Share

3. Pertemuan Kembali

Author: R. Angela
last update Last Updated: 2024-03-28 17:15:52

Kalau bisa memilih, Nasya ingin segera menghilang dari sana. Atau, paling tidak dia punya kantong ajaib Doraemon, mengeluarkan pintu kemana saja dan pergi menghilang.

Kebahagiaan nya menikah dengan Dika baru dirasakan beberapa jam saja, masa iya, dia harus segera bercerai karena kemunculan Chris.

Kesialan macam apa ini, Nasya menikah dengan keponakan dari pria yang sudah tidur dengannya?

“Ayo, salam, Om Chris,” lanjut Dika, membuat Nasya jadi salah tingkah.

“Hai, Om.” Nasya mengulurkan tangan ke arah Chris. Dia memutuskan untuk pura-pura tidak kenal saja.

“Kamu....” Kalimat Chris menggantung di udara. Dia sama shock nya dengan Nasya sejak awal Anton mengajaknya naik ke pelaminan. Dari tempatnya, Chris bisa jelas melihat sosok pengantin wanita.

Saking terkejutnya, Chris sudah sempat memutuskan untuk balik kanan, tapi kedatangan Anton yang menyambut kehadirannya, membuat langkahnya menuju pintu terhenti.

“Om, te-rima kasih, sudah hadir, silakan nikmati hidangannya. Maaf, itu tamu yang mau salam kita udah pada ngantri,” sambar Nasya menyelamatkan pernikahannya.

Dia tidak akan membiarkan kejadian tidak diinginkan yang terjadi diantara mereka, diketahui suami dan keluarganya. Nanti dia akan bicara pada Chris secara pribadi.

“Tapi sepertinya, ada hal yang harus kita bicarakan!” tegas Chris sebelum berlalu.

“Apa yang Om lakukan disini?” ucap Nasya tertawan. Dia sengaja meminta izin ke toilet, ketika melihat Chris yang sejak tadi curi pandang padanya lebih dulu pamit saat sarapan pagi di kediaman keluarga Suwito.

“Apa kamu tidak lihat, aku baru dari toilet,” jawab Chris santai.

Nasya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

“Bukan itu maksudku.”

“Lantas?”

Nasya menghentak kakinya ke lantai. Heran sekaligus kesal pada Chris. Pria itu bisa bersikap setenang itu padahal ada rahasia besar diantara mereka.

“Om ngapain ada di rumah ini? Om punya niat jahat, ya?” serang Nasya. Hanya orang abnormal yang bisa tenang dalam situasi seperti ini.

“Kenapa? Kamu takut, ya?” pancing Chris menarik sudut bibirnya.

“Jangan gila, Om! Sudah seharusnya aku takut, pun dengan Om. Bagaimana kalau sampai Mas Dika tahu tentang... tentang...”

Sial! Nasya tidak bisa meneruskan kalimatnya. Wajahnya memerah dan pipi terasa panas. Mengatakan hal itu hanya akan membawanya berpetualang kembali pada malam panas itu.

“Percintaan kita?” sambar Chris merasa geli dengan kegugupan Nasya.

“Sssst... Dasar Om gila! Jangan pernah ungkit soal itu lagi. Aku gak mau rumah tanggaku hancur gara-gara malam terkutuk itu!”

“Dasar culas! Sekarang aja bilang malam terkutuk, waktu itu malah bertingkah liar dan mengerang nikmat di bawah tubuh ku!”

Nasya spontan jinjit lalu menutup mulut Chris.

“Om mau nya apa, sih?” bentak Nasya habis kesabaran.

“Kamu sudah menjebak keponakan ku. Ceraikan Dika. Dia tidak pantas bersama wanita tidak jujur seperti mu!”

