Nasya yang tengah liburan di Singapura, diminta pulang karena ayahnya sakit keras. Mendapati kepulangannya justru ingin menjodohkannya dengan seorang pria tak dikenal, Nasya tegas menolak. Tapi saat sang ayah mengancam lebih baik mati dari pada malu, Nasya tidak punya pilihan lain. Setali tiga uang, Dika, calon suaminya pun tidak bisa menolak perjodohan itu. Seharusnya pernikahan itu menjadi pernikahan yang sempurna karena lambat laun Nasya menyukai Dika yang lembut dan sangat menyayangi, bahkan tidak pernah bertindak kasar, tapi ternyata suaminya memiliki rahasia besar yang akhirnya diketahui Nasya. Namun ternyata, perasaan hancur dan kecewa tidak hanya dirasakan Nasya, Dika pun merasakan hal yang sama ketika mendapati sang istri juga memiliki rahasia besar di masa lalunya. Keduanya pun bicara, apakah biduk rumah tangga itu akan diteruskan atau justru harus bubar sampai sini. Namun, demi kepentingan satu dan lain, serta rasa sayang yang sudah tumbuh, keduanya memutuskan untuk bertahan. Ketika semua baik-baik saja, masa lalu Nasya muncul kembali, memporak-porandakan rumah tangga mereka. Rahasia apa sebenarnya ada dibalik pernikahan Nasya?
View More“Om … Om sangat gagah … sangat ahli–”
Kalimat itu terpotong lenguhan keras dari bibir Nasya sendiri. Kuku-kuku jarinya pastilah meninggalkan bekas di punggung pria blasteran yang sedang ada di atasnya, tanpa sadar. Gadis itu berusaha mengimbangi gerakan pria asing yang ia temui di kelab dua jam yang lalu.
Tak ada lagi suara rintihan kesakitan, seperti saat pria itu memasuki tubuh langsingnya. Kini yang terdengar di kamar hotel itu hanya erangan nikmat dari bibir kedua anak Adam dan Hawa tersebut.
Desahan kembali lolos dari bibir Nasya, membuat si pria bermata abu-abu tersebut kembali melumat bibir sensual Nasya. Menambah gelombang kenikmatan bersamaan, sama sekali lupa akan insiden yang membawa mereka ke atas ranjang ini.
Dua jam yang lalu ….
“Eh, mau dibawa ke mana aku? Lepaskan!”
Nasya meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman para pria yang mengerubunginya. Ia malam ini minum-minum sendiri di kelab karena kabar perjodohan yang baru saja ia terima. Tidak ada penolakan, Nasya harus mau menikahi pria yang sudah dipilih oleh orang tuanya tersebut.
Namun, perbuatan itu justru membawa petaka!
“Gila, semok bet ni cewek, boleh juga, nih!” seru salah satu dari tiga pria yang memegangi Nasya. Tatapannya tampak lapar saat melihat ke arah Nasya yang mengenakan tank top dan juga celana pendek.
“Mantap, nih, bisa diewe. Buruan bawa ngamar!” celetuk pria lainnya. Semakin liar saja tatapan mata mereka di tubuh Nasya.
Dengan susah payah, Nasya melepaskan diri dan berakhir terjatuh di sofa, tepat di samping seorang pria bermata abu-abu yang menatapnya dingin.
“Lepas! Kalian siapa? Lepasin!” bentak Nasya saat tangan-tangan itu tampak akan menjamah tubuhnya kembali. “Om tolongin aku, dong,” rengek Nasya tiba-tibba mendekat pada tubuh seorang pria asing yang tampaknya berusia sekitar tiga puluh tahun. Yang sudah menghuni sofa tersebut lebih dulu.
“Bawa dia!” Salah satu pria berjambang itu memberi perintah. Kedua teman pria pemberi perintah itu dengan gembira, kembali menarik tangan Nasya yang sudah setengah sadar.
“Tunggu,” ucap pria yang duduk di sofa dengan ketus. Sekalipun tatapannya risih saat memandang ke arah Nasya. “Apakah kalian sebenarnya mengenal gadis ini?”
“Ya–”
“Om, tolongin aku,” kata Nasya, memotong kebohongan pria berjambang. “Aku tidak kenal mereka, Om. Mereka mau bawa aku ke mana? Tolong dong, Om.”
Seketika, pria yang duduk di sofa itu memicingkan mata pada ketiganya yang membuat ketiga pria mesum itu takut.
“Lepaskan!”
Ketiga kawanan domba haus mangsa itu membubarkan diri, dengan mendengus kesal. Mereka tidak mau menciptakan keributan di bar itu hingga nantinya diblacklist.
