Share

Skandal Cinta Wanita Penghibur
Skandal Cinta Wanita Penghibur
Penulis: Asmara Dana

Klien Penting

Penulis: Asmara Dana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-08 08:08:36

"Bagaimana, kamu puas, Sayang?" tanya Jaya membelai pipi Mayra dengan lembut. Dengan sayup, bibir Mayra menyunggingkan seulas senyum manis kepada Jaya. Apa yang harus dikatakan Mayra? Tidak puas? Kecewa? Tidak suka? Tentu saja tidak itu semua. Bisa-bisa Mayra pulang hanya tinggal nama saja jika berani melakukan hal itu.

Jaya tertawa terbahak-bahak melihat senyum yang tersungging di bibir Mayra. Sudah waktunya untuk bermain lagi. Senyum dingin mulai terukir di bibir Jaya. Senyum yang membuat Mayra sedikit menyesal menerima tawaran Nona Lolita kali ini.

Jaya mengeluarkan sesuatu dari dalam tas hitamnya. Tas yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi. Tidak ada yang menyangka bahwa didalam tas itu ada benda-benda aneh yang selalu dibawa Jaya kemanapun dia pergi.

Jaya mengeluarkan cambuk yang berwarna hitam kecoklatan itu dengan netranya yang memandang nyalang ke Mayra disertai dengan tatapan yang penuh nafsu.

Dengan semangat yang berkobar kembali, Jaya memegang cambuknya dan melecutkan ke tubuh Mayra tanpa belas kasihan.

"Arghh!!" Hanya terdengar teriakan dari Mayra. Teriakan yang pasti tidak akan terdengar kemana-mana karena keberadaan mereka di Apartemen Jaya. Apalagi Apartemen Jaya terletak di kawasan elit dengan sistem keamanan dan juga privasi yang tinggi. Ditambah dengan kamar Jaya yang kedap suara, menjadikan teriakan Mayra hanya menjadi suara yang memantul di dinding saja.

Jaya kembali melecutkan cambuknya ke badan Mayra.

"Argh!!!" Teriakan Mayra kembali menggema ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada yang bisa menolong, karena siapa yang akan menolong? Itu sudah menjadi resiko pekerjaan Mayra. Apalagi motto Nona Lolita adalah kepuasan pelanggan merupakan kebanggaan kami. Motto itu juga yang diterapkan Nona Lolita kepada anak buahnya, termasuk Mayra. Jadi, semua kesakitan dan perih yang diderita Mayra kali ini memang sudah menjadi resiko yang harus diterimanya.

Jaya berhenti sejenak, menatap tubuh polos Mayra yang sudah menimbulkan bekas kemerahan hasil cambukannya. Jaya hanya menggeleng, merasa belum puas dengan hasil karyanya, dia melangkah lagi ke sudut kamar.

Dimana terletak lemari berwarna hitam dengan aksen minimalis. Jaya membuka lemari dan mengambil sesuatu dari dalamnya.

Dengan selembar gaun tidur berwarna pink, Jaya tersenyum dan menghampiri kembali Mayra.

"Sayang, jangan takut, ini akan menyenangkan!" seru Jaya sambil membelai lembut pipi Mayra. Yang membuat Mayra bergidik dan memalingkan muka.

Melihat reaksi dari Mayra, seketika netra Jaya dingin bagaikan es, dengan kasar Jaya memegang rahang Mayra dan dipegangnya agar tepat berada di hadapan Jaya.

"Jangan pernah memalingkan wajah cantikmu dari aku, kita akan bersenang-senang. Jadi, tersenyumlah!" Jaya mengatakan dengan ekspresi dingin yang membekukan, seolah-olah bersaing dengan suhu pendingin udara yang memang dipasang di suhu paling dingin.

"Oh, Sayang, kamu cantik sekali, apalagi dengan bekas-bekas seperti ini!" kata Jaya sambil tangannya menelusuri bekas cambukan di kulit Mayra.

"Tetapi, ini belum seberapa kelihatan. Aku akan membuatnya lebih indah lagi, Sayang!" kata Jaya lagi dengan binar-binar penuh kebahagiaan.

