Share

2. One Night Stand

Author: R. Angela
last update Last Updated: 2024-03-28 17:10:40

“Kita tidak akan melakukannya,” tandas Chris dengan tegas. Suaranya rendah, lebih mirip geraman. Otaknya seperti sudah tidak berada pada tempatnya. Pria itu tidak dapat berpikir jernih, dengan Nasya yang sedang bertingkah di hadapan. 

“Tenang aja, Om. Aku gak akan menuntut. Asal aku bisa terlepas dari rasa ini.”

Chris membuang muka, tepat saat Nasya mengulurkan tangan ke pundak Chris. Secara naluriah, tanpa ada pikiran lain.

Tubuhnya ingin pria ini.

Keinginan yang sedang membara dalam tubuhnya saat ini, seolah membuat insting Nasya tahu apa yang harus dia lakukan berkaitan dengan keinginan yang semakin besar dan hampir meledak itu.

“Kamu, ini!”

“Nama aku, Nasya, Om. Jangan panggil kamu terus,” erang Nasya, terdengar menggoda di telinga Chris.

“Lepaskan.” Chris meletakkan kembali tangan Nasya, di tubuh gadis itu, tapi Nasya tetap ingin bersentuhan. Kali ini Paha Chris yang jadi sasaran, dielusnya perlahan.

“Nasya!” geram Chris dengan napas tersengal, berat sekali memanggil nama gadis itu. Pasalnya, bagian tubuhnya di bawah sana sudah sangat menegang.

Ada beberapa gelas dia minum di bar tadi, hingga sedikit banyak memberi pengaruh.

Tanpa ada kata lagi, Nasya kembali bibirnya pada bibir Chris. Terus dikecup, hanya menempel, seperti tadi, karena dia memang tidak mengerti harus bagaimana melakukan ciuman yang benar.

Namun, dia menyadari kalau sekedar menempelkan bibirnya, tidak akan mengurangi rasa panas dan desakan lava yang akan meledak dalam tubuhnya itu.

Tangannya mulai bergerilya. Meraba dada bidang Chris dan entah siapa yang menuntunnya, Nasya menciumi leher Chris.

Kepalan tangan Chris di sisi tubuhnya jelas memperlihatkan sekuat apa dia menahan hasratnya untuk tidak berpartisipasi dalam kontestasi raba-meraba.

“Om, coba,” bisik Nasya parau, menempelkan telapak tangan Chris di dadanya seperti saat Chris menangkapnya saat terjatuh tadi.

Done!

Pertahanan Chris hancur. Benteng yang beberapa saat tadi dia bangun hancur seketika.

“Sial!” umpatnya menggeram penuh hasrat, lalu menarik tengkuk Nasya dan menunjukkan pada gadis itu apa yang disebut ciuman dan bagaimana caranya.

**

Nasya mengerjap, beberapa kali mencoba membuka mata, tapi rasa sakit di kepala membuatnya merasa tersiksa dan tidak berdaya. Entah sudah berapa lama dia tertidur. Sekali lagi dia coba untuk duduk, tapi tetap saja kepalanya masih terasa berputar. Kembali dia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Sungguh dia masih belum sanggup ingin bangun. 

Namun, saat bergerak rasa nyeri di area pribadinya membuat kesadarannya terkumpul penuh. Dia melirik sekitar, benar saja, dia berada di hotel, tapi bukan hotel.

“Mampus aku! Habislah sudah,” umpatnya meremas selimut, menutupi tubuhnya hingga wajah. 

Nasya baru tersadar kalau saat ini pun dia sedang telanjang! 

Seketika bayangan ayah dan ibunya muncul. Betapa ayahnya akan sangat kecewa padanya. Belum lagi kedua abangnya yang akan menghajarnya karena sudah mempermalukan keluarga. 

Air mata mengalir di pipinya, awalnya setitik, lalu membanjiri wajahnya.

