakang, sedang menyilangkan tangan di dada."Kamu sudah mengerjakan setengahnya kan?" "Hah!" Vanilla menoleh sedikit. Habis sudah. Dia belum sampai detail tugas hanya mengerjakan tugas minggu kemarin.Lagian, siapa suruh Kala mengacaukan perasaan sampai Vanilla malas bekerja.'Ya ampun ... ada tali aja gak sih, tali. Rasanya mau gantung diri aja di pohon toge.' Satu sisi, Vanilla gak mau terl

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Suka Duka Pacaran Sama Bos

    "Itu kakak saya yang buat. Hari ini dia ke rumah saya, dan memasakkan saya nasi goreng." Kala menjelaskan dengan tenang. Matanya terus melihat ke arah Vanilla seolah menunggu tanggapan kekasihnya itu.Vanilla berubah tegang. Dia sudah marah tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu. Mana salah sangka lagi. Segera dia menelan ludah kasar. Gleekk!"Maaf," cicit Vanilla menggigit lidah. Daripada dia yang menggigit lebih baik Kala. Kala menaiki dagu Vanilla dengan jempolnya. Lalu mencium bibir Vanilla kilat. Itu membuat Vanilla melepaskan gigitan. Senyum tidak bersalah tersunggil, kemudian pria itu meminta Vanilla untuk tersenyum. "Ayok mana senyumnya!" Kala menarik sudut bibir Vanilla pakai jari. Kontan Vanilla menggeleng. "Kamu tuh seneng,ya kalo aku jadi badut kamu!" Kala tidak bereaksi. Tapi dia heran darimana prasangka itu. Yang membingungkan ucapan Vanilla selanjutnya. "Tapi aku bersedia kok dianggap badut buat kamu." Vanilla tersenyum ceria.Jika dengan semua tingkahnya dia bi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Ada Yang Cemburu

    Alinea mampir ke rumah Kala. Baru tumben melihat dia masih tidur di jam segini. Sembari menggulung tangan di dada. Alinea jadi tersenyum tipis. Saat Kala terlihat tidak sempurna, dia baru seperti manusia. Sedang, selama ini adik kesayangannya itu persis robot humanoid yang berjalan sesuai dengan isi perintah. Satu sisi, Alinea juga iba. Mengapa Kala diwajibkan meneruskan pabrik keluarga meski Kala tidak ingin. Ada rasa bersalah bergelayut di dada Alinea. Andai dia bisa menanggung itu semua. Biar dia saja yang dipekerjakan bagai sapi perah.Walaupun orang lain menilai Kala sebagai pria dewasa yang pekerja keras juga tidak bisa mentolerir kesalahan. Tapi, di mata Alinea dia tetap adik bungsunya yang menggemaskan. Terkadang Alinea bisa mendengar jeritan hati Kala, sayangnya dia sendiri terikat dalam silsilah keluarga milliader yang untuk mempertahankan itu mereka mesti pontang-panting.Yah, mau jadi miskin atau kaya. Tetap dibutuhkan usaha untuk bertahan hidup. Hanya caranya saja yang b

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Palsu

    Kala tersenyum lebar. Tangannya merangkul pinggul Vanilla supaya lebih dekat dengannya."Kalau gitu, kamu gak akan keberatan kan, kalau aku meluk kamu kayak gini?" Vanilla menggeleng dengan senyum simpul, membalas pelukkan Kala dengan meletakkan tangan di dada si bos. Tentu dia tidak akan protes Kala memperlakuannya lebih intim dari seharusnya. Inilah yang Vanilla harapkan dari Kala."Itu artinya, Bapak juga cinta sama saya?" tanyanya semangat. Kala berdehem, sebenarnya Kala belum mengerti siapa yang ada di hatinya. Nada--cinta pertamanya, atau Vanilla. Tapi keduanya tidak bisa dia lepaskan begitu saja. 'Maafkan aku, Van.' Kala bermonolog. Dia yakin kebingungan ini akan segera berakhir jika dia bertemu keduanya secara langsung. Tapi masalahnya, bagaimana caranya bertemu dengan Nada. Kala sudah beberapa kali menunggunya di tempat yang sama dan saat ini dia lelah untuk menunggu lagi. Mungkin, hadirnya Vanilla bisa menjadi pengganti Nada dalam hatinya. Kala mendekatkan wajahnya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Do You Love Me?

    Keadaan berubah canggung. Vanilla yang di atasnya terlihat begitu cantik di mata Kala, meski kenyataan, pipinya belepotan saus pizza. Vanilla menyadari ada bekas makanan di bibir bawahnya. Dia jadi menjulurkan lidah sedikit lantas berniat menjilat sisa makanan itu. Saat dia lakukan, Kala meruntuki pemandangan di depannya. Dia fikir, berani sekali gadis itu menggodanya. Cepat Kala menahan tengkuk Vanilla dan menaiki kepala, dia melumat bibir Vanilla tergesa. Kala tidak ingin membuang kesempatan yang Vanilla berikan atau sebenarnya dia sudah gagal menahan hasratnya."Em... Em...!" Vanilla melenguh. Tidak mengerti mengapa sang bos begini. Tetapi dia lumayan menyukai lumatan itu karena dia mencintai Kala. Dia sadari perasaannya pada bosnya itu semakin lama semakin dalam dan rasanya sulit untuk disangkal. Dan, dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dada. Vanilla jadi banyak bergerak, dari mencengkram baju Kala sampai menggigit bibir bawah Kala. Kala menarik bibi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status