Share

3. Tidak Punya Otak

Setelah seharian tidur, Starlee terjaga karena suara berisik yang mengusik ketenangannya. Ia membuka mata, meregangkan otot-ototnya. Ia tidak pernah bisa tidur siang selama ini sebelumnya, karena ia memiliki jadwal yang padat. Terkadang ia hanya memiliki waktu 3 jam untuk tidur di malam hari. Ia harus bepergian ke berbagai tempat pemotretan, tapi meski begitu Starlee tidak mengeluh. Ia menyukai pekerjaannya. Ia harus mendedikasikan seluruh hidupnya jika ia hing bertahan lama di industri permodelan. 

"Ah, lihatlah pemalas ini. Dia baru bangun tidur di jam seperti ini. Aku pikir kau mati tadi." Stancy mengoceh dengan wajah penuh kebencian.

Starlee mengubah posisi tidurnya jadi duduk. "Ada apa? Kau bermasalah dengan itu, Ibu?" 

Stancy yang sudah emosi kini semakin merasa emosi. Bisa-bisanya Starlee bertanya seperti itu. Tentu saja itu  masalah baginya. Tidak ada yang menyiapkan makan malam untuk mereka. Terlebih piring-piring kotor bertumpuk, serta cucian yang belum digosok. Mereka bisa saja membayar pekerja, tapi mereka sengaja ingin membuat Starlee yang mengerjakan segalanya.

"Dasar pemalas! Makan malam belum ada, dan piring kotor bertumpuk! Kau masih bertanya apakah aku bermasalah dengan itu? Di mana otakmu, hah! Cepat ke dapur dan bereskan segalanya."

Starlee memainkan jemarinya yang montok. Ia melihat ke kuku-kukunya yang tidak cantik sama sekali. Starlee saja merasa ngeri dengan tubuhnya saat ini. Ah, ia harus melakukan banyak hal untuk mengurangi berat badannya. Jika ia berusaha dengan keras, ia pasti bisa mencapai berat badan yang seimbang. Tinggi tubuh pemilik tubuh sebelumnya kira-kira 170 cm, itu cukup baginya jika ia ingin kembali ke dunia modeling.

Perutnya tiba-tiba berbunyi. Baru saja ia berpikir untuk menguruskan badan, dan sekarang perutnya sudah keroncongan. Yang benar saja. Jika ia terus mengikuti keinginan perutnya, maka ia kan menjadi babi yang paling montok. Tidak, Starlee tidak ingin jadi seperti itu. Ia tidak akan bisa mengenakan gaun seksi dengan beratnya saat ini, apalagi jika bertambah.

Akan tetapi, saat ini ia benar-benar lapar. Ia harus makan jika tidak ia akan mati. Lapar ini sangat menyiksa. Tidak apa-apa, kali ini saja. Ia akan makan sedikit saja, lalu akan diet selanjutnya.

"Lalu kenapa Ibu masih di sini? Cepat siapkan makan malam, aku lapar. Dan ya, aku ingin daging panggang yang pedas. Sediakan juga jus orange yang tidak terlalu manis. Dan ya, aku ingin makanan penutup puding."

Rahang Stancy jatuh. Matanya membulat tidak percaya. Apakah baru saja menantu sampahnya tengah memerintahnya?

"Apa kau kerasukan setan?!" desis Stancy.

"Ibu, aku baru saja sembuh dari sakit. Aku tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Bukankah Ibu adalah mertua yang perhatian? Jadi, siapkan saja apa yang aku mau. Cepatlah, aku lapar." Ucapan Starlee tidak terdengar seperti meminta tolong, dan ia memang tidak sedang meminta tolong. Selama ini pemilik tubuh sebelumnya melakukan segalanya meski dalam keadaan sakit, tapi saat ini berbeda, ia adalah Starlee  Alyssandra bukan Florence Starlee. Tak akan ia biarkan ada orang yang memanfaatkannya. 

Stancy menggeram. "Berani-beraninya kau memberi perintah padaku! Menantu tidak berguna, cepat turun dari ranjang, atau kau akan menyesal.

Starlee terkekeh kecil. Mertua pemilik tubuh sebelumnya bukan hanya jahat tapi juga tidak punya otak. Apakah wanita tua itu tidak mengerti bahasa manusia, kenapa dia masih di sini dan bukannya memasak.

"Apa yang ingin Ibu lakukan padaku? Melaporkannya pada Asher? Atau Ibu tidak akan memberikan aku makan?" tanya Starlee dengan berani. Matanya terlihat begitu tenang, berbeda sekali dengan tatapan pemilik tubuh sebelumnya yang tampak selalu takut dengan sang mertua.

Stancy merasa terkena serangan jantung ringan. Apa yang salah dengan menantu sialannya? Kenapa sampah itu tidak takut lagi padanya dan berani menentangnya. Apakah hampir mati membuatnya kehilangan rasa takut? 

"Ada apa ini, Bu?" Asher datang. Pria itu terlihat segar. Dahulu, setiap kali melihat Asher, pemilik tubuh sebelumnya pasti akan merasa deg-degan. Tatapan matanya tak akan lepas dari Asher, ia begitu memuja Asher. Sedang sekarang, dengan Starlee yang memegang kendali atas tubuh itu, tak ada lagi tatapan penuh memuja, yang ada hanya tatapan dingin. 

"Pemalas ini memerintahkan ibu untuk masak! Dia sungguh keterlaluan!" adu Stancy pada Asher.