“Kalau aku gak mau?” tantang Nasya. Dia juga sadar seharusnya sejak awal dia jujur pada Dika. Kalau sudah begini, benar kata Chris kalau dia sudah menjebak Dika. Tapi, bukan sepenuhnya salah Nasya. Dia juga awalnya tidak suka akan perjodohan ini. Bukan dia yang mengejar Dika. Catat!

“Well, aku akan mengatakan pada Dika semua yang terjadi diantara kita!” Chris sudah berlalu pergi meninggalkan Nasya yang kebingungan dan sangat panik.

Lutut Nasya lemas kala berjalan kembali ke meja makan. Dia melirik Dika, wajah suaminya itu datar. Nasya bernapas lega. Berarti Chris melumpuhkan mengatakan apapun.

“Apa kamu sakit? Kenapa lama sekali di toilet?” tanya Dika lembut saat Nasya sudah kembali duduk di sampingnya.

“Hah? Gak papa.” Nasya berusaha mengukir senyum, menutupi kegelisahannya. Tampaknya hal itu menjadi tontonan lucu bagi Chris. Nasya sempat mencuri lihat senyum geli pria itu.

“Dasar Om-Om psikopat!” batin Nasya meremas sisi gaunnya.

Susana kaku di atas meja makan, kembali mencair saat Anton kembali meminta pada Chris untuk mau tinggal di rumah mereka. Dan itu menjadi serangan jantung ke dua bagi Nasya pagi ini. Setelah tadi sempat hampir menjerit kaget bertemu Chris di balkon kamar. Nasya tidak tahu kalau Chris menginap di rumah mertuanya, dan kamar mereka tepat bersebelahan.

“Aku tidak mau tahu, kamu harus mau tinggal di sini. Ayolah, Chris. Kita ini saudara, keluarga.”

“Tapi aku punya apartemen juga di sini. Mungkin selama di Indonesia, aku akan tinggal di sana,” tolak Chris dengan sikap tenang dan nada suara yang dingin. Nasya tebak, dia hanya mengatur sikap berusaha membuat karakter cool pada dirinya. Cuih!

“Gak bisa. Kalau kamu tinggal di apartemen, nanti gak akan ada yang ngurus keperluan sehari-hari. Mulai makan, pakaian dan lain sebagainya. Udah, benar kata mas mu, kamu tinggal di sini, ya,” pinta Risma, ibunda Dika penuh semangat.

Sepanjang proses bujuk membujuk itu, Nasya berdoa dalam hati agar Chris mau menolak permintaan kedua mertuanya. Tinggal bersama dengan pria yang pernah tidur dengannya hanya akan menjadi duri dalam daging, batinnya akan tersiksa. Belum lagi dia harus mendengar ancaman Chris yang berniat mengatakan pada Dika tentang rahasia mereka. Seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja saat Chris memutuskan membuka mulutnya.

“Baiklah kalau kalian memaksa. Aku akan tinggal di sini. Lagi pula, banyak hal yang harus aku bahas dengan Dika!” jawabnya sambil melirik ke arah Nasya.

**

“Kamu kenapa mondar-mandir? Wajahmu juga gelisah?” Dika mendekat pada Nasya yang ada di tengah ruangan kamar tidur mereka. Gadis itu sejak tadi menunggu kedatangan Dika yang ditinggal ngobrol dengan Anton dan juga Chris sehabis makan malam.

Ketakutan Nasya jelas, takut Chris akan buka mulut soal rahasia mereka. Namun, saat Dika masuk dan bertanya lembut serta memasang wajah penuh khawatir, membuat Nasya yakin kalau Chris belum mengatakan apapun.

“Perutnya sakit, Mas.” Nasya duduk di tepi ranjang. Dia pikir, sebaiknya menahan Dika untuk tidak keluar kamar lagi, dan memberi kesempatan bagi Chris berbincang dengan suaminya.

“Aku ambil obat dulu, ya. Aku akan tanya sama mama.” Dika sudah bangkit, tapi Nasya kembali menarik tangannya.