“Loh, Om bisa bahasa Indonesia juga? Orang Indonesia, toh? Sama dong. Tahu dong, isi sumpah pemuda? Om, tolongin dong, ini kenapa makin panas, sih?”
Omongan Nasya mulai melantur, sementara tangannya sendiri mulai menggerayangi tubuhnya. Gadis itu sendiri tidak mengerti, kenapa semua tubuhnya terasa seperti terbakar. Tubuhnya bergerak gelisah dalam tatap tajam si pria asing tadi.
“Coba kamu embuskan napas di depan saya!” perintah pria itu sembari mendekat pada mulut Nasya. Gadis polos itu pun turut akan perintah.
Pria itu mengernyit. “Benar dugaanku,” gumamnya. Lalu dengan suara lebih keras, ia bertanya, “Siapa yang memberimu minuman itu?”
"Minuman?" Nasya mengernyit. Matanya sudah tidak fokus. "Oh, yang tadi aku minum?" Jarinya kemudian mengarah pada bartender di belakang meja bar. "Itu."
Pria itu hendak pergi ke sana, menanyakan perihal minuman sekaligus siapa teman yang datang bersama Nasya. Tapi gadis itu hendak melakukan tindakan gila. Dia ingin melepas tank top nya.
“Kamu mau apa?” bentak pria itu kembali pada Nasya.
“Panas banget. Aku gak tahan lagi,” keluh Nasya. “Tolongin aku, Om.”
Pria tampan bak malaikat itu bernama Chris Davidson. Tampan, pengusaha sukses dan pastinya matang dari segi usia. Dia datang ke Indonesia hanya ingin mengintai kekasihnya yang dikabarkan berselingkuh dengan seorang produser film. Siapa sangka dia bertemu dengan anak ABG yang setengah mabuk.
“Itu kamar mandi. Kamu muntahkan semua minuman yang tadi kamu tenggak!” Chris menunjuk pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca.
Kamar hotel tempatnya menginap tak jauh dari bar tempat mereka tadi. Terletak di lantai paling atas. Chris memilih kamar VIP yang bisa dipastikan tempatnya sangat nyaman dengan fasilitas kamar yang mewah.
Penuh semangat, Nasya masuk ke kamar mandi. Menghidupkan shower dan duduk di bawahnya.
“Ini segar!” ucapnya cengengesan. Duduk bersandar pada dinding kamar mandi.
Chris yang menunggu di luar, mulai khawatir. Sudah setengah jam berlalu, Nasya tidak ada suara dan tidak juga ada tanda-tanda keluar dari sana.
“Hei, Bocah! Sudah belum?”
Tak ada jawaban, hingga Chris memutus untuk masuk saja. Dia begitu terkejut melihat Nasya yang sudah tertidur di lantai kamar mandi di bawah siraman shower.
“Dasar bocah kosong!” umatnya segera berlari mengangkat Nasya dari sana dan segera membaringkan di ranjang. Dia mempertimbangkan sejenak dengan mengamati tubuh Nasya yang basah kuyup.
“Sori, aku harus membuka bajumu!”
Secepat yang dia bisa lakukan, Chris membuka baju Nasya, menutupi tubuh polos gadis itu dengan selimut tebal. Terlihat napas Nasya naik turun dengan teratur. Chris tebak, mungkin gadis itu sebentar lagi akan tertidur dan dia pun bisa beristirahat.
Namun, harapan Chris buyar. Beberapa menit setelahnya, Nasya terbangun karena merasakan panas dalam tubuhnya kembali membakar.
“Om ... Om,” teriak Nasya memandang sekeliling. Tak mendapat jawaban, gadis itu mendudukkan dirinya. Selimut yang dijepit di pangkal ketiak hampir saja merosot.
“Om ....” Kembali suara Nasya menggema di ruangan itu. Tapi, panggilan Nasya kali ini sedikit berbeda. Lebih mendayu dan terdengar seksi menggoda.
“Kamu baru terpejam lima menit, dan kini sudah bersuara.” Pria itu menggerutu dengan suara rendahnya. “Apa lagi sekarang?”
Nasya merengek. “Masih panas. Ini aku kenapa, sih?” kata gadis itu. Ia mulai menyentuh bagian-bagian tubuhnya, membuatnya makin tampak gelisah. “Salahnya di mana? Apa pendingin kamarnya yang mati?”
“Minuman yang kamu minum itu yang jadi penyebabnya.” Chris berdecak. “Kamu udah minum obat perangsang.”
