Share

54 | Keberadaan Chiara

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-10 14:12:27

Mobil Damien melaju cepat membelah jalanan kota, menuju hotel tempat Patrick berada. Raut wajah Damien tegang, rahangnya mengeras, sementara Dona di sampingnya terlihat cemas. “Chiara...” batin Dona yang sangat mengkhawatirkan keadaan sahabatnya.

Sesampainya di hotel, Damien dan Dona segera turun dari mobil. Seorang staf hotel yang sudah diberitahu tentang kedatangan mereka buru-buru menghampiri.

"Selamat datang, Tuan Damien. Pak Patrick ada di ruangan GM kami," ujar staf hotel itu dengan nada sopan.

Damien dan Dona tidak mengucapkan sepatah kata pun saat mereka bergegas menuju lift. Dona berusaha menenangkan Damien yang terlihat tegang, tapi pria itu terlihat seperti tidak mendengarkan. Napasnya memburu, dan matanya berkilat penuh kemarahan.

Ting!

Saat pintu lift terbuka, keduanya langsung melangkah keluar dan menuju ke pintu ruang GM.

Ceklek!

Damien mendorong pintu itu terbuka tanpa mengetuk, dan pemandangan di dalam membuatnya membeku sesaat.

Pemandangan di dalam membuat Damien mem
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Skandal Panas Presdir Tampan   72 | Jawabanmu?

    Damien mengarahkan kejantanannya, membelai lembut lekukan intim Tessa dengan penuh hasrat. Ia merasakan kehangatan dan kelembutan yang mengundang gairah, membuat darahnya semakin berdesir kencang.Tessa menggeliat, napasnya semakin cepat ketika tangan Damien menjelajahi titik-titik sensitif di tubuhnya.Dengan satu gerakan yang penuh dorongan, Damien menghujam masuk dengan kasar.Mata Tessa membelalak, terkejut oleh sensasi intens yang tiba-tiba menghantamnya. Kejantanan Damien terkubur dalam liyang kenikmatannya, yang langsung terpejam, menikmati campuran antara rasa sakit dan kenikmatan yang menjalar cepat ke seluruh tubuhnya."Aahh... Pak Damien...," erang Tessa, suaranya bergetar oleh gelombang sensasi yang mengalir deras.Damien mulai bergerak dengan ritme yang semakin cepat, setiap dorongan memberikan kenikmatan yang membuat Tessa melengkungkan punggungnya.Tangan Damien mencengkeram pinggul Tessa dengan kuat, memandunya untuk bertemu dengan setiap dorongannya.Kejantanan Damien

  • Skandal Panas Presdir Tampan   71 | Tak Terbendung

    "Iya, Pak," jawab Tessa."Nanti aku pertimbangkan lagi, apakah harus aku yang pergi atau diwakili saja," sahut Damien.Diamond Rose Hotel Italia adalah cabang hotel kedua milik Damien yang diresmikan tahun lalu di Roma. Tiga hari lagi adalah ulang tahun pertama operasional hotel tersebut. Saat peresmian tahun lalu, Damien tidak datang.Selama enam tahun ini, dia memang menghindari kunjungan ke Italia, terlalu menyakitkan baginya setelah kehilangan Chiara.Namun tahun ini, Damien berencana mengunjungi hotel itu karena performa hotelnya di Roma sangat bagus. Dia ingin memberikan apresiasi kepada seluruh karyawannya di sana yang sudah bekerja dengan baik. Sayangnya, beberapa hari terakhir dia mulai memikirkan ulang rencananya.Setelah mengonfirmasi jadwal Damien, Tessa berjalan menuju meja kerjanya.Damien menatap tubuh Tessa yang hari ini mengenakan kemeja putih yang pas di tubuhnya, rok pendek berwarna cokelat, dan high heels senada dengan roknya. Setiap langkahnya begitu anggun dan pe

