Share

Skandal Perdana Pengacara Galak
Skandal Perdana Pengacara Galak
Author: Arelove

Chapter 1 - Tipu Muslihat Dosen

Clara menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya. Jujur saja ia sedikit ragu untuk menemui dosennya. Tapi, ia takut jika ini memang menyangkut nilai IPK-nya. Bagaimanapun juga, ia harus membuang jauh pikiran-pikiran negatifnya. Masa depannya jauh lebih penting.

"Ayo Clara, jangan takut. Pak Arya juga manusia seperti kamu. Nggak ada yang perlu ditakutin," lirihnya.

Ia mencoba bersikap tenang. Karena ia gadis pemberani, tidak perlu takut dengan dosen muda seperti Pak Arya. Lagipula, gadis bar-bar sepertinya pasti bisa menguasai keadaan apapun yang terjadi. 

Tak mau berlama-lama, ia pun berjalan pelan menuju gudang. Tak lupa ia membenarkan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin saat di perjalanan tadi.

....

"Akhirnya kamu datang juga Clara Marshita Anjelika!" seru Pak Arya. 

Ia menyerigai ke arahnya. Hal itu membuatnya bergidik ngeri. Baru kali ini ia melihat sisi lain dari dosen paling famous di kampus. Ternyata ... tidak sebaik yang ia kira.

Hal itu nampak pada caranya memandang Clara. Terlihat seperti seorang psikopat yang ingin menelan mangsa. Dalam hatinya selalu berdoa agar tidak terjadi apa-apa setelah ia keluar dari tempat gelap ini.

Ia merasa terkutuk bisa memiliki dosen seperti Pak Arya. Jika saja ia bisa, ia pasti akan mengutuk dosen killer itu menjadi katak. Kalau perlu semut sekalian.

Dan orang itu berjalan ke arahnya dengan langkah yang membuatnya merinding. Matanya terus tertuju padanya tanpa berkedip sedikit pun. Tatapannya seolah mengisyaratkan sebuah misi. Tapi ia tetap mencoba bersikap tenang agar Pak Arya tidak curiga.

Ia memejamkan mata dan ... ternyata Pak Arya hanya menatapnya sekilas saat berada tepat di sampingnya, kemudian melalui dirinya. Ia mencoba melirik dan mendapati dosennya sedang berdiri di ambang pintu gudang.

Kreeeeekk!

Pintu itu tertutup sempurna. Tak lupa pria itu mengunci mereka dari dalam. Ia pun tambah tidak mengerti dengan maksud sang dosen. Satu kata yang menggema dalam batinnya, aneh.

"Ya Tuhan ... kenapa pintunya dikunci? Apakah Pak Arya akan melakukan kejahatan padaku? Tenang Clara, tenang. Jangan mikir aneh-aneh," gumamnya dalam hati.

Ia ingin bersuara. Namun masih merancang kata-kata yang tepat untuk dilontarkan pada dosen mencurigakan ini. Karena jika salah ngomong satu kata saja, bisa habis dirinya nanti.

Pak Arya dosen yang killer, meskipun wajahnya kalem dan rupawan. Namun saat ini, yang Clara lihat adalah mata tajam dosen itu yang mirip dengan psikopat. Ia seperti bersiap untuk melukai korbannya.

"Kenapa Clara? Kamu bingung?" 

Tiba-tiba, ia membuka percakapan yang semula sangat hening. Ia terlihat aneh hari ini. Pakaian yang rapi, tubuh yang wangi, dan ... terlihat seperti pengantin.

"A-ada apa ya, Pak? Kenapa saya dipanggil?" tanyanya terbata-bata.

Entah karena ia takut, atau karena bingung. Bicaranya menjadi terbata-bata seperti orang gagap. Ini bukan dirinya. Ia tipikal gadis yang tegas dan banyak bicara.

Pikiran-pikiran negatif terus muncul dalam benaknya. Pasalnya gudang ini sangat gelap dan kotor. Untuk apa dosen bertemu mahasiswi di tempat seperti itu, kalau bukan punya maksud tertentu?

"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?" tawar Pak Arya tiba-tiba.

Ia tersenyum ke arah gadis yang gemetar itu. Ia meneliti penampilan Clara dari ujung rambut hingga ujung kaki. Pakaian selututnya menarik perhatian sang dosen.

Karena merasa diperhatikan, ia pun menutupi kaki jenjangnya dengan selendang yang ia kenakan. Ia merasa aneh jika diperhatikan secara intens begini. Karena yang ia lihat sekarang bukan Pak Arya yang mengajar di kelas, melainkan seorang psyco yang menakutkan.

"Rupanya gadis ini pemalu," gumam Arya menyerigai.

"Kesepakatan apa, Pak?" tanya Clara penasaran. Ia harap ini bukan kutukan akibat kemarin membentak mamanya.

"Saya bisa memberikan kamu nilai paling bagus di kampus. Itu artinya ... kamu tidak perlu ikut ujian dan tes sana-sini. Kamu tinggal menuruti syarat dari saya," ujarnya. 

Clara mengeryitkan dahi. Ia tak paham dengan maksud pembicaraan sang dosen. Tapi ... ia tertarik untuk mengetahui syarat yang ia ajukan.

"Syarat? Apa syaratnya, Pak?" tanyanya. Ia menaikkan sebelah alisnya. 