Bola mata Nasya membulat. “Hah?”
Siapa yang memberinya obat seperti itu? Atau apa mungkin dia salah mengambil minuman?
Ah, entahlah. Yang terpenting saat ini, bagaimana caranya agar dia bisa lepas dari perasaan aneh ini?
“Om–” Gadis itu hendak berjalan mendekati Chris, tapi kemudian kakinya terjerat selimut yang membungkus tubuhnya sendiri. “Ah!”
Untungnya, Chris dengan sigap menangkapnya.
Namun, itu justru membuat situasi makin runyam karena tanpa sengaja, tangan Chris menyentuh tempat yang tidak semestinya.
Dan hal itu memancing suara desahan dari bibir Nasya!
Tubuh Chris langsung menegang saat mendengarnya.
Di sisi lain, Nasya menemukan satu hal. Sentuhan Chris terasa dingin, menyelamatkannya dari panas yang menyiksa tubuhnya. Seketika Nasya menyadari bahwa ia ingin disentuh di beberapa bagian inti tubuhnya.
Sebuah perasaan yang seumur hidup baru kali ini dia rasakan.
Yang kemudian membuat Nasya mengalungkan lengannya pada leher pria matang di hadapannya dan menempelkan bibirnya pada milik Chris, melumatnya pelan.
Namun, pria itu dengan segera menarik diri dan mendorong gadis kecil itu ke sofa.
“Kamu–”
“Om, aku menemukan cara untuk menghilangkan perasaan aneh ini!” potong Nasya. Selimut yang tadi membalut tubuhnya sudah jatuh begitu saja di lantai, dengan jelas memperlihatkan kedua miliknya yang anggun menjulang, penuh sempurna.
Gadis itu berdiri, kemudian berjalan mendekati Chris.
Elena tidak bisa menolak. Bukan hanya sekedar karena Raka akan membantu keluarganya, tapi jauh dari itu, dia juga menyimpan rasa pada Raka. Tidak dibuat-buat, mengalir begitu saja. Elena yakin, kalau Raka mampu membahagiakan dirinya. Pernikahan putra bungsu Dirga digelar di ballroom hotel dengan banyak tamu undangan dari kalangan pebisnis, publik figur, sampai semua karyawan perusahaan diundang. Banyak yang terkejut, tidak menyangka kalau atasan dan bawahan itu akhirnya dipersatukan dalam mahligai rumah tangga. "Kamu terlihat gugup," bisik Raka memandang lembut istrinya. Elena tersipu malu. Kini sudah resmi jadi suami istri, tapi rasa gugup dan deg-degan di dalam hatinya belum juga surut. Ada kalanya Elena mencubit tangannya, demi memastikan kalau dia sedang tidak bermimpi. Raka putra Dirgantara kini sudah jadi suaminya. "Sedikit," jawabnya pelan, hanya sekali mengangkat kepala lalu kembali menunduk tak tahan dengan tatapan mesra Raka. Raka menarik tangan Elena, menyelipkan j
"Bagaimana permintaan papi?" Dirga sudah muncul dan duduk di samping Raka yang tengah duduk di teras rumah menikmati kesunyian berteman secangkir kopi. Ayahnya kembali mendesak, tidak mungkin terus menghindar. Tapi, kalau dituruti juga dia tidak punya kandidat. Puas pacaran selama kuliah, menjadi sosok badboy, membuat Raka tidak lagi minat pada pernikahan. Ambisinya sudah terikat dengan urusan kantor. Ada kalanya dia menerima tawaran dari beberapa temannya untuk kumpul di sebuah bar, minum dan menikmati dunia malam. "Hei, kau dengar tidak? Diajak ngobrol kok, malah diam?" "Dengar, Pi. Tapi untuk saat ini aku masih belum ada jawaban untuk pertanyaan papi." Lebih baik pembicaraan ini langsung diputus, jangan lagi ada perpanjangan. "Kalau begitu kamu menerima putusan dari papi. Biar papi jodohkan pada anak teman papi aja," sambar Dirga tidak memberi celah. Terlalu lama bersabar dengan putra bungsunya ini, kalau tidak gerak cepat, bisa-bisa, dia tidak jadi menikah. "Jangan