Dengan lembut, Jaya memakaikan gaun itu ke tubuh Mayra. Mayra hanya bisa pasrah apalagi kakinya juga sudah diikat. Meskipun, dia bisa berguling untuk menyelamatkan diri, tetapi itu percuma, malah yang ada Jaya akan semakin menyiksanya. Mayra tahu perilaku Sadomasokisme yang dilakukan Jaya. Sebisa mungkin, Mayra tidak akan berteriak. Karena Mayra tahu, semakin dia berteriak, maka Jaya akan semakin puas dan melancarkan aksinya lebih gila lagi.

Setelah selesai memakaikan gaun lembut itu ke tubuh Mayra dan melihat dengan puas hasil kerjanya, Jaya menampilkan senyumnya lagi. Senyum yang berhasil memikat para gadis di luar sana, tetapi merupakan senyum maut bagi Mayra. Karena, Mayra tahu, setelah ini penyiksaan yang dilakukan oleh Jaya akan lebih sadis lagi.

Jaya berjalan mundur, melihat penampilan Mayra yang sedang berbaring pasrah dengan kaki terikat. Mungkin, Jaya harus mengikat juga kedua tangan Mayra agar Jaya bisa lebih terpuaskan. Benar, harus seperti itu. Tidak asik jika tangan Mayra masih bergerak bebas. Jadi, Jaya melaksanakan niatnya dengan segera.

Jaya menekan tombol di balik tempat tidurnya. Serta merta kepala ranjang mengelurkan rantai hitam di kedua sisinya, tepat di bagian tangan Mayra. Mayra semakin bergidik memandang rantai itu. Yang bisa dilakukannya hanyalah pasrah kali ini. Dan juga berdoa. Ah, berdoa. Rasanya Mayra terlalu kotor hanya untuk bisa menyebut kata itu. Kata berdoa sungguh tidak pantas diucapkan oleh pendosa seperti dirinya.

"Tersenyum kataku!" seru Jaya dengan tertahan dan tetap mempertahankan tatapannya yang dingin.

Dengan susah payah, Mayra menyunggingkan seulas senyum tipis di balik ketakutannya. Tangannya sudah terikat dengan rantai sekarang. Entah apa yang akan terjadi nanti. Biarkan saja, anggap saja ini adalah pembalasan untuknya.

Jaya memegang cambuknya lagi dan melecutkan cambuk itu ke lantai kamar.

Suara cambuk seakan berdenging memilukan di telinga Mayra, membuat Mayra merasa ngilu sebadan-badan.

Jaya tersenyum lagi dan menghampiri Mayra yang masih menatapnya dengan penuh ketakutan.

"Tuan Jaya, jangan lakukan itu lagi, saya mohon, lepaskan saya!" kata Mayra dengan menghiba. Hanya ini satu-satunya cara sepertinya. Memohon belas kasihan Jaya.

Sama sekali tidak ada jawaban, badan kokoh dan berotot milik Jaya sudah maju ke dekat ranjang. Dengan sekuat tenaga, Jaya melecutkan kembali cambuk itu ke arah Mayra. Dengan sekali lecutan, cambuk itu mengoyak gaun Mayra. Membuatnya robek di bagian depan sekarang, tidak ketinggalan pula tanda merah yang memanjang tampak di bagian depan tubuh Mayra.

"Arghhh!!" Tidak tahan dengan kesakitan yang mendera, Mayra berteriak panjang yang membuat sinar mata Jaya lebih hidup lagi.

Jaya meraih gaun Mayra yang sobek dan menghirup aromanya dengan dalam. Tidak cukup sampai disitu, jemarinya dengan lembut meneluri bekas luka Mayra.

"Ampun, Tuan Jaya, sakit sekali!" Dengan lirih Mayra bersuara sekaligus diiringi dengan air mata yang mengalir dengan sendirinya.

"Menangislah, maka aku akan menyiksamu lebih dari ini!" seru Jaya tetap dengan senyum dinginnya. Dengan kasar, Jaya menyentakkan kembali cambuk yang berada di tangannya.

Melihat dengan gembira ketika melihat ada warna merah yang samar-samar membayang di gaun tidur Mayra yang sudah tidak jelas bentuknya itu. Tangan Mayra sendiri sudah terkulai lemah. Bahkan suaranya sudah tidak terdengar lagi, hanya aliran air mata dan nafasnya saja yang menunjukkan bahwa gadis itu masih hidup.