Arya menatapnya dengan intens. Seperti ingin membakar dirinya hidup-hidup. Apalagi sedari tadi, kaki jenjangnya menarik perhatian mata. Meskipun sudah ditutupi selendang, namun tetap kelihatan. Karena selendang yang ia kenakan sangat tipis. 

Hal itu menampakkan lekuk kakinya, meskipun remang-remang.

"Syaratnya sangat mudah dan kamu pasti juga menginginkan hal ini. Karena ... tidak ada yang berani menolak syarat yang saya ajukan," ucapnya dengan bangga.

'Nih dosen kepedean banget, deh. Muka doang ganteng, ternyata kelakuan nggak lebih dari seorang iblis' gumam Clara.

Ingin rasanya ia mengeluarkan umpatan dan makian pada dosennya ini. Namun ia tahan, karena jika sampai itu terjadi ... masalahnya akan tambah runyam. Ia bisa dikeluarkan dari kampus karean alasan yang konyol.

"Kenapa kamu diam saja? Kamu tidak ingin mendengar syaratnya? Saya yakin, hidupmu akan berubah seratus delapan puluh derajat," ujar Arya. Hal itu membuat Clara semakin penasaran.

"Tidak usah bertele-tele, langsung to the point saja Pak! Saya tidak suka dengan kalimat yang bertele-tele. Membuang waktu saja," ketusnya.

Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba ia menjadi gadis pemberani di depan dosen killer-nya ini. Biasanya ia menundukkan pandangan jika Pak Arya yang mengajar. 

Aura keberanian dalam dirinya seakan keluar dari jiwa. Hal itu membuatnya semakin berani, ketika dosen kurang ajar ini dengan berani menatap dirinya.

"Menikah dengan saya!" seru Pak Arya.

Deg!

Syarat macam apa ini? Ia sama sekali tidak pernah menduga jika dosennya ini ternyata mengincar dirinya. Pantas saja setiap kali mengajar, selalu namanya yang disebut dan disuruh ini itu. Ternyata ada maksud terselubung di balik itu semua.

"Apa? Menikah dengan Bapak?"

Ia menepuk pipinya. Berharap ini hanyalah mimpi buruk yang menjadi bunga tidur saja. Ia tidak ingin menikah dengan orang lain, kecuali kekasihnya ... Algo. 

Tak pernah terpikirkan olehnya, jika dosennya ini sangat kurang ajar. Bisa-bisanya menyuruh dirinya ke gudang yang gelap hanya untuk menyatakan hasratnya. Apakah ia layak disebut dosen yang teladan? Bahkan ia tak lebih dari seorang buaya buntung.

"Iya, menikahlah dengan saya! Saya akan memberikan kebahagiaan tiada tara hanya untuk, Adinda."

Ia berlutut di hadapan Clara. Kemudian mengeluarkan sebuah cincin berlian yang sangat gemerlap. Rasanya seperti melihat bintang di malam hari. Apalagi di tengah kegelapan seperti ini.

"Maaf, saya tidak tertarik dengan tawaran Anda. Karena saya sudah memiliki pacar dan segera menikah," jawabnya asal.

Ia sendiri tidak tahu mengapa mulutnya tidak bisa mengerem kalau ngomong. Padahal ia tidak akan menikah, orang hubungannya saja tidak mendapatkan restu dari orang tua. Bagaimana bisa langsung menikah?

"Kamu bisa meninggalkan pacar jelekmu itu. Kamu perempuan paling beruntung karena bisa menyentuh hati saya. Saya sangat mencintai kamu, Clara Marshita Anjelika! Will you marry me?" 

Ia masih berlutut dengan cincin yang ia sodorkan pada gadis itu. Ia terlihat sangat percaya diri. Karena merasa yakin jika Clara tidak mungkin menolak dosen tampan yang memiliki banyak fans.

Namun, harapan itu salah. Dengan keras Clara menampik cincin lamaran itu. Karena ia merasa jijik dengan dosennya ini. Cara yang ia lakukan terkesan murahan baginya. Karena sama saja ia adalah pecundang. Tidak berani datang ke orang tuanya seperti yang kekasihnya lakukan.

"Maaf, Anda ini sedang bermimpi! Tolong segera bangun dari mimpi Anda! Karena saya bukan gadis seperti fans-nya fanatik Anda di luar sana. Saya merasa jijik dengan sikap Anda yang seperti ini. Terkesan norak. Dan satu lagi ... saya tidak mau menikah dengan laki-laki yang tidak saya cintai. Anda bukan tipe saya!" tegas Clara penuh penekanan.

Tanpa rasa ragu dan goyah sedikit pun, ia menolak dengan tegas ajakan dosennya untuk menikah. Karena ini sangat aneh. Mereka hanya sebatas mahasiswi dan dosen, tidak lebih dari itu.

Bahkan orang seperti Pak Arya adalah orang yang paling Clara benci. Karena sok kepedean, sok berkuasa, dan yang lebih parah lagi ... menyalahkangunakan kekuasaan untuk menguntungkan diri sendiri.

Benar-benar menjijikkan!

"Jangan asal bicara kamu! Kamu pikir siapa dirimu bisa menolak saya seperti itu? Kamu pikir dirimu sudah cantik dengan menolak saya? Jika dengan cara halus tidak bisa, saya akan menggunakan cara kasar untuk mendapatkan kamu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status