“Gak usah, Cuma nyeri dikit, lagi datang bulan soalnya,” jawab Nasya merebahkan kepalanya di pundak Dika. Tangan panjang Dika pun merangkul pundak Nasya dan membelai kepalanya.

Tok ... Tok... Tok...

Jantung Nasya hampir copot. Siapa lagi yang mengetuk pintu kamar mereka. Feeling nya sudah mulai buruk.

Belum dipersilakan masuk oleh empunya kamar, daun pintu didorong hingga terbuka dan muncul seraut wajah tampan bak pangeran.

“Om?” ujar Chris mengerutkan kening. Nasya yang berhasil menebak siapa orang di balik pintu, hanya bisa memasang tampang masam.

“Dika, Temani Om ke swalayan dekat rumah. Om masih lupa jalan dekat sini.”

Dika menoleh pada Nasya, seakan meminta izin, tapi sebenarnya, Dika hanya tidak tega meninggal Nasya dalam keadaan sakit seperti itu.

“Om mau beli apa?” tanya Dika asal. Dia pun sebenarnya malas untuk keluar lagi. Ingin ngobrol berdua bersama Nasya di dalam kamar. Bagaimanapun mereka masih pengantin baru.

“Mau beli minuman kaleng. Udah, temani Om sebentar,” ucap Chris setengah memaksa.

“Aku aja, Om. Kebetulan, aku juga mau beli pembalut ke swalayan depan. Yuk!” Nasya sudah berdiri, berjalan melewati Chris yang beberapa detik sempat bengong.

Nasya sendiri bingung, untuk apa dia menumbalkan diri berjalan malam-malam begini dengan Chris. Bukankah seharusnya dia menjauh dari pria itu?

Gadis itu tidak punya pilihan lain. Dia takut kalau Chris mengajak Dika keluar, pasti tujuan Chris ingin membeberkan semuanya. Jadi, meski muak pada Chris, Nasya memilih untuk pergi dengannya.

Sepanjang jalan, mereka hanya diam. Nasya jalan jauh di depan Chris. Tidak sudi beriringan.

“Hey, partner one night stand,” panggil Chris sembari mengulum senyum. Dia justru merasa senang bisa pergi dengan Nasya. Belakangan ini, Chris menyadari kalau mengusili Nasya hingga membuat wanita itu jengkel, adalah hiburan baru baginya yang sangat menyenangkan.

Langkah Nasya berhenti sejurus dengan panggilan mengolok Chris.

“Maksud Om apa, sih? Sengaja ya, buat aku kesal? Pengen lihat aku mati berdiri saking kesalnya?” umpat Nasya menghentikan langkahnya, lalu buru-buru menghampiri Chris yang masih sedikit tertinggal di belakang.

“Gak ada maksud apa-apa. Aku lupa siapa namamu, hanya ingat rasa!”

“Brengsek!” cicit Nasya mengepal tinju, ingin sekali menampar pipi Chris yang melihatnya dengan senyum mengejek.

“Om mau apa, sih? Aku akan udah bilang, lupakan malam itu. Aku gak mau rumah tanggaku rusak gara-gara masalah itu!” tegas Nasya sambil menghentakkan kaki ke tanah.

“Aku gak akan berhenti sampai kamu jujur sama Dika, dan tinggalkan dia!”

“Dasar gila! Kami baru nikah tiga hari, masa iya harus jadi janda!”

Keduanya berdebat, tanpa sadar mereka diperhatikan oleh seseorang dari kejauhan. Ribut di tengah jalan sampai tidak menyadari kalau wanita itu sudah turun dari mobil dan mulai berjalan mendekati mereka.

Plak!

Satu tamparan keras hingga wajah Nasya terlempar ke samping dan rambut panjangnya terhempas hingga menutupi setengah wajahnya.