Jaya mencium netra Mayra yang sekarang sudah terpejam.

"Jangan tidur dulu, Sayang, ini masih awal. Kamu pasti akan menerima dengan penuh terima kasih!" kata Jaya lagi dan bangkit dari tubuh Mayra dengan wajah dingin tapi netra yang memancarkan semangat tinggi.

Bunyi cambukan yang terdengar untuk kesekian kalinya menorehkan luka di kulit putih Mayra sekarang tidak terdengar lagi. Yang ada hanya kegelapan yang pekat, mungkin segelap kehidupan Mayra.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iin Sari
Ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Rahasia Madam Sonia

    Jaya tersenyum dan memeluk Mayra dari belakang dengan mesra. Dia sama sekali tidak peduli dengan adanya Madam Sonia yang masih berada di hadapan mereka."Apa maksudnya, Sayang?" tanya Mayra kepada Jaya."Apa tadi yang aku dengar? Kamu mengatakan bahwa ada yang tidak boleh aku tahu. Ah! Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku, Sayang." Jaya dengan lembut bertanya kepada Mayra. Madam Sonia yang mendengar pertanyaan Jaya hanya bisa tersenyum kaku. Mayra tersenyum lembut dan menangkap tangan Jaya lalu menariknya kehadapannya dengan penuh kelembutan."Sayang, kau pasti mendengarnya hanya sepotong saja. Tapi ... memang benar ada yang aku rahasiakan darimu," kata Mayra menatap Jaya dengan jenaka. Jaya kembali memandang Mayra dengan gemas. Kalau tidak ada Madam Sonia disana, pasti dia akan menggendong Mayra ke kamar mereka dan melucuti pakaiannya langsung. Apalagi ekspresi Mayra sungguh membuatnya menahan sesuatu yang bergelora di dalamnya."Sayang!" tegur Mayra keras, melihat Jaya yang te

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Topeng

    "Bagaimana kandunganmu, May?" tanya Kanaya kepada Mayra ketika putra dan menantunya itu berkunjung ke rumah. "Cukup baik, Ibu. Kami, terutama calon cucu ibu tumbuh dengan baik di dalam sana," jawab Maira tersenyum. Setidaknya dia sudah bisa menerima fakta bahwa dia memang benar hamil anak Jaya, buah hati mereka berdua. Dia harus melupakan misinya itu dan harus menerima keadaan dengan sepenuh hati. Bukan! Bukan sepenuh sebenarnya karena Mayra sendiri masih belum menemukan waktu yang tepat untuk melakukannya. Maira teringat lagi dengan pertanyaannya yang dijawab Jaya dengan senyuman penuh misterius."Aku rasa kita sudah pernah membicarakan tentang hal ini. Apa kau lupa. Apa yang kau tunggu? Kau bisa melakukannya sekarang juga," kata Jaya sambil membuka bajunya. Pada saat itu yang tampak di mata Mayra adalah tubuh Jaya yang kokoh dan dada bidangnya sungguh membuat Mayra tergoda. Ternyata dia sebagai wanita juga tidak bisa membiarkan pesona menggoda di hadapannya itu. "Aku hanya berc

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Keinginan Mayra

    "Siapa yang coba kau lindungi?" Suara teriakan Jaya ditambah dengan cambuk yang terkena kulit, menimbulkan kengerian luar biasa bagi yang mendengarnya.Pria itu hanya menyeringai sinis mendengar pertanyaan Jaya. Namun, tidak ada sedikitpun gelagat dia akan menjawab pertanyaan Jaya. "Dengarkan aku! Kau akan mati perlahan kalau tetap membisu! Tidak! Kematian terlalu bagus untukmu! Aku akan menyiksamu perlahan sampai kau juga ingin kematian. Begitu lebih baik!" kata Jaya dingin. Dia memberi isyarat kepada penjaga kamar hukuman agar melanjutkan siksaan bagi pria itu. Pria yang telah menembak Mayra. Sedangkan orang yang mulai membuat kekacauan masih belum ditemukan. "Bagaimana kamera pengawas?" "Semua berjalan normal, Tuan. Tidak ada yang bertingkah mencurigakan bahkan semua orang sudah kami awasi satu persatu." Andrian yang maju menjawab."Berarti ada pengkhianat dari dalam. Siapa yang berani mengkhianatiku?" gumam Jaya."Tuan, kami menyampaikan informasi baru," kata pengawal lain yan