"Wajah kamu kenapa?" Raka memiringkan kepala, mencoba melihat lebih jelas ke arah pipi Elena yang dia temui pagi ini di lift. "Gak papa, Pak," jawabnya singkat. Rambut panjangnya dibiarkan menutup pipi sebelah kanan, agar memar bekas tampar ibu tirinya tidak terlihat. Kalau bukan karena demi ayahnya, dia pasti sudah kabur lagi dari rumah.Elena mengutuk keberadaan ibu tirinya ada dalam hidup mereka, bukan memberi kebanggaan bagi ayahnya, justru derita. Elena harus menerima kekejaman dan penyiksaan ibu tirinya karena sudah menolak pernikahan dengan Edgar. Mau bagaimana lagi, dia tidak menyukai pria yang sombong dan sok berkuasa itu. Kalau dari hikayat Edgar yang dia dengar dari orang tuanya, harusnya pria yatim piatu itu berbudi pekerti dan bersikap baik, bukan justru sebaliknya. Dia juga tidak merasa perlu dinikahi Edgar karena permintaan terakhir Jason. Bahkan dengan Jason sendiri pun dia belum terlalu yakin, semua ini juga karena keluarganya yang memaksa dia harus menikah deng
Rasa penasaran Nasya menggerogoti pikirannya hingga tidak bisa tidur malam itu. Tidak sabar menunggu datangnya pagi agar dia bisa mencari Chris. Jelas kalau suara wanita yang dia dengar tadi milik Helen. Pertanyaan, mengapa malam selarut itu Chris ada bersama Helen? Memikirkan banyak kemungkinan buruk yang akan terjadi, membuat Nasya tak kuasa menahan air matanya. Apakah dia akan kehilangan Chris lagi? Apakah hati pria itu sudah berubah, kembali pada Helen? Segala tanya dia simpan hingga esok. Penantian Nasya berakhir. Langit sudah terang, begitu cerah, tapi tetap saja tidak bisa menghilangkan cemas di hatinya. "Pagi sekali, mau kemana?" tanya Anisa mendapati Nasya di anak tangga terakhir. Dia sudah bersiap, terlihat cantik meski kantong mata tetap menunjukkan kebenaran kalau dia semalaman tidak tidur. "Mau mencari Chris!" jawabnya tegas. Dia tidak perlu melirik ke arah Dirga yang saat itu juga ada mendengar obrolan mereka, karena dia yakin kalau ayahnya pasti saat ini tengah
Helen tidak tahu bagaimana lagi menyembunyikan wajah malunya. Di tengah semua tatapan menghakimi orang di kafe itu, dia mencoba untuk tetap bisa berdiri. Kalaupun mau mundur lagi, sudah kepalang tanggung. "Bagaimana, Bu, kita tetap melanjutkan tujuan kita kemari?" teguran dari petugas menyadarkan dirinya. Dengan ragu, Helen mengangguk. Dia akan terus berjuang, menggunakan kesempatan terakhirnya. Siang itu, Nasya membuat sedang ada di ruangannya. Kristal ikut bersamanya ke kafe dan sedang mencoba membujuk putrinya itu untuk tidur siang, jadi huru-hara di luar sana tidak sampai ke telinganya. Namun, begitu mendapati pintu ruang kerjanya didobrak, Nasya mengalihkan pandangannya. "Bapak ada kepentingan apa masuk ke mari?" tanya Nasya sewot, pasalnya menidurkan Kristal, dia harus ikut berbaring dan gaunnya sedikit tersingkap menunjukkan paha mulusnya. "Itu orangnya, Pak, tangkap saja!" seru Helen yang ternyata sudah ada di belakang petugas. Secara paksa, petugas menyeret Nas
Acara pernikahan itu pada akhirnya batal. Keluarga Ferdi tetap tidak terima. Mereka menuntut keluarga Nasya dengan tuduhan penjebakan. Namun, Dirga sudah tidak mau mendengar apapun penjelasan keluarga Ferdi, disaat itu juga diminta untuk membatalkan pernikahan itu. Sekarang, setelah semua orang pamit pulang dengan tanda tanya besar dalam hati mereka, kini semua anggota keluarga duduk di saling berhadapan. Rapat keluarga dimulai. Dirga duduk berdampingan dengan Anisa, mengamati Chris dan Nasya yang duduk tepat di depan mereka. Di sisi lainnya ada Raka, dan pasangan suami istri, Radit dan Airin. "Jelaskan!" perintah Dirga, menatap lekat pada wajah Chris. Matanya memicing, tanda tidak suka karena Chris menggenggam tangan Nasya dengan erat. Mengapa putrinya bisa bersama Chris sementara waktu itu, pria yang disebut bernama Andrew ini justru diusir Nasya. "Papi," Nasya mulai angkat bicara. Dia ingin menjadi tameng bagi Chris atas interogasi ayahnya. Tatapan Dirga pada suaminya s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments