Alvaro baru saja tiba di rumah setelah menjemput istri dan kedua anaknya dari rumah sakit. Anjani melahirkan dua orang anak yang lucu. Alvaro menemui mereka, meski Anjani sempat menolak kehadirannya karena merasa malu. Sementara Alvaro sudah siap dengan segala konsekuensi yang diterimanya.Anak laki-laki dan perempuan yang begitu manis, baru saja dia mengajak Anjani keluar dari mobil. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit usai melahirkan. Kedua anaknya dibawa masuk terlebih dahulu ke kamar.Perlahan Anjani melangkah ke dalam rumah yang tidak begitu besar, tapi Alvaro lebih nyaman juga di sini dengan keluarga kecilnya. Hanya mereka berempat, tidak ada orang lain lagi yang terlibat dengan Alvaro.Kehidupan jauh lebih tenang yang sekarang, dibandingkan yang dulu. Alvaro tidak mendapatkan kebahagiaan itu.Begitu masuk, Anjani terdiam. “Ini serius?” Tanya Anjani dengan ekspresi semringahnya.Ya, Alvaro meninggalkan rumah sakit untuk dekorasi kamarnya dan anak-anak. “Kamu suka?”“Suk
Aiden Mahendra dan Alea Queen Mahendra adalah nama untuk anak-anaknya Alvaro yang sekarang tambah dimanja oleh Alvaro. Hampir setiap malamnya Alvaro rela begadang demi anak-anaknya bisa mendapatkan ASI, sedangkan Anjani dia biarkan tidur. Tidak mau mengganggu jam tidur istrinya karena mengurus anak kembar itu tidak mudah.Tapi rasanya Alvaro begitu bahagia menemani masa hamil, melahirkan bahkan mengurus anak-anak yang menggemaskan ini. Keduanya lucu dan disayangi Alvaro. Setiap hari yang bertugas memandikan anak-anak adalah Alvaro. Dia sama sekali tidak kaku melakukan itu, karena dari Anjani belum melahirkan, Alvaro sudah belajar melakukan itu. Jarang-jarang ada pria yang mau melakukan itu dan menunggu istrinya seperti Alvaro lakukan.Biar saja pria lain gengsi melakukannya. Tapi Alvaro ingin jadi suami idaman untuk Anjani. Menjadi ayah yang dibanggakan oleh si kembar di kemudian hari. Meski ada kesalahan di masa lalu. Alvaro tidak akan lari dari tanggung jawabnya.Rumah sederhana den
Seperti janjinya, Alvaro mengundang neneknya untuk datang ke rumah pribadinya untuk menengok kedua anaknya Alvaro dan juga Anjani. Itu dilakukan semata karena sebentar lagi Anjani akan diboyong ke rumah orangtuanya. Tidak menutup kemungkinan juga Alvaro akan lebih dekat dengan mertua dibandingkan orangtuanya sendiri hanya karena anak.Alvaro sudah mengakui kesalahannya. Tapi orangtuanya tidak mendukung dia untuk bertanggung jawab dengan kesalahan yang telah diperbuat. Semua yang dilakukan oleh Alvaro karena cintanya pada sang istri yang besar. Juga kedua anaknya butuh kasih sayang darinya. Tapi orangtuanya menolak itu dengan tegas. Bahwa Alvaro tidak boleh hidup dengan Anjani.Orangtuanya masih sering mengirimkan pesan tidak penting itu ke Alvaro. Mengenai persiapan perceraian Alvaro dengan Anjani. Tidak digubris sama sekali karena rumah tangganya tidak boleh tersentuh oleh siapa pun. Termasuk orangtuanya kalau ingin ikut campur, maka bersiap diri akan menelan kecewa.Seorang kepala k
Alvaro mematikan komputernya setelah dia selesai bekerja malam itu. Pekerjaan di kantor terpaksa dibawa pulang karena ada laporan penting yang akan diperiksa atasannya. Usai mengerjakannya, dia keluar dari kamar untuk menemui anak dan istrinya. Sudah lima bulan lamanya tinggal di sini. Alvaro yang merasakan kehangatan keluarga ini paling nyaman sekali.Terlebih lagi dua adiknya Anjani juga yang membantunya dalam hal ekonomi. Meskipun Alvaro tidak meminta bantuan, namun keduanya memberikan bantuan untuk si kecil. Entah itu kebutuhan popok maupun baju. Adiknya Anjani memang ditanamkan sifat peduli oleh orangtua mereka.Tidak salah kalau Anjani tidak asing dengan adiknya meskipun beda Ibu. Kedua orang itu memang sangat baik sekali dalam menghormati, kadang mengajak kedua anak mereka jalan-jalan.Pria itu baru saja selesai dengan pekerjaannya. Dia melihat kedua anaknya sedang disuapi oleh Anjani. “Eh, udah belajar makan?”“Ya, Mama yang suruh. Katanya suapin aja, Mas.”Pria itu menemani i