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Minuman Herbal

    Mayra menatap Jaya dengan penuh tanda tanya di wajahnya. Apa yang dimaksud Jaya?"Tahu tentang apa, Sayang?" tanya Mayra. Dia mencoba menutupi perubahan wajahnya. Dia tahu pasti, Jaya tidak akan tinggal diam jika tahu tentang semua yang dia sembunyikan."Orang tuamu dan semua tetangga akan pulang besok. Aku belum memberitahukan tentang keadaanmu," jawab Jaya mengalihkan pembicaraan. Dia masih mengusap lembut tangan Mayra yang bebas."Ah, tolong jangan beritahu mereka. Kejadian di pesta tadi pasti sudah membuat mereka khawatir.""Tentu, sesuai permintaanmu. Dan kau harus lebih menjaga diri lagi. Ada nyawa lain di dalam tubuh ini," kata Jaya mengusap selimut Mayra yang menutupi perutnya. "Ka—u, apa maksudmu, Sayang?" Mayra menelan ludah mendengar pertanyaan itu. Sesuatu yang ingin ditutupinya ternyata harus terbongkar juga."Jangan ditutupi lagi. Kau tidak ingin menjalani kehamilan dengan nyaman? Dengan perhatian dari suamimu ini?" Jaya menatap wajah Mayra dengan penuh kelembutan."Da

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Tembakan

    Jaya tidak bisa mencegah ketika badan Mayra dengan gagah berani menghadang peluru yang hendak ditembakkan kepadanya. Bahkan pengawal yang seharusnya menjadi pasukan berani mati dan siap menjalani resiko apapun hanya bisa terpaku di tempatnya. Mereka sama-sama terdiam ketika melihat kejadian yang begitu cepat. Untungnya di detik terakhir, Ava sempat mendorong badan Mayra sehingga peluru yang hendak menembus jantung Mayra meleset dan hanya mengenai bahu bagian atas. Meskipun begitu, pasti rasanya sakit sekali. Darah yang mengucur ditambah dengan Mayra yang pingsan sudah cukup menjadi jawaban. Jaya menghampiri Mayra yang pingsan dan terkulai lemah di dalam pelukan Ava. Gaunnya yang berwarna putih tulang sudah berubah warna sekarang. Darah itu cukup pekat, membuat Jaya ketakutan."Minggir, Ava, biar aku yang menggendong istriku," kata Jaya menahan amarah. Dia akan pastikan orang yang melakukan ini akan menerima akibatnya. Beraninya dia melukai Mayra di depan matanya sendiri! Pengawal ya

  • Skandal Cinta Wanita Penghibur   Penyusup

    Suara tembakan itu berdesing ke atas, tepat ke arah lampu gantung yang menghiasi pelaminan tempat Jaya dan Mayra sedang duduk. Jaya dengan cekatan mendorong Mayra ke samping tepat ketika lampu itu akan jatuh menimpa mereka. Suara teriakan sudah terdengar ditambah dengan kesibukan pihak WO dan pengawal keluarga Adiguna menenangkan para tamu."Sepertinya ada yang membuat kekacauan dan menganggu acara makan istriku," gumam Jaya kesal. Mayra menatap serpihan lampu gantung yang hampir saja mengenai mereka kalau Jaya tidak sigap menghindar. Sepertinya sekarang waktunya untuk beraksi. Mayra mencoba mengambil pisau yang ada di balik bajunya, tetapi tangan Jaya lebih cepat menahannya."Tidak baik bagi mempelai bermain dengan benda tajam!" kata Jaya tegas. Ada riak tanda terkejut di sinar mata Mayra. Bagaimana Jaya bisa tahu apa yang hendak Mayra lakukan? Dia menarik tangannya kembali dan fokus kepada Jaya. Bahkan dia mengabaikan apa yang terjadi di sekelilingnya. "Bawa keluarga istriku ke te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status