“Bagaimana mana ini?” batinnya semakin ketakutan. Dia coba tarik napas, trik jitu yang selalu diajarkan ibu padanya. Sejak kecil, setiap ketakutan, Nasya pasti akan mengalami sesak napas dadakan, bahkan hingga lupa cara menghirup udara. 

Nasya coba berpikir setelah sedikit lebih tenang. Rentetan kejadian yang bisa dia ingat hingga berada di kamar ini. Semakin mengingat, Nasya semakin panik dan mengigit selimut dengan kuat. Bayangan dirinya yang mulai menerjang pria itu muncul kembali.

“Benar, mana pria itu? Dasar brengsek! Dia pasti sudah meninggalkanku begitu saja setelah merebut segalanya dariku!” batinnya kembali.

Kesal dengan buah pikirannya sendiri, Nasya menghempas selimut, membuka hingga batas dada. Membiarkan udara segar masuk meresap ke dalam hidungnya. Kepalanya bergerak ke kanan, dan di sanalah dia diam untuk beberapa waktu.

Pria itu ada di sana. Nasya menutup mulutnya agar tidak bersuara saat kaget melihat pria itu.

Ternyata ia tidak pergi seperti pikirannya. Pria itu justru tidur dengan pulas di sampingnya, dan tanpa–

“Gila. Kamu sudah gila, Nasya!” gumam gadis itu dalam hati. “Kamu akan menikah! Bisa-bisanya kamu kasih jatah buat–”

“Gak bisa. Aku harus segera pergi. Di zaman sekarang ini, banyak wanita yang sudah tidak gadis lagi. Calon suamiku tidak perlu tahu kebodohan ini.” Nasya melanjutkan dalam hati. “Biarlah ini menjadi rahasiaku. Toh, aku tidak akan bertemu dengan pria ini lagi.” 

Tanpa keraguan, Nasya turun perlahan. Dia sudah yakin seribu persen dengan keputusan ini. Saat di SMA, banyak juga teman-teman yang sudah melakukan hubungan intim dengan kekasih mereka. Jadi, Nasya memutuskan untuk tidak perlu merasa terbebani. 

Kalaupun dia menangis lagi, keperawanannya juga tidak bisa kembali.

Nasya menatap sekali lagi pada pria tampan yang semmalam menggagahinya. Bukannya marah, atau menuntut tanggung jawab, dia malah memuji sang pria.

“Tampan sekali,” ucap Nasya tanpa sadar, lalu memukul pelan kepalanya. “Ih, sadar, Nasya!” Gadis itu merutuk. Lalu ia kembali fokus pada si pria asing. “Hey, Tuan tampan. Kamu beruntung. Aku tidak akan menuntut tanggung jawab padamu, meski kamu sudah mengambil milikku yang paling berharga.”

Kembali Nasya memasang wajah mewek. Meski sejak tadi sudah menstimulasi otaknya untuk ikhlas atas apa yang terjadi, tapi sebagai gadis polos dan normal, tentu ada sedih.

“Semoga kita tidak perlu ketemu lagi. Bye maksimal!”

**

Nasya berhasil melupakan kebodohan satu malamnya tersebut dan menyembunyikan hal itu dari keluarga, bahkan calon suaminya yang tampil baik-baik–otomatis membuatnya merasa bersalah.

Namun, mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur.

Tiba pada hari pernikahan. Dua keluarga yang sudah lama saling kenal sudah berkumpul di salah satu ballroom hotel mewah. 

“Siapa yang awalnya bilang gak mau nikah muda?” komentar teman dekat Nasya. “Tapi dari roman-roma nya, gak ada, tuh, wajah sedih dan merasa terpaksa di mukamu!”

Wajah Nasya yang sudah dipoles make-up memang tampak ayu dan bersinar. Belum sempat ia menyahuti komentar sahabatnya, mertuanya tiba-tiba datang ke pelaminan menghampiri Nasya dan Dika, suami barunya.

“Dika, lihat siapa yang datang,” ucap papa mertua Nasya penuh semangat menarik tangan pria dengan stelan jas slim fit.