Alvaro dan Anjani ada di rumah berdua. Karena kedua adik dan orangtuanya Anjani membawa si kembar ke rumah neneknya Anjani. Anjani tidak diperbolehkan pergi karena Alvaro tadi yang pulang terlambat karena harus lembur. Sedangkan orangtuanya berangkat setengah jam yang lalu.Hanya ada mereka berdua sekarang di rumah ini. Anjani juga berdandan cantik sekali malam ini. “Mas,” panggil istrinya begitu Alvaro selesai mandi. Wanita ini cantik, baik, bahkan manis sekali sikapnya. Meskipun Alvaro numpang. Sama sekali Anjani tidak ngelunjak dan berlaku egois dalam hal ini.Wanita itu tersenyum. Alvaro bisa merasakan bagaimana sayang wanita itu kepadanya. “Kenapa pakai baju begitu?” tanya Alvaro begitu Anjani pakai baju seksi di hadapannya.“Lama nggak main kan?” tanya Anjani.Alvaro mengakuinya. Lama mereka tidak melakukan hubungan intim. “Kamu Ngajakin aku lakuin kah?”Istrinya tersenyum. “Ya.”“Orangtuamu nggak akan pulang sekarang?”“Nggak akan pulang sekarang, Mas. Paling juga mereka belum
“Sayang, buatin aku sama Raka kopi dong!”Anjani sedang ada di ruang tengah bersama anak-anak sedang menonton serial kartun. Si kembar yang suka sekali ngemil di sana sambil menonton. Alvaro senang bisa melihat keduanya akur kalau untuk makanan. Kecuali mainan, maka yang berkuasa tetaplah Alea. Meski begitu, Aiden begitu sabar menghadapi adiknya.Tanpa membuang-buang waktu. Anjani bangun dan mengikat rambutnya. “Titip anak-anak bentar, Mas.”Selama beberapa saat Alvaro menunggu kedua anaknya sedang menonton, Alea menoleh dan menyadari kalau tidak ada Anjani. Dia langsung merangkak mendekati Alvaro dan kemudian duduk di pangkuan pria itu.Memang anak satu ini lebih manja dibandingkan Aiden.Anak perempuannya yang mendongakkan kepalanya dan menyuapi jajan untuk Alvaro. Sejak dia masuk ke perusahaan tempat mertuanya bekerja, Alvaro memang terbantu dalam kebutuhan sehari-hari. Ia juga mengeluarkan uang untuk kebutuhan makan di sini. Tidak mungkin hanya untuk tidur tanpa membantu membeli m
Berbagai macam cara dilakukan oleh kedua orangtuanya Anjani menenangkan si kembar yang menangis setelah diajak pulang dari rumah neneknya Anjani. Di sana banyak anak-anak yang bermain dengan mereka. Dari pagi sampai sore seperti ini, anak-anak di sana tidak pergi sama sekali meninggalkan mereka.Kedekatan keduanya bersama dengan anak-anak yang lain Alvaro sangat mengerti. Apalagi setelah diajak pulang, mereka justru menangis cukup kencang sekali seolah tidak memberikan izin kalau mereka tidak mau pulang.Macam cara dilakukan, tapi suara tangis mereka di dalam mobil masih saja seperti tadi ketika diajak pulang.Mereka terdiam sebentar, sekarang anak-anak telah berusia satu tahun tujuh bulan. Mereka berdua sedang aktif-aktifnya bermain. Alvaro mendapati dua anaknya yang seperti tadi juga cukup terkejut, karena di rumah mereka hanya bermain berdua. Jadi mewajarkan kalau keduanya itu tidak mau diajak pulang.Di rumah, mereka justru menyambung tangisan lagi dan menunjuk ke arah luar dan mo
Alvaro sedang duduk di luar bersama dengan anak-anaknya. Ia mendapatkan telepon dari papanya yang meminta untuk pulang. Walaupun sebenarnya dia sudah enggan untuk pulang, namun pria itu berusaha untuk menuruti ucapan orangtuanya karena biar bagaimanapun orangtua tetaplah orangtua.Menurut informasi yang disampaikan oleh papanya, bahwa mamanya baru saja pulang dari rumah sakit setelah dua minggu dirawat. Alvaro tidak tahu menahu soal keadaan mamanya. Tapi justru mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan di sore ini.“Aku pulang malam ini, Pa.”“Sendiri ya, Al!”Alvaro mengerti perintah dari papanya yang meminta dia untuk pulang sendirian. Dia menjaga anak-anak di luar yang sedang bermain di tanah. “Ya, Pa. Aku pulang sendirian kok,” ujarnya Alvaro.Anjani keluar membawakan dua botol minuman dengan satu mangkuk makanan yang artinya si kembar akan makan. “Mas, kenapa sendu banget?”“Malam ini aku bakalan pulang ke rumah orangtua aku, Anjani. Boleh nggak?”“Boleh, Mas.”“Mama baru pulang d