"Aku baru saja kembali dari rumah sakit, Ibu. Tubuhku masih lemah, bagaimana jika aku salah memasukan bumbu ke masakan. Mungkin saja aku akan memasukan racun, atau yang lainnya." Starlee menatap Stancy sejenak kemudian berpindah pada Asher.  Ia bisa melihat raut wajah Asher menjadi kaku.

Starlee tertawa renyah. "Aku hanya bercanda. Jangan menanggapinya terlalu serius."

"Bu, Starlee belum sembuh, saat ini Ibu bisa memasak dahulu sampai dia sembuh." Asher bicara pada ibunya dengan nada lembut.

Stancy menatap Asher tidak terima. Bagaimana mungkin ia yang harus masak untuk Starlee. Ia tidak sudi! 

"Pesan saja makanan. Ibu sedang tidak enak badan." Stancy kemudian membalik tubuhnya dan pergi.

Asher kini tinggal berdua saja dengan Starlee, suasana ruangan itu menjadi tidak enak. Starlee dengan rasa muak terhadap Asher, serta Asher yang terlalu jijik pada Starlee. Keduanya seperti dua orang asing yang tidak pernah saling kenal sebelumnya.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau ingin meminta aku melayanimu? Maafkan aku, saat ini aku tidak bisa melakukannya." Starlee sengaja mengucapkan kalimat menjijikan itu agar Asher semakin membencinya. Semakin sedikit ia berinteraksi dengan Asher maka itu semakin bagus untuknya. Bukan karena takut jatuh cinta pada pria itu, tapi takut jika ia lepas kendali dan menghajar pria itu hingga babak belur. 

Asher menahan rasa jijiknya. Meminta pelayanan dari seorang Starlee? Ia bahkan tidak bergairah dengan tubuh gemuk itu lagi. Entah sudah berapa lama ia tidak menyentuh Starlee. Dan Starlee pun tidak pernah meminta padanya. Entah setan apa yang merasuki Starlee saat ini hingga bisa bicara seperti itu. Dari pada ia meniduri Starlee, ia lebih baik menghabiskan waktunya sendirian dengan berkas-berkas kerjaannya.

"Angel akan memanggilmu setelah makanan siap." Asher hanya mengucapkan kalimat itu kemudian pergi lagi. Pria itu tidak pernah betah berdekatan dengan Starlee. Ia merasa sangat pengap sampai merasa tercekik. Melihat wajah Starlee juga membuatnya penat. 

Asher tidak pernah menyadari bahwa dahulu Starlee tidak seperti saat ini. Dirinyalah yang sudah membuat Starlee tidak bisa merawat diri. Starlee sibuk bekerja, memperhatikan keluarganya, serta mencukupi semua kebutuhan mereka sampai melupakan diri sendiri. Dan setelah semua itu, Asher bahkan tidak berterima kasih. Ia malah menyebut Starlee seperti babi yang hanya tahu makan saja.

Starlee turun dari ranjang. Ia mencuci wajahnya, dan kemudian terkejut sendiri. Ia masih belum terbiasa melihat wajahnya sendiri yang jauh berbanding terbalik dengan wajah aslinya. Sebisa mungkin Starlee ingin menghindari kaca, karena setiap ia melihat kaca ia merasa sesak. Ia tidak tahu kenapa pemilik tubuh sebelumnya begitu betah dengan badan gemuk yang tidak terawat sama sekali.

Starlee saja merasa sangat gerah. Ia ingin membenahinya segera, tapi ia tahu itu tidak akan mudah. Lagi-lagi Starlee menghela napasnya, ia harus memulai dari nol. 

"Tidak apa-apa, Star. Kau pasti bisa. Kau bintang, kau akan bersinar seperti biasanya." Starlee menguatkan dirinya sendiri.

Setelah mencuci wajahnya, sembari menunggu panggilan dari Angelica, Starlee memeriksa pakaian yang dimiliki oleh pemilik tubuh sebelumnya. Ia menghela napas kemudian menutupnya lagi. Pakaian jenis apa itu, meski ia tidak pintar dengan fashion, setidaknya sebagai istri CEO pemilik tubuh sebelumnya harus memiliki beberapa barang bermerk. Dan yang ia lihat tadi, tidak ada keluaran bermerk di sana. Benar-benar layak dipakai oleh seorang pelayan.

Frustasi, Starlee memutuskan untuk duduk di sofa. Ia melihat ada toples berisi cemilan, kemudian ia menyantapnya. Tanpa ia sadari toples itu kosong. "Astaga! Siapa yang menghabiskan cemilan di toples ini?" Starlee terkejut sendiri.

Ia benar-benar tidak bisa percaya bahwa yang menghabiskan cemilan itu adalah dirinya. Tidak mungkin. Sangat tidak mungkin.

Starlee menatap toples itu horor. Bagaimana ia bisa mengurangi berat badannya jika nafsu makannya saja sangat mengerikan.

"Kau ini perut atau tempat pembuangan. Kenapa besar sekali muatanmu?" gerutu Starlee.

Setelah beberapa menit kemudian, perut Starlee kembali keroncongan. Starlee merasa akan gila. Kenapa cepat sekali ia kembali lapar? Starlee meremas rambutnya frustasi. Ia tidak bisa mengabaikan perutnya. Pada kenyataannya ia begitu tersiksa karena lapar.

"Kenapa lama sekali? Apakah mereka membeli makanan di Afrika!" kesal Starlee.

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status