Share

Pertunangan

Penulis: Ucing Ucay
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-01 17:46:06

Hanya butuh waktu seminggu persiapan pertunangan selesai dirancang. Acara inti diberlangsungkan tepat setelah kedua keluarga sepakat, begitu cepat. Waktu berlalu bagai air yang mengalir, tak terasa.

Baru pertunangan namun sudah sangat spektakuler, acara yang terjadi di keluarga Adiwilaga begitu menarik perhatian semua orang. Muncul di portal berita, sempat jadi kabar utama menyatunya dua keluarga terhormat yang diramalkan akan jadi kekuatan baru di dunia bisnis.

Sementara di pesta, ribuan orang terlihat bahagia. Hanya Arthur yang menatap ke arah panggung dengan wajah dinginnya.

"Selamat untukmu, Nona Lintang," bisiknya, serak. Suara baritonnya tidak terdengar oleh siapapun.

Menyedihkan.

Harusnya Arthur bukan menjadi seseorang yang memberikan selamat di hari bahagia wanita itu, melainkan sosok yang bersama dengannya bertukar cincin pertunangan.

Sungguh takdir yang kejam.

Pujaan hati yang sudah benar-benar tidak bisa ia harapkan lagi, telah menjadi milik orang lain, yang bukan untuknya.

Sedang ia berusaha menenangkan emosinya, tanpa sengaja pandangannya justru malah bersirobok dengan Lintang. Yang sontak saja membuatnya seolah terkunci dan tak bisa berpaling lagi. 

Arthur hampir tak mampu berkedip karena tak ingin momen pertautan bathin mereka itu usai, jika saja tidak ada orang yang tanpa sengaja menyenggol bahunya, Arthur mungkin masih betah berlama-lama menatap Sang Putri di sana.

Dan selanjutnya ia bertahan agar tidak kembali melayangkan pandangannya ke panggung sana. Karena dari sudut matanya, ia bisa melihat Yasmin yang memicing mengawasinya dari kursinya. 

Arthur pun memilih untuk memakai kacamata hitamnya dan berpura-pura meraba earpiece di telinganya seolah tengah berbicara dengan penjaga keamanan lainnya di sambungan telepon.

***

Pesta pertunangan itu pun akhirnya selesai. Arthur mengantar Lintang untuk pulang terlebih dahulu karena gadis itu terlihat kelelahan setelah seharian tersenyum dan menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang tak terhitung banyaknya.  

Di mobil, Lintang hanya diam di kursi belakang. Kepalanya bersandar di kursi dengan mata menatap keluar dari jendela. Jelas sekali gadis itu tengah melamun. 

Arthur memperhatikannya melalui kaca spion. Melihat Lintang seperti itu membuat hatinya memberontak. 

Betapa ia ingin sekali merengkuh Lintang dan memberikan bahunya agar gadis pujaannya itu bisa bersandar dan menumpahkan semua perasaannya.

"Arthur?" panggil Lintang tanpa menoleh.

"Ya, Nona?" sahut Arthur melihat dari kaca spion.

Lintang memejamkan mata mendengar bagaimana Arthur menjawabnya. 

"Bisakah kita mampir ke apartemenku saja?" pinta Lintang. Gadis cantik itu lalu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Arthur di depan sana.

"Aku mohon!" ucapnya pelan.

Arthur diam tak menjawab, namun kemudian Lintang pun tersenyum saat melihat mobil justru berbelok ketika menemukan persimpangan. Bukan menuju rumahnya, melainkan ke apartemennya. Ia pun merebahkan kepalanya kembali.

"Terimakasih," ucapnya.

Arthur diam-diam tersenyum. 

"Sama-sama," ucapnya berbisik hampir tak terdengar.

Setengah perjalanan selanjutnya terasa hening. Meski begitu kedua insan berbeda tempat duduk itu tampak saling membentuk senyuman di bibir masing-masing.

Hingga akhirnya mobil mereka pun sampai di tujuan akhir. Arthur langsung membawa mobilnya masuk ke parkiran basement. Dan berhenti di salah satu sisi parkiran tersebut. 