  • Skandal Panas Presdir Tampan   70 | Beri Tahu Aku

    “Lebih dari nyaman,” Tyler tertawa pelan. “Aku merasa seperti berada di surga.”Nathalie tersenyum, lalu duduk, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Tyler mengikuti gerakannya, duduk di sampingnya, memandang wajah cantik Nathalie yang masih dipenuhi sisa-sisa gairah malam sebelumnya.“Nathalie, aku merasa bersalah. Aku tak seharusnya melakukan itu saat kamu tertidur. Aku tidak bisa menahan diri dan ya tubuhku bergerak tanpa memikirkanmu, aku khawatir kau merasa tidak nyaman.”Nathalie mengangkat alis, tersenyum lembut, “Tyler, jangan merasa bersalah. Aku tidak keberatan, jujur, sudah lama aku tidak menikmati hal itu. Dan ini pertama kalinya aku benar-benar menikmati hal seperti ini lagi.” Dia meraih tangan Tyler, menggenggamnya erat.“Jadi jangan lagi meminta maaf, dan tenang saja, aku tidak akan menuntut agar kamu menikahiku,” sambungnya, disertai tawa pelan, mencoba mencairkan suasana antara dirinya dan Tyler.Tyler tertawa lega, “Terima kasih, Nathalie. Kamu sang

  • Skandal Panas Presdir Tampan   69 | Di Dalam Kegelapan

    “Hmm... Ty?” Terdengar suara Nathalie menyebut namanya, dengan suara khas bangun tidur yang terdengar semakin seksi di telinga Tyler.Tyler terus melanjutkan aksinya, tak bisa lagi menahan hasrat yang meledak-ledak di dalam dirinya, menikmati liyang kewanitaan Nathalie dengan lahap.Dengan gerakan lembut namun penuh hasrat, Tyler merangkak naik, mendekati wajah Nathalie yang masih setengah sadar. Pria tampan itu menatap mata biru Nathalie yang terbuka perlahan, tersenyum nakal sebelum menurunkan dirinya, membiarkan kejantanan yang keras menggesek kulit halus Nathalie.“Euhm... Tyler...,” desahan Nathalie lebih jelas kini, kesadarannya perlahan kembali.Namun, hasrat yang bersemayam dalam dirinya tak dapat dia tolak. Sudah terlalu lama dia tidak merasakan sentuhan seorang pria, membuat setiap gerakan Tyler seperti percikan api yang menyalakan tubuhnya.Tyler, dengan tangan yang kuat, meraih kedua bongkahan indah Nathalie, mengisap salah satu pucuknya dengan rakus. Lidahnya berputar di

  • Skandal Panas Presdir Tampan   68 | Terlalu Menggoda

    Tyler menuangkan wine ke gelas Nathalie yang sudah kembali kosong. Di depannya, Nathalie menatapnya dengan mata berbinar, wajahnya yang semula muram perlahan berubah ceria saat dia mendengarkan Tyler menjelaskan rencananya."Jadi, kita akan mulai dengan mencari tahu keberadaan Chiara. Aku punya beberapa teman di Italia yang bisa membantu kita," ujar Tyler, tangannya bergerak-gerak semangat saat menjelaskan langkah-langkahnya."Aku setuju! Mari lakukan itu, Tyler!" seru Nathalie, tertawa dan bercanda sepanjang percakapan."Aku tidak sabar," tambahnya, lalu menyesap wine di gelasnya.Tyler tersenyum, menikmati antusiasme Nathalie. Mereka berbicara panjang lebar, saling bergantian mengutarakan pendapat. Satu botol wine berganti dengan botol lainnya, wajah Nathalie mulai memerah karena pengaruh alkohol."Oke, satu botol lagi," seru Nathalie dengan tawa yang semakin keras, mengangkat gelasnya tinggi-tinggi."Ini masih belum cukup, ayo tambah lagi," tambahnya dengan penuh semangat."Hei Nat

  • Skandal Panas Presdir Tampan   67 | Rumah Tangga Yang Kandas

    Tyler membantu Nathalie berdiri dengan lembut, meraih tangannya dan menariknya perlahan. Nathalie tersenyum tipis saat berdiri, lalu menepuk-nepuk celananya untuk membersihkan debu yang menempel. Tyler memperhatikan Nathalie dengan cermat, sedikit bingung melihat kehadirannya di sini."Jadi, apa yang kamu lakukan di sini? Bukannya kamu tinggal di Amerika?" tanya Tyler, alisnya berkerut karena kebingungan.Nathalie membungkuk sedikit, menepuk-nepuk kakinya sekali lagi, kemudian mendongak menatap Tyler. "Ceritanya panjang," sahutnya dengan suara lembut. "Oh iya, bagaimana kabar Damien?"Tyler menghela napas dalam, wajahnya terlihat berat saat menjawab. "Buruk, bahkan mungkin jauh lebih buruk dari kelihatannya."Ekspresi wajah Nathalie berubah menjadi sedih, dia menundukkan kepala, terlihat menyesal. "Ini semua salahku, seharusnya aku tidak mendengar kata-kata Patrick waktu itu."Tyler menatap Nathalie, "Itu semua sudah terjadi, mau bagaimana lagi," ucapnya, mencoba menenangkan wanita ca

