แชร์

Aku Hanya Mencintaimu, Itu Saja

ผู้เขียน: Senja Berpena
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-08 21:15:14

Pintu rumah terbuka dengan bunyi klik pelan, menandakan kepulangan Smith setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaan.

Rambutnya sedikit berantakan, dasinya sudah longgar, dan ekspresi wajahnya menunjukkan betapa lelahnya ia setelah kembali ke rutinitas kantornya.

Bahkan, waktu istirahatnya tadi hanya cukup untuk makan siang bersama Louis.

Laura yang tengah duduk di sofa langsung bangkit begitu melihat suaminya memasuki ruangan. Dengan senyum lembut, ia melangkah mendekat dan langsung mencium pipi Smith.

"Selamat datang di rumah, Sayang," bisiknya lembut, berharap bisa sedikit mengusir penat di wajah pria itu.

Smith mendesah pelan, lalu tanpa ragu menarik Laura ke dalam pelukannya. Ia mencium kening wanita itu dengan penuh kasih sebelum mengubur wajahnya di bahu Laura.

"Astaga, Laura... Aku benar-benar lelah hari ini. Pekerjaan menumpuk setelah satu minggu penuh kita liburan. Rasanya seperti dihukum karena bersenang-senang."

Laura terkekeh mendengar keluhan suaminya. Ia mengusap p
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Melakukan Sesuatu pada Stella

    Malam menyelimuti kota dengan gelap yang pekat, hanya diterangi oleh kelip lampu jalan yang berpendar samar.Di sudut sebuah gudang tua yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kehidupan, Smith berdiri dengan sorot mata dingin, menatap sosok di hadapannya.Bobby, pria berbadan kekar dengan rahang keras bak batu dan mata yang tajam seperti pisau, menyeringai tipis.Tangan kasarnya menyulut sebatang rokok, asapnya mengepul ke udara, menambah suasana kelam di antara mereka."Jadi, kau ingin aku meneror wanita itu?" suara Bobby berat dan kasar, penuh nada ketertarikan yang berbahaya.Smith tidak menunjukkan ekspresi gentar sedikit pun. Ia hanya mengangguk, suaranya terdengar tegas dan dingin."Stella sudah semakin menggila. Aku ingin dia berhenti mengganggu rumah tanggaku. Apa pun yang kau lakukan untuk membuatnya jera, aku serahkan padamu."Bobby tertawa kecil, rokoknya hampir habis di antara jemarinya yang kekar. "Lucu sekali. Seorang Smith Alexander, pria yang begitu berkuasa, memilih menyele

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Mulai Bergerak

    Fajar baru saja merekah, tapi Stella sudah terjaga. Ia duduk di tepi ranjang dengan ponselnya tergenggam erat, tatapan matanya melekat pada layar yang menampilkan sebuah pesan tak dikenal.“Berhenti mengganggu hidup Smith. Atau kau akan merasakan neraka di dunia.”Alih-alih merasa takut, Stella justru tersenyum sinis. Tawa kecilnya menggema di kamar yang sunyi, serupa bisikan iblis yang tengah bersiap memainkan permainannya sendiri.“Peneror murahan,” gumamnya, membuang ponsel itu ke atas meja rias. Seberapa banyak pun ancaman yang datang, ia tidak akan mundur. Tidak akan pernah.Dengan gerakan anggun, Stella berdiri dan berjalan ke depan cermin besar yang terpajang di sudut ruangan.Jemarinya yang ramping mengambil lipstik merah dari meja rias, lalu perlahan menggoreskannya ke bibirnya yang penuh.Warna merah darah itu menyala tajam, seperti simbol dari ambisi dan obsesi yang tak pernah padam.Ia menyeringai, memiringkan kepalanya sedikit, mengamati bayangan dirinya yang terpantul di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Peringatan untuk Stella