Nasya memandang ke arah sosok itu dan sepasang matanya langsung terbelalak. Ia mengenali pria berusia 35 tahun itu, begitu juga sebaliknya. Senyum Nasya perlahan redup, tubuhnya menegang.

“Om, terima kasih sudah mau hadir,” ucap Dika mengulurkan tangan pada pria tersebut. Lantas, Dika menoleh pada Nasya, sembari berkata, “Nas, ini Om Chris, adik papaku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   123 Bahagia itu Kita

    Elena tidak bisa menolak. Bukan hanya sekedar karena Raka akan membantu keluarganya, tapi jauh dari itu, dia juga menyimpan rasa pada Raka. Tidak dibuat-buat, mengalir begitu saja. Elena yakin, kalau Raka mampu membahagiakan dirinya. Pernikahan putra bungsu Dirga digelar di ballroom hotel dengan banyak tamu undangan dari kalangan pebisnis, publik figur, sampai semua karyawan perusahaan diundang. Banyak yang terkejut, tidak menyangka kalau atasan dan bawahan itu akhirnya dipersatukan dalam mahligai rumah tangga. "Kamu terlihat gugup," bisik Raka memandang lembut istrinya. Elena tersipu malu. Kini sudah resmi jadi suami istri, tapi rasa gugup dan deg-degan di dalam hatinya belum juga surut. Ada kalanya Elena mencubit tangannya, demi memastikan kalau dia sedang tidak bermimpi. Raka putra Dirgantara kini sudah jadi suaminya. "Sedikit," jawabnya pelan, hanya sekali mengangkat kepala lalu kembali menunduk tak tahan dengan tatapan mesra Raka. Raka menarik tangan Elena, menyelipkan j

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   122. Menikah Saja

    "Bagaimana permintaan papi?" Dirga sudah muncul dan duduk di samping Raka yang tengah duduk di teras rumah menikmati kesunyian berteman secangkir kopi. Ayahnya kembali mendesak, tidak mungkin terus menghindar. Tapi, kalau dituruti juga dia tidak punya kandidat. Puas pacaran selama kuliah, menjadi sosok badboy, membuat Raka tidak lagi minat pada pernikahan. Ambisinya sudah terikat dengan urusan kantor. Ada kalanya dia menerima tawaran dari beberapa temannya untuk kumpul di sebuah bar, minum dan menikmati dunia malam. "Hei, kau dengar tidak? Diajak ngobrol kok, malah diam?" "Dengar, Pi. Tapi untuk saat ini aku masih belum ada jawaban untuk pertanyaan papi." Lebih baik pembicaraan ini langsung diputus, jangan lagi ada perpanjangan. "Kalau begitu kamu menerima putusan dari papi. Biar papi jodohkan pada anak teman papi aja," sambar Dirga tidak memberi celah. Terlalu lama bersabar dengan putra bungsunya ini, kalau tidak gerak cepat, bisa-bisa, dia tidak jadi menikah. "Jangan

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   121. Ingatan Tentangmu

    "Wajah kamu kenapa?" Raka memiringkan kepala, mencoba melihat lebih jelas ke arah pipi Elena yang dia temui pagi ini di lift. "Gak papa, Pak," jawabnya singkat. Rambut panjangnya dibiarkan menutup pipi sebelah kanan, agar memar bekas tampar ibu tirinya tidak terlihat. Kalau bukan karena demi ayahnya, dia pasti sudah kabur lagi dari rumah.Elena mengutuk keberadaan ibu tirinya ada dalam hidup mereka, bukan memberi kebanggaan bagi ayahnya, justru derita. Elena harus menerima kekejaman dan penyiksaan ibu tirinya karena sudah menolak pernikahan dengan Edgar. Mau bagaimana lagi, dia tidak menyukai pria yang sombong dan sok berkuasa itu. Kalau dari hikayat Edgar yang dia dengar dari orang tuanya, harusnya pria yatim piatu itu berbudi pekerti dan bersikap baik, bukan justru sebaliknya. Dia juga tidak merasa perlu dinikahi Edgar karena permintaan terakhir Jason. Bahkan dengan Jason sendiri pun dia belum terlalu yakin, semua ini juga karena keluarganya yang memaksa dia harus menikah deng