  • Skandal Panas Presdir Tampan   66 | Aku Sudah Berusaha Menjadi Chiara

    Di ruang tamu kediaman Damien, Tyler yang sedang duduk di sofa, menatap Damien, yang baru saja keluar dari kamar dengan handuk melilit pinggangnya."Kamu sudah lama di sini?" tanya Damien, mencoba menghindari kontak mata, mengusap lehernya dengan gugup.Tyler mengangguk, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Ya, sejak Dona bilang 'lebih dalam, Damien'."Deg!Damien tersipu, pipinya semakin merah, lalu tertawa pelan. "Astaga, kamu dengar semuanya, ya?"" Hahaha! Tentu saja, bro. Kalian berdua cukup berisik," jawab Tyler tertawa renyah.Mereka tertawa bersama, mencairkan suasana yang sempat canggung. Tyler duduk di sofa, terlihat nyaman dengan kaki disilangkan, tangannya diletakkan di sandaran sofa."Tunggu, aku ambilkan minuman," tawar Damien, mencoba mengalihkan topik.Dia melangkah menuju dapur, membuka lemari pendingin dam mengambil dua botol bir.Dengan langkah ringan, Damien kembali ke ruang keluarga. Ia duduk di samping Tyler, menyerahkan satu botol bir kepadanya sambil tersenyum ram

  • Skandal Panas Presdir Tampan   65 | Kabar Dari Roma

    Di kamar Damien, suara rintihan Damien dan Dona memenuhi ruangan. Damien menindih tubuh Dona, tubuhnya bergerak dengan kekuatan yang intens. Setiap hentakan tubuhnya membuat tempat tidur berderak, iramanya mengisi setiap sudut kamar dengan aura hasrat yang mendalam.Damien memompa dengan penuh gairah, wajahnya mengernyit saat setiap dorongan semakin dalam. Keringat membasahi dahinya, menetes ke tubuh Dona, menciptakan sensasi dingin yang kontras dengan panas tubuh mereka.Dona terpejam erat, bibirnya terbuka mengeluarkan erangan kenikmatan yang terputus-putus. Tangannya mencengkeram bahu Damien, kuku-kuku jemarinya meninggalkan jejak merah di kulitnya.Kamar yang remang-remang hanya diterangi oleh cahaya bulan yang menyelinap masuk melalui celah tirai. Bayangan tubuh mereka tampak seperti siluet yang menyatu dalam tarian gairah yang tak terbendung. Suara desahan dan dentuman tubuh mereka yang saling bertemu menciptakan simfoni yang menggema di antara dinding kamar."Uh... Damien..." D

  • Skandal Panas Presdir Tampan   64 | Tak Kuasa Menolak

    Damien terbangun dengan perasaan yang lebih baik setelah tidur siang yang panjang. Ia merasa sedikit lebih segar meskipun masih terasa penat. Dengan langkah yang ringan, ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan mencari sesuatu untuk dimakan.Saat melangkah keluar dari kamar, aroma harum yang menyebar dari dapur menggelitik hidungnya, memancing perutnya yang kosong. Langkahnya semakin mantap menuju sumber aroma itu.Saat tiba di dapur, suara gemerisik memasak memenuhi ruangan. Dona, yang sibuk dengan panci dan wajan, tersenyum saat melihat Damien masuk."Hai, Dami!" sambut Dona dengan hangat, sambil tetap terampil mengolah masakan di atas kompor.Suara desisan minyak dan bau bawang putih yang digoreng memenuhi udara, perpaduan yang sangat menggugah selera.Damien mengangguk senyum sebagai balasan, "Hai Dona. Dan... maaf sepertinya aku lagi-lagi merepotkanmu," ucapnya sambil melangkah mendekati meja dapur.Ia merasa bersalah dan terharu membuncah di dalam dadanya.Dona tersenyum lebar,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status