“Dasar pelacur murahan! Berani sekali kamu menggoda tunanganku!” umpatnya dengan lantang, tanpa basa-basi menjambak rambut panjang Nasya seolah tamparan tadi belum cukup.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   123 Bahagia itu Kita

    Elena tidak bisa menolak. Bukan hanya sekedar karena Raka akan membantu keluarganya, tapi jauh dari itu, dia juga menyimpan rasa pada Raka. Tidak dibuat-buat, mengalir begitu saja. Elena yakin, kalau Raka mampu membahagiakan dirinya. Pernikahan putra bungsu Dirga digelar di ballroom hotel dengan banyak tamu undangan dari kalangan pebisnis, publik figur, sampai semua karyawan perusahaan diundang. Banyak yang terkejut, tidak menyangka kalau atasan dan bawahan itu akhirnya dipersatukan dalam mahligai rumah tangga. "Kamu terlihat gugup," bisik Raka memandang lembut istrinya. Elena tersipu malu. Kini sudah resmi jadi suami istri, tapi rasa gugup dan deg-degan di dalam hatinya belum juga surut. Ada kalanya Elena mencubit tangannya, demi memastikan kalau dia sedang tidak bermimpi. Raka putra Dirgantara kini sudah jadi suaminya. "Sedikit," jawabnya pelan, hanya sekali mengangkat kepala lalu kembali menunduk tak tahan dengan tatapan mesra Raka. Raka menarik tangan Elena, menyelipkan j

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   122. Menikah Saja

    "Bagaimana permintaan papi?" Dirga sudah muncul dan duduk di samping Raka yang tengah duduk di teras rumah menikmati kesunyian berteman secangkir kopi. Ayahnya kembali mendesak, tidak mungkin terus menghindar. Tapi, kalau dituruti juga dia tidak punya kandidat. Puas pacaran selama kuliah, menjadi sosok badboy, membuat Raka tidak lagi minat pada pernikahan. Ambisinya sudah terikat dengan urusan kantor. Ada kalanya dia menerima tawaran dari beberapa temannya untuk kumpul di sebuah bar, minum dan menikmati dunia malam. "Hei, kau dengar tidak? Diajak ngobrol kok, malah diam?" "Dengar, Pi. Tapi untuk saat ini aku masih belum ada jawaban untuk pertanyaan papi." Lebih baik pembicaraan ini langsung diputus, jangan lagi ada perpanjangan. "Kalau begitu kamu menerima putusan dari papi. Biar papi jodohkan pada anak teman papi aja," sambar Dirga tidak memberi celah. Terlalu lama bersabar dengan putra bungsunya ini, kalau tidak gerak cepat, bisa-bisa, dia tidak jadi menikah. "Jangan

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   121. Ingatan Tentangmu

    "Wajah kamu kenapa?" Raka memiringkan kepala, mencoba melihat lebih jelas ke arah pipi Elena yang dia temui pagi ini di lift. "Gak papa, Pak," jawabnya singkat. Rambut panjangnya dibiarkan menutup pipi sebelah kanan, agar memar bekas tampar ibu tirinya tidak terlihat. Kalau bukan karena demi ayahnya, dia pasti sudah kabur lagi dari rumah.Elena mengutuk keberadaan ibu tirinya ada dalam hidup mereka, bukan memberi kebanggaan bagi ayahnya, justru derita. Elena harus menerima kekejaman dan penyiksaan ibu tirinya karena sudah menolak pernikahan dengan Edgar. Mau bagaimana lagi, dia tidak menyukai pria yang sombong dan sok berkuasa itu. Kalau dari hikayat Edgar yang dia dengar dari orang tuanya, harusnya pria yatim piatu itu berbudi pekerti dan bersikap baik, bukan justru sebaliknya. Dia juga tidak merasa perlu dinikahi Edgar karena permintaan terakhir Jason. Bahkan dengan Jason sendiri pun dia belum terlalu yakin, semua ini juga karena keluarganya yang memaksa dia harus menikah deng