    Senja mulai turun ketika Louis melangkah keluar dari restoran tempatnya bertemu dengan klien Smith.Udara sore masih terasa hangat, namun ketegangan yang tiba-tiba muncul membuat suasana terasa lebih dingin.Stella berdiri tak jauh darinya, menunggu dengan tangan terlipat di depan dada, ekspresi wajahnya penuh kecurigaan."Akhirnya kau keluar juga," kata Stella dengan nada sinis.Louis menghentikan langkahnya, menatapnya sekilas sebelum kembali melangkah tanpa berniat berbicara. Namun, Stella tidak membiarkannya pergi begitu saja."Aku tahu itu kau, Louis," tuduh Stella tiba-tiba. "Kau yang mengirim seseorang untuk menerorku, bukan?"Louis mengernyit, lalu tiba-tiba tertawa kecil, geli mendengar tuduhan tersebut."Menerormu?" ulangnya, menatap Stella dengan pandangan meremehkan."Kau pikir aku punya waktu untuk itu? Aku punya banyak pekerjaan yang jauh lebih penting daripada membuang-buang energi untuk menerormu.""Jangan berlagak tidak tahu, Louis," sahut Stella dengan nada tajam. "A

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-15
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Tentang Busuknya Stella

    Stella memegang dadanya yang naik turun akibat menahan amarah dalam hatinya. Dia tak menyangka jika ternyata orang yang dulu satu tujuan dengannya bisa berkhianat dengan mudah. Dan kini Stella sendirian, diiringi oleh terror yang menguntitnya setiap saat."Menyebalkan! Bagaimana bisa semua rencana yang telah dirancang sedemikian rupa hancur oleh satu orang." Stella bermonolog dengan penuh emosi."Tidak, aku tidak boleh menyerah dan harus tetap fokus pada tujuanku meskipun hanya sendirian. Tekad ini takkan padam, takkan ada yang bisa menumbangkan sekalipun terror terus berdatangan!"Stella menyeka dahinya yang berkeringat, lalu duduk dengan perasaan yang masih campur aduk, apalagi setelah mengingat kata demi kata yang dilontarkan Louis tadi. Bak anak panah berapi yang dilesakkan dengan kekuatan penuh, anak panah itu menusuk tepat ke hati.Louis sendiri segera pergi menjauh dari sana, tak ingin lagi berurusan dengan Stella yang hanya membawa dampak buruk baginya. Dengan segera, Louis m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-18
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Berunding

    Tiga lelaki beda generasi berada dalam satu ruangan, membicarakan sosok perempuan yang bukan hanya merugikan satu orang, tapi satu keluarga.Vincent menghitung jumlah keseluruhan kerugian yang ditanggung putranya hingga mendapatkan nilai akhir fantastis. Vincent geleng-geleng kepala, tak bisa berkata-kata."Ini sudah termasuk ke dalam ranah penipuan dan penggelapan uang, Smith. Kamu harus segera yakinkan hatimu untuk melaporkan kejahatan ini kepada pihak berwajib," ujar Vincent.Smith mengangguk seraya membereskan bukti mutasi-mutasi itu, lalu memasukkannya kembali ke dalam koper."Aku sudah seratus persen yakin untuk melaporkannya, Daddy. Rasa kasihan dalam hatiku sudah sirna kepada Stella. Tapi, ada satu hal yang mengganjal hatiku hingga sekarang, yang membuatku belum bisa mengambil langkah. Bisa dibilang kalau aku belum lega jika belum mengatakannya."Smith berkata dengan serius membuat suasana juga menjadi lebih serius. Louis yang penasaran hanya diam menyimak, sementara Vincent k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-19
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Langkah Awal