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   120. Cinta Hingga Maut Memisahkan

    Rasa penasaran Nasya menggerogoti pikirannya hingga tidak bisa tidur malam itu. Tidak sabar menunggu datangnya pagi agar dia bisa mencari Chris. Jelas kalau suara wanita yang dia dengar tadi milik Helen. Pertanyaan, mengapa malam selarut itu Chris ada bersama Helen? Memikirkan banyak kemungkinan buruk yang akan terjadi, membuat Nasya tak kuasa menahan air matanya. Apakah dia akan kehilangan Chris lagi? Apakah hati pria itu sudah berubah, kembali pada Helen? Segala tanya dia simpan hingga esok. Penantian Nasya berakhir. Langit sudah terang, begitu cerah, tapi tetap saja tidak bisa menghilangkan cemas di hatinya. "Pagi sekali, mau kemana?" tanya Anisa mendapati Nasya di anak tangga terakhir. Dia sudah bersiap, terlihat cantik meski kantong mata tetap menunjukkan kebenaran kalau dia semalaman tidak tidur. "Mau mencari Chris!" jawabnya tegas. Dia tidak perlu melirik ke arah Dirga yang saat itu juga ada mendengar obrolan mereka, karena dia yakin kalau ayahnya pasti saat ini tengah

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   119. Kebohongan Telah Usai

    Helen tidak tahu bagaimana lagi menyembunyikan wajah malunya. Di tengah semua tatapan menghakimi orang di kafe itu, dia mencoba untuk tetap bisa berdiri. Kalaupun mau mundur lagi, sudah kepalang tanggung. "Bagaimana, Bu, kita tetap melanjutkan tujuan kita kemari?" teguran dari petugas menyadarkan dirinya. Dengan ragu, Helen mengangguk. Dia akan terus berjuang, menggunakan kesempatan terakhirnya. Siang itu, Nasya membuat sedang ada di ruangannya. Kristal ikut bersamanya ke kafe dan sedang mencoba membujuk putrinya itu untuk tidur siang, jadi huru-hara di luar sana tidak sampai ke telinganya. Namun, begitu mendapati pintu ruang kerjanya didobrak, Nasya mengalihkan pandangannya. "Bapak ada kepentingan apa masuk ke mari?" tanya Nasya sewot, pasalnya menidurkan Kristal, dia harus ikut berbaring dan gaunnya sedikit tersingkap menunjukkan paha mulusnya. "Itu orangnya, Pak, tangkap saja!" seru Helen yang ternyata sudah ada di belakang petugas. Secara paksa, petugas menyeret Nas

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   118. Huru Hara

    Acara pernikahan itu pada akhirnya batal. Keluarga Ferdi tetap tidak terima. Mereka menuntut keluarga Nasya dengan tuduhan penjebakan. Namun, Dirga sudah tidak mau mendengar apapun penjelasan keluarga Ferdi, disaat itu juga diminta untuk membatalkan pernikahan itu. Sekarang, setelah semua orang pamit pulang dengan tanda tanya besar dalam hati mereka, kini semua anggota keluarga duduk di saling berhadapan. Rapat keluarga dimulai. Dirga duduk berdampingan dengan Anisa, mengamati Chris dan Nasya yang duduk tepat di depan mereka. Di sisi lainnya ada Raka, dan pasangan suami istri, Radit dan Airin. "Jelaskan!" perintah Dirga, menatap lekat pada wajah Chris. Matanya memicing, tanda tidak suka karena Chris menggenggam tangan Nasya dengan erat. Mengapa putrinya bisa bersama Chris sementara waktu itu, pria yang disebut bernama Andrew ini justru diusir Nasya. "Papi," Nasya mulai angkat bicara. Dia ingin menjadi tameng bagi Chris atas interogasi ayahnya. Tatapan Dirga pada suaminya s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status