Share

Skandal Panas Sang CEO
Skandal Panas Sang CEO
Penulis: icher

Malam Panas

“Kau memang bisa membuatku menjadi gila, Vero!” rutuk seorang pria di sela lenguhannya.

Saat ini, ia sedang berada di depan tubuh seorang wanita yang dia panggil dengan nama Vero. Tubuh keduanya tentu saja sudah polos dan mandi keringat. Lelaki bernama Ramon itu terus bergerak mengikuti ritme permainan panas yang sedang berlangsung antara dirinya dan wanita itu.

Siapa lah yang berani menolak pesona tampan pemilik perusahaan parfum di negara Perancis itu? Bahkan Veronica yang hanya lah seorang sekretarisnya saja tak luput dari rasa ketertarikan itu.

“Terus lah, Sayang. Jangan berhenti!” rengek Vero saat Ramon menghentikan hentakan tubuhnya.

“Sabar. Aku perlu memakai pengaman terlebih dahulu,” ucap Ramon seraya mengambil sebuah bungkusan kecil dari laci mejanya.

Sebenarnya, saat Ramon memakai pengaman ketika akan mencapai puncak kenikmatan, itu adalah hal yang paling membuat kesal pada diri Vero. Terlebih, ia sangat bermimpi bahwa bisa mengandung anak dari percintaannya bersama Ramon.

Vero dan Ramon selama ini memang hanya lah sebatas bos dan atasan saja, bahkan setelah tiga tahun kebersamaan mereka dalam perusahaan itu. Namun, semua berubah saat malam kenaikan jabatan Ramon menjadi CEO menggantikan posisi ayahnya yang sudah terlalu tua untuk memimpin perusahaan.

Malam itu Ramon dan Vero mnghadiri jamuan makan malam istimewa dan tanpa diduga Vero minum terlalu banyak hingga mabuk. Saat itu, Ramon mengantarkannya pulang ke apartemen tempat Vero tinggal. Tanpa diduga dan disengaja, percintaan mereka terjadi begitu saja di sana untuk pertama kalinya.

Dan setelah malam itu, baik Ramon mau pun Vero seperti tak ingin berjauhan dan berpisah. Apalagi, Vero masih perawan saat pertama kali bercinta dengan Ramon.

“Kenapa kau harus memakai pengaman itu terus?” tanya Vero dengan hati sedih atas tindakan Ramon sekarang.

“Aku tidak ingin mengambil resiko, Sayang. Kau tahu kan bahwa pernikahanku dengan Miana tinggal tiga bulan lagi. Jangan sampai kau hamil dan semuanya menjadi berantakan,” jawab Ramon dengan santai tanpa memperdulikan bagaimana perasaan Vero saat mendengarnya.

Hati Vero terasa sangat sakit mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ramon secara langsung. Meski ia sudah tahu bahwa Ramon memang tidak akan pernah serius bersamanya. Mereka hanya sedang menjalani sebuah hubungan terlarang. Ramon sudah memiliki tunangan dan mereka sedang berhubungan jarak jauh.

Percintaan itu terus berlanjut dengan Ramon yang jelas saja sudah memakai pengaman di bagian kemaluannya. Dia tetap mengenakannya meski Vero sudah bersedia dan tidak akan menuntut andai suatu saat dia hamil anak Ramon. Secinta itu Vero kepada Ramon dan tetap saja Vero merasa hanya sebagai pelampiasan bagi pria itu.

Setelah mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan, keduanya berbaring di ranjang empuk yang ada di dalam apartemen rahasia milik Ramon itu. Tidak ada yang tahu apartemen itu selain mereka berdua. Tentu saja, semua itu demi kenyamanan mereka bersama dalam menjalani hubungan.

Tidak ada seorang pun yang tahu jika Ramon dan Vero memiliki affair. Semua itu sudah melalui pertimbangan yang matang antara keduanya. Meski jika semua orang tahu, itu tidak akan jadi masalah yang besar bagi Ramon. Tentu saja tidak begitu bagi Vero.

Veronica menyandarkan kepalanya di dada bidang berbulu milik sang boss. Dia tidak pernah ingin menyudahi permainan panas mereka begitu saja. Namun, Vero juga tidak berani berharap lebih pada seorang Ramon.