    Meskipun kandungannya baru berusia 6 bulan, perut Laura sudah semakin terlihat membesar melebihi usia kandungannya. Dan karenanya, wanita itu juga semakin kesulitan melakukan berbagai aktivitas. Smith yang melihat bagaimana istrinya berjuang bahkan untuk sekedar menuruni anak tangga sungguh merasa tak tega. Dia selalu ada, menjadi garda terdepan untuk menjaga istrinya."Hati-hati, Sayang. Sini aku papah."Smith memegang bahu serta pinggang Laura, memapahnya hingga ke lantai bawah untuk sarapan. Vincent dan Louis pun sudah menunggu di meja makan. Keduanya tersenyum melihat ibu hamil yang memasuki trimester 3 ini, semakin bercahaya wajahnya."Kehamilanmu mengingatkan ayah pada ibu dari si kembar Smith dan Louis. Persis seperti kamu, meskipun usia kehamilannya belum tua, tapi sudah besar dan mudah lelah." Vincent bernostalgia. "Sepertinya kamu juga hamil anak kembar."Laura tertawa kecil, begitu juga dengan Smith yang langsung memperhatikan perut istrinya. Ini adalah pengalaman pertama

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-20
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Tidak Punya Bukti!

    4Smith baru pulang ke rumah pada jam 5 sore bersamaan dengan Diana yang hendak pulang. Laura terlihat memeluk Diana sebelum gadis itu pulang membuat Smith tersenyum, dia berpikir kalau Diana memang harus sering-sering datang supaya Laura tidak kesepian selama ditinggal bekerja."Hai, Diana, apa kabar?" sapanya saat baru keluar dari mobil."Hai, Smith. Aku baik." Diana tersenyum pada Smith yang mengangguk ramah.Di ambang pintu, Louis melihat pemandangan itu seraya bersedekap tangan. Pemuda itu nampak senyum-senyum hingga akhirnya berdehem seraya menatap atap rumah."Cuma Laura aja, nih, yang dipeluk?" guraunya.Diana memiringkan bibir, kesal dengan gurauan tersebut."Apaan, sih, dasar genit!" sungutnya.Melihat itu, Smith tertawa. Dia menghampiri Diana dan menyapanya bahkan mereka bersalaman."Lah, aku dari tadi di sini, di rumah ini, tapi kamu sama sekali gak salaman sama aku. Kok sama Smith yang baru datang langsung salaman. Apa maksudnya ini?" omel Louis."Smith, tolongin aku dari

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-20
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Omong Kosong

    "Sial! Aku harus bagaimana sekarang?" Stella bergumam.Saat ini dia tengah berjongkok di ruang tengah seraya memegangi rambutnya yang kusut berantakan. Stella pikir Smith tidak akan melaporkannya, tapi ternyata lelaki itu nekad dan membuat Stella murka.Seketika itu juga Stella jadi ingat perkataan Louis yang mengatakan bahwa Smith memiliki bukti-bukti kejahatannya, bahkan disertai rekaman suara. Hal itu membuat Stella semakin cemas, takut jika apa yang Louis katakan adalah benar."Ah, tidak mungkin. Dari mana Smith memiliki itu semua? Selama ini, kan, dia bodoh, mudah sekali dikelabui." Stella berbicara sendirian.Tanpa Stella sadari jika di belakang Smith ada Vincent yang bisa melakukan apa saja dengan kekuasaannya. Belum lagi Louis yang berpindah haluan, lelaki itu pasti sedikitnya memiliki banyak jejak kejahatan Stella dan memberikannya pada Vincent dan Smith.Ya, Stella lupa akan hal itu. Dia merasa kalau dialah yang paling hebat dalam drama yang dibuatnya. Dan karena perasaannya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-22

บทล่าสุด

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Ending Chapter~

    Diana tidak akan memungkiri perasaannya kepada Louis meskipun dia belum bisa mengatakan bahwa itu adalah perasaan cinta.Namun, rasa nyaman dan lepas yang dirasakannya bagi Diana sudah cukup membuatnya yakin kalau Louis adalah orangnya. Tapi lagi-lagi bayangan ketika dirinya menangis tersedu-sedu setelah mengetahui bahwa lelaki yang dia cintai, lelaki yang juga sering mengatakan cinta padanya malah berkhianat terlintas di pikiran.Diana sangat benci perasaan itu tapi dia juga sulit sekali menghilangkannya karena sudah membentuk trauma. Dan itu semua adalah tugas Louis, Louis harus menyembuhkan Diana dan membuat gadis itu dapat berdamai dengan traumanya."Diana, kamu tahu aku, kita sudah lama kenal. Ke mana pun aku pergi kamu selalu ikut. Kamu juga tahu perempuan mana saja yang ingin dekat denganku tapi aku menolak mereka, kan? "Kamu harus tahu, Di, penolakan demi penolakan yang kulakukan semata karena aku ingin kamu bisa lihat kalau selama kita bersama, aku bukan lelaki yang mudah t

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Extra Part III

    Diana memejamkan matanya mendengar ucapan Louis yang sungguh di luar dugaan. Gadis itu membeku di tempatnya sekarang tanpa bereaksi apa-apa.Sementara itu, Smith langsung menghampiri Louis dan mempertanyakan keseriusan sang adik atas ucapannya barusan. "Aku serius, Smith. Aku mencintai Diana bahkan sebelum dia jadi asisten pribadiku, aku sudah memiliki rasa suka padanya meskipun, ya ... cinta itu baru benar-benar tumbuh setelah kami sering bersama," ungkap Louis lagi.Diana dapat mendengarnya dengan jelas, tapi dia tidak percaya. Apa yang Louis lakukan terhadapnya selama masa kerja sungguh berbanding terbalik dengan apa yang Louis ungkapkan barusan."Diana, maafkan aku," ucap Louis.Diana tak menjawab dan malah geleng-geleng kepala. Setelah itu, Diana pergi karena merasa sudah tak sanggup lagi berada di situasi itu."Om, Laura, Smith, aku pulang dulu, ya," pamitnya.Vincent ingin menahan tapi dia paham akan perasaan Diana yang sudah pasti merasa bingung atas sikap Louis yang sangat m

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Extra Part II

    Diana baru selesai menyiapkan jadwal Louis untuk besok ketika dia hendak pulang. Waktu menunjukkan pukul 7 malam dan rasanya badan Diana sangat remuk saking sibuknya hari ini."Ini sudah terlalu malam, kamu pulang ke rumahku saja supaya besok bisa langsung berangkat denganku. Kamu, kan, suka lelet," ujar Louis.Mendengar ejekan Louis padanya, Diana langsung menyipitkan matanya. "Apa maksud kamu bilang begitu? Aku lelet? Hey, sudah hampir satu bulan aku bekerja denganmu dan setiap hari aku pulang jam 6 atau jam 7 malam. "Setiap hari juga, aku sampai jam 8 malam dan baru bisa istirahat setelah jam 10 malam karena kamu selalu menyuruhku banyak hal. Aku capek dan kamu malah bilang aku suka lelet?" Diana memelototi Louis saking kesal."Lah, memang kenyataannya kamu lelet, kamu sering terlambat setengah jam bahkan sampai satu jam. Itu dinamakan lelet, kan?" balas Louis."Iya, tapi seharusnya kamu memahami alasanku sampai lelet begitu, aku kurang istirahat dan seharusnya kamu juga jangan me

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Extra Part I

    Tiga hari kemudian, Laura pulang ke rumah dan disambut dengan suka cita oleh para asisten rumah tangga serta kerabat dekat yang masih berada di sana. Rencananya, mereka akan pulang hari ini karena Laura sudah sehat dan pulang.Suasana rumah Smith sangat ramai di sana mereka melakukan syukuran kecil-kecilan dengan makan bersama di taman belakang yang sudah dihias sedemikian rupa oleh para pekerja.Smith menggendong Daniel sementara Laura menggendong Davide, mereka mengumumkan nama bayi mereka secara resmi bahkan Diana juga ada di sana."Diana, kesibukan kamu sekarang apa?" tanya Vincent pada gadis yang sudah Laura anggap seperti saudaranya sendiri."Aku baru resign dari pekerjaanku sebelumnya, Om. Aku mau cari kerjaan lagi tapi belum sempat persiapan, mungkin bulan depan aku mulai cari lagi," jawab Diana.Vincent mengusap dagunya, menatap Diana lekat lalu beralih menatap Louis yang dia lihat tak hentinya curi-curi pandang pada Diana.Terlintas ide dalam pikiran Vincent, bagaimana kalau

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Dia adalah Takdirku

    "Smith ... aku berhasil pulang."Suara itu terdengar sangat lirih di telinga Smith, bahkan hampir tak terdengar. Namun, lelaki itu yakin kalau Laura memang berbicara dan itu membuatnya merasa amat sangat lega.Vincent yang sejak tadi menunggu dengan harap cemas juga langsung mengucap syukur, dia menatap Laura yang masih dalam keadaan setengah sadar karena masih berada dalam efek anestesi."Manantuku, menantu kesayanganku ...." isak Vincent."Ayah, aku bertemu sahabatmu," ucap Laura. "Kami hampir pergi bersama.""Oh, Laura, jangan sampai hal itu terjadi. Anak-anakmu membutuhkanmu," sahut Vincent yang paham bahwa sahabat yang dimaksud Laura sudah pasti Ferdy, ayahnya."Ya, dia bilang takdirku yang sesungguhnya memang di sini," kata Laura pelan."Kamu gak nanya sama aku, Sayang? Aku sejak tadi di sini menunggu kamu sadar tapi saat bangun kamu malah ngobrol sama Ayah," ucap Smith membuat Laura tersenyum."Aku selalu bersamamu bahkan ketika kamu meminta do'a pada anak-anak kita," jawab Lau

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Berhasil Pulang

    Operasi telah selesai dilaksanakan tapi kondisi Laura ternyata malah menurun, tekanan darah yang tinggi membuat detak jantungnya justru semakin melemah.Laura dibawa keluar dari ruang operasi menuju ruang pemulihan dengan berbagai alat yang terpasang di tubunya. Smith sama sekali belum melihat anak kembarnya kecuali hanya di ruang operasi tadi. Dia memilih mendampingi Laura dan meminta perawat menjaganya dengan baik di ruang yang terpisah dari ruang bayi lain."Smith, mana Laura dan cucu-cucu ayah?" tanya Vincent.Lelaki itu datang tergopoh-gopoh setelah mendengar kabar bahwa Laura melahirkan cucunya. Vincent bahkan sampai meninggalkan pekerjaan dan rapatnya dengan klien-klien penting."Cucu-cucu Ayah ada di ruang perawatan khusus, sedangkan Laura masih di ruang pemulihan. Dia belum sadarkan diri dan kondisinya menurun," jawab Smith seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan.Vincent tercengang mendengar kabar tersebut sebab saat berangkat tadi dia masih berbincang dengan menantunya.

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Si Kembar Telah Lahir

    "Lakukan apa pun yang terbaik bagi istri dan anak-anak saya, Dok. Lagi pula, istri saya sudah sangat kesakitan, saya tidak tega melihatnya."Smith berbicara seraya menatap dokter kandungan tersebut dengan seksama. Dokter pun mengangguk, siap melaksanakan prosedur operasi caesar.Namun, sebelum nya Smith mesti menandatangani dulu surat persetujuan karena prosedur ini bisa dibilang sakral, tidak boleh dilakukan sembarangan.Setelah selesai semua persyaratan, Smith langsung menemui Laura yang sedang kesakitan di ruang bersalin. Smith mengabarkan kalau Laura akan dioperasi demi keselamatan buah hati mereka."Gak papa, kan, kalau operasi? Kondisi kamu tidak memungkinkan, Sayang. Plasentanya menghalangi jalan lahir dan itu akan membahayakan anak-