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   120. Cinta Hingga Maut Memisahkan

    Rasa penasaran Nasya menggerogoti pikirannya hingga tidak bisa tidur malam itu. Tidak sabar menunggu datangnya pagi agar dia bisa mencari Chris. Jelas kalau suara wanita yang dia dengar tadi milik Helen. Pertanyaan, mengapa malam selarut itu Chris ada bersama Helen? Memikirkan banyak kemungkinan buruk yang akan terjadi, membuat Nasya tak kuasa menahan air matanya. Apakah dia akan kehilangan Chris lagi? Apakah hati pria itu sudah berubah, kembali pada Helen? Segala tanya dia simpan hingga esok. Penantian Nasya berakhir. Langit sudah terang, begitu cerah, tapi tetap saja tidak bisa menghilangkan cemas di hatinya. "Pagi sekali, mau kemana?" tanya Anisa mendapati Nasya di anak tangga terakhir. Dia sudah bersiap, terlihat cantik meski kantong mata tetap menunjukkan kebenaran kalau dia semalaman tidak tidur. "Mau mencari Chris!" jawabnya tegas. Dia tidak perlu melirik ke arah Dirga yang saat itu juga ada mendengar obrolan mereka, karena dia yakin kalau ayahnya pasti saat ini tengah

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   119. Kebohongan Telah Usai

    Helen tidak tahu bagaimana lagi menyembunyikan wajah malunya. Di tengah semua tatapan menghakimi orang di kafe itu, dia mencoba untuk tetap bisa berdiri. Kalaupun mau mundur lagi, sudah kepalang tanggung. "Bagaimana, Bu, kita tetap melanjutkan tujuan kita kemari?" teguran dari petugas menyadarkan dirinya. Dengan ragu, Helen mengangguk. Dia akan terus berjuang, menggunakan kesempatan terakhirnya. Siang itu, Nasya membuat sedang ada di ruangannya. Kristal ikut bersamanya ke kafe dan sedang mencoba membujuk putrinya itu untuk tidur siang, jadi huru-hara di luar sana tidak sampai ke telinganya. Namun, begitu mendapati pintu ruang kerjanya didobrak, Nasya mengalihkan pandangannya. "Bapak ada kepentingan apa masuk ke mari?" tanya Nasya sewot, pasalnya menidurkan Kristal, dia harus ikut berbaring dan gaunnya sedikit tersingkap menunjukkan paha mulusnya. "Itu orangnya, Pak, tangkap saja!" seru Helen yang ternyata sudah ada di belakang petugas. Secara paksa, petugas menyeret Nas

  • Skandal Pernikahan: Satu Malam Bersama Paman Suamiku   118. Huru Hara

    Acara pernikahan itu pada akhirnya batal. Keluarga Ferdi tetap tidak terima. Mereka menuntut keluarga Nasya dengan tuduhan penjebakan. Namun, Dirga sudah tidak mau mendengar apapun penjelasan keluarga Ferdi, disaat itu juga diminta untuk membatalkan pernikahan itu. Sekarang, setelah semua orang pamit pulang dengan tanda tanya besar dalam hati mereka, kini semua anggota keluarga duduk di saling berhadapan. Rapat keluarga dimulai. Dirga duduk berdampingan dengan Anisa, mengamati Chris dan Nasya yang duduk tepat di depan mereka. Di sisi lainnya ada Raka, dan pasangan suami istri, Radit dan Airin. "Jelaskan!" perintah Dirga, menatap lekat pada wajah Chris. Matanya memicing, tanda tidak suka karena Chris menggenggam tangan Nasya dengan erat. Mengapa putrinya bisa bersama Chris sementara waktu itu, pria yang disebut bernama Andrew ini justru diusir Nasya. "Papi," Nasya mulai angkat bicara. Dia ingin menjadi tameng bagi Chris atas interogasi ayahnya. Tatapan Dirga pada suaminya s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status