“Apa kau mencintaiku?” tanya Vero tiba-tiba saja kepada Ramon.

Pria itu langsung menoleh dan menghentikan gerakan tangannya yang sedang bermain dengan untaian rambut ikal Vero yang pirang. “Apa maksud dari pertanyaanmu itu, Veronica Sweet? Kau tahu bukan? Tidak boleh ada cinta dalam hubungan ini!” jawab Ramon dengan tegas dan tak terbantahkan.

“Tapi ... kebersamaan kita ....”

Vero tidak melanjutkan lagi ucapannya. Dia tahu, Ramon akan marah jika dia terus protes seperti itu. Sejak awal, Vero sudah tahu di mana posisinya berada. Meski dia berdiri di samping Ramon, dia hanya lah seorang bawahan. Jika dia berada di ranjang yang sama dengan pria itu dan mereka meraih kenikmatan bersama, tetap saja bagi Ramon dirinya hanya lah seorang wanita yang tidak ada pengaruhnya dalam hidup.

“Sorry. Aku tidak bermaksud membuatmu marah. Aku hanya terlalu emosional. Mungkin, aku akan segera datang bulan,” ucap Vero mencari alasan agar pria itu tidak lagi mengingat pembicaraan mereka tadi.

“Tidak masalah. Wanita memang selalu seperti itu. Mereka akan selalu melibatkan perasaan dalam segala hal,” kata Ramon pula dengan helaan napas yang kemudian duduk bersantai sambil menyalakan sebatang tembakau yang sudah tergulung rapi dalam kertas putih.

Vero merasa sudah saatnya dia membersihkan diri, karena saat Ramon sudah menyalakan rokok, itu tandanya dia sudah kehilangan mood untuk melanjutkan permainan pada ronde berikutnya. Vero berdiri dengan tubuh yang molek dan mulus.

Namun, ada beberapa tanda merah yang baru saja dicapkan oleh Ramon di bagian dada putih dan mulusnya. Vero berjalan dengan santai di depan Ramon meski dia tidak memakai sehelai benang pun saat ini.

“Apa kau tidak ikut sekalian?” tanya Vero sengaja memancing Ramon agar pria itu merasa lebih rileks lagi seperti sebelumnya.

“Tidak! Aku akan mandi di kantor saja. Miana akan datang setengah jam lagi dan akan langsung ke kantor. Jadi, aku harus kembali sekarang,” jawab Ramon dan menatap lekat kedua bola mata biru milik Veronica Sweet yang sejujurnya sangat dia sayangi itu.

“Miana? Tunanganmu itu datang?” tanya Vero setengah tak percaya.

“Bukan datang. Dia pulang dan tidak akan pergi lagi mulai saat ini,” ralat Ramon dan membuat hati Vero seperti baru saja jatuh ke lantai dan pecah berderai.

Tidak ada lagi yang bisa Vero katakan selain masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air sower. Air hangat itu terasa sangat pedih menyentuh kulit tubuhnya, bukan karena terlalu panas. Akan tetapi, hati Vero lah yang terlalu sakit saat ini.

“Jadi ... dia datang? Tidak! Dia tidak hanya datang, tapi dia kembali!” batin Vero berkata dengan sangat pilu sembari berjongkok di bawah guyuran air sower itu.

Dia tidak bisa menahan aliran air matanya yang terus berpacu dengan derasnya hujaman air dari sower kamar mandi apartemen mewah milik sang kekasih rahasianya itu.

Memang, selama ini Vero sudah tahu jika Ramon memiliki seorang tunangan yang berprofesi sebagai model internasional. Namun, salah siapa jika dia akhirnya jatuh cinta pada Ramon dan tak bisa melepaskan pesona pria itu dari hatinya?

Salah siapa wanita itu membiarkan jarak membentang di dalam hubungan mereka, sehingga memberikan ruang dan tempat bagi Vero untuk mengisi kekosongan hati atau mungkin hanya sebagai pelepas candu bercinta Ramon saja.

“Aku bisa apa? Dia sudah kembali, dan aku tetap akan menjadi diriku. Bagaimana ke depannya nanti, semua tergantung pada keputusanmu, Ramon!” Vero berkata dalam hatinya dengan mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Sudaryati
Di sini wanitalah yg kalah, hanya sbg pemuas nafsu saja....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status