Arthur keluar terlebih dahulu, lalu memutar dan membukakan pintu Lintang. 

Lelaki itu sedikit menahan nafas saat Lintang keluar dan posisi mereka begitu dekat dan berhadapan, hanya terhalang oleh pintu mobil yang ditahan oleh Arthur. Mata mereka bertemu untuk sedetik sebelum Lintang berpaling dan Arthur pun menutup pintu mobil. Tak lupa dia mengunci mobil tersebut dan memastikan alarm keamanan berfungsi dengan baik sebelum ia tinggalkan.

"Silahkan, Nona," ucap Arthur mempersilahkan Lintang untuk berjalan terlebih dahulu. 

Gadis itu meliriknya sekilas sebelum melangkahkan kakinya, dan Arthur pun lalu mengikutinya. 

Ketika mereka sampai di lift, Arthur berjalan mendahului, untuk memastikan lift dalam keadaan kosong dan aman. Dan tanpa membuat Lintang menunggu ia mengangguk memberi isyarat jika keadaan aman. 

Semua itu tak lepas dari perhatian Lintang. Mata gadis itu selalu mengikuti setiap gerak-gerik Arthur dengan bibir tersenyum.

Di dalam lift, Lintang berdiri di belakang Arthur. 

Matanya memperhatikan sosok Arthur di hadapannya. Laki-laki itu terlihat menjulang tinggi jika dalam posisi sedekat ini. Tinggi Lintang hanya sebatas bahunya saja. 

Punggung lebarnya terlihat kokoh di balik setelan jas hitam yang dipakainya. Membuat Lintang berimajinasi.

Denting pelan lift membuatnya mengerjap. Dan ia pun tersadar dan melihat Arthur mempersilahkannya untuk keluar dari lift. 

***

Mereka langsung menuju unit milik Lintang. Gadis itu pun tak sabar untuk segera mandi membersihkan diri karena tubuhnya terasa lengket. 

"Tunggulah disini," kata Lintang pada Arthur, "Anggap saja rumah sendiri!" ucapnya tersenyum.

Arthur mengangguk seraya mengucapkan terimakasih. Sikapnya masih saja formal, membuat Lintang gemas sendiri.

"Jangan terlalu formal, toh kita hanya berdua saja disini!" ucap Lintang mendengus pelan.

Arthur tertunduk lalu tersenyum. Sedikit mencairkan suasana yang tadi terasa kaku. Lintang pun tersenyum dibuatnya. Ia lalu segera masuk ke kamarnya. 

Arthur akhirnya bisa sedikit bernafas lega dan  meluruhkan bahunya yang terasa kaku. Dia melangkah menuju dapur, dan menuangkan air putih karena tenggorokannya terasa kering sedari tadi. 

Berada dekat dengan Lintang terasa sangat menyiksa baginya. Segala tingkah laku dan senyumnya membuatnya ingin sekali memeluk gadis itu. Kerling manisnya bahkan mampu membuat jiwanya berkelana jauh. 

"Oh, astaga! Apa yang aku pikirkan?!" gumamnya seraya mengusap wajahnya berkali-kali. 

Sadar jika saat ini situasinya begitu riskan, Arthur memutuskan untuk melangkahkan kakinya ke balkon apartemen mencari udara segar karena oksigen di dalam sana mendadak terasa menipis. 

Berpikir jika Lintang mungkin pergi tidur, Arthur pun membuka jasnya. Menyisakan kemeja putih di baliknya. Disingkapnya lengan kemejanya, melonggarkan dasi dan mematikan earpiece. Diletakkannya benda kecil itu di atas meja. 

Sejenak menikmati udara malam setelah tugasnya selesai untuk hari ini. Sambil merenungi kemalangan yang menimpanya. 

Melihat gadis pujaan hati dipersunting oleh pria lain di depan mata kepalanya, tanpa bisa ia hindari. Jika saja boleh, ingin sekali ia tak melihat itu semua. Namun apa daya itu sudah bagian dari tugasnya.

"Lintang ...."

Arthur meremas rambutnya, membisikkan nama itu sehalus angin. Hatinya meronta. Gadis yang ia cintai berada dekat dengannya saat ini tapi ia tak mampu melakukan apa-apa. Bahkan menatap pun ia merasa tak pantas melakukannya.

"Arthur ...,"

Telinga Arthur seketika meruncing mendengar suara halus dari belakangnya. Ia pun berbalik. Dan selanjutnya ia merasa jika oksigen benar-benar habis kali ini. Arthur membuka mulutnya tanpa mampu berkata apa-apa.

Di ambang pintu, Lintang berdiri. Dengan pakaian tidur tipis menerawang, angin berhembus seolah memperjelas lekukan tubuhnya. Rambutnya yang selalu terikat kini tergerai indah. 

Matanya menatap sayu dan bibir itu membuka.

"Bisakah kamu memelukku, Arthur?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 160. Pulang (Tamat)

    Arta berlari keluar dari rumah sambil menangis. Namun ketika dia baru saja menginjakkan kakinya, dia terhenti dan tertegun karena mendapati Arthur dan Lintang ada di pintu gerbang halaman rumah mereka. "Arta!" panggil Lintang, matanya tampak sudah berkaca-kaca menatap Arta dengan penuh kerinduan. Namun tatapan mata Arta tertuju pada Arthur, anak itu tampak masih memiliki pandangan yang sama yaitu kebencian. "Anakku!" ucap Arthur seraya berjalan mendekat pada Arta. Ketika itu tampak Fala dan Alya keluar dari rumah untuk mengejar Arta, namun mereka pun terhenti dan sedikit terkejut karena mendapati Arthur dan Lintang ada di sana. Arta tampak berdiri kaku menunggu Arthur mendekatinya, tangannya mengepal dengan erat. "Tolong maafkan aku, apapun akan aku lakukan agar kamu bisa menerimaku!" ucap Arthur dengan mata penuh kesedihan. Arta tak menjawab, namun dia membuang muka seolah tak sudi untuk menatap Arthur. "Mama bahkan sudah memaafkan kami, kenapa kamu saat membenci Papa?" ucap Ar

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 159. Bertindak Tegas

    Dengan semangat membara Arthur pun berusaha untuk pulih secepatnya. Dia berusaha untuk berjalan dengan menggunakan tongkat, menyangga tubuhnya yang masih terasa lemah.Lintang pun melihat perkembangannya, antara gembira dan juga sedih karenanya. Juga di sisi lain dia mencemaskan keadaan Candra yang semakin hari justru semakin mengkhawatirkan. Itu membuat mereka semakin diburu waktu untuk secepatnya menemui Arta."Istirahat dulu, Sayang," kata Lintang ketika melihat Arthur yang terengah-engah dengan bulir-bulir keringat di wajahnya. Sudah sejak pagi dia berjalan-jalan di sekitar taman sampai matahari naik dan bersinar sedikit panas di atas mereka.Arthur pun mengangguk lalu berjalan menghampiri Lintang yang duduk di kursi taman."Kita harus segera pergi ke sana!" kata Arthur setelah meneguk minumannya.Lintang tersenyum mengangguk, "Ya, aku juga tidak sabar untuk segera memeluknya!" timpalnya.Arthur tersenyum letih, "Ya, kita pasti bisa!" ucapnya penuh keyakinan.Raut wajah Lintang be

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 158. Arthur Pulang

    Lintang merasa dia harus bertindak. Dia ingin sekali menangis menumpahkan semua rasa lelah dan kesedihannya, tapi dia tidak boleh lemah. Karena saat ini dirinyalah satu-satunya yang bisa menyatukan keluarga Adiwilaga, termasuk membuat Arta kembali pada mereka.Hari ini Arthur pulang ke rumah, kondisinya sudah sedikit lebih baik dan menurut dokter masa pemulihannya bisa berjalan dari rumah."Senang rasanya kembali ke rumah!" ucap Arthur ketika turun dari mobil, Bram membantunya untuk duduk di kursi roda."Selamat datang kembali di rumah!" ucap Lintang, dia mencondongkan tubuhnya memeluk suaminya dengan hangat.Arthur tersenyum, namun matanya tidak bisa menepis pemandangan dari wajah Lintang yang tampak kelelahan dengan kantung hitam di bawah matanya."Apa kamu baik-baik saja, Sayang? Kamu terlihat tidak sehat!" tanya Arthur dengan khawatir.Lintang menatap ke arah Bram dan Mira bergantian, lalu tersenyum canggung."Tidak apa-apa, hanya sedikit kurang tidur saja" tepisnya.Arthur tersen

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 157. Candra Melemah

    Candra melangkah menuju kamarnya, namun ada yang berbeda dengan langkahnya, yang tampak sedikit diseret dan tampak terhuyung-huyung. Pria tua itu membuka mulutnya untuk bernafas, dia merasa oksigen semakin menipis di sekitarnya sehingga dia tampak tersengal-sengal. "Ya, Tuhan!" keluhnya pelan, tangannya yang bebas bergerak naik meraba dada kirinya. Pria tua itu menghentikan langkahnya untuk sekedar beristirahat, berharap jika dia bisa mendapat sedikit tenaga. Namun kemudian dia mengernyit dengan nafas tertahan, bulir-bulir keringat bermunculan di dahinya. Tangannya yang memegang tongkat terlepas, bermaksud untuk mengjangkau dinding karena dia merasa tubuhnya lemas. Namun sebelum tangannya menyentuh tembok di dekatnya, Candra sudah ambruk di lantai. Tangannya tanpa sengaja mendorong sebuah guci sehingga oleng dan lalu jatuh pecah berantakan, membuat suara nyaring di sepanjang koridor kamar. Mira yang baru saja pulang dari kantor menjalankan perintah Candra terkejut mendengar suara b

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 156. Lintang Pulang Tanpa Arta

    Bram menatap Arta menunggu jawaban anak itu, sorotan matanya terlihat tegas ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Arta. Dia tidak akan bersikap lunak pada anak itu karena dia takut jika Arta terlalu lama dibiarkan seperti ini, maka dia akan semakin menjauh dari ayah dan ibunya sendiri."Arta?"Arta pun tampak sedikit gentar menghadapi Bram, kepalanya tertunduk dalam."A-aku ... tidak ingin mengganggu istirahat Papa, lain kali saja aku akan datang, Paman!" ucapnya.Alya merangkul bahu Arta untuk membuatnya sedikit tenang, dia juga menyadari jika ternyata anak itu terlihat segan terhadap Bram daripada orang lain.Bram menarik nafas panjang."Baiklah, kamu beristirahatlah dengan lebih baik di sana sampai ayah dan ibumu menjemputmu nanti," kata Bram, dia maju untuk menyentuh kepala Arta. Dia juga merasa sedikit bersalah karena bersikap tegas pada anak itu.Arta pun mengangguk, "Terimakasih, Paman!" ucapnya.Bram kemudian menatap Fala, "Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku!" katanya.

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 155. Arta Pulang

    Arta tampak tengah duduk di ranjangnya, memperhatikan Fala yang sedang membereskan barang-barang miliknya ke dalam tas. Dia sudah diperbolehkan pulang hari ini."Kamu siap untuk pulang?" tanya Fala tanpa menoleh, setelah menutup tas itu barulah dia memutar tubuhnya ke arah Arta.Anak laki-laki itu tak langsung menjawab, dia malah balik menatapnya. Sorot matanya terlihat ragu."Ada apa, Nak?" tanya Fala tanggap, karena dia melihat jika Arta sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Dia lalu mendekat dan duduk di dekat anak itu.Arta tertunduk memandangi tangannya yang sedang memegang rubik. "Apa aku bisa pulang bersama kalian saja?" tanyanya.Fala tertegun mendengarnya. Itu memang menggembirakan, apalagi jika Alya tahu. Tapi situasinya saat ini sungguh riskan, dia tak bisa memutuskan begitu saja sekarang ini. Fala pun menghela nafas dan menyentuh kepala Arta dengan lembut."Kamu tahu sekarang kami sudah tidak berhak lagi menentukan, kecuali kamu meminta izin dulu pada orangtuamu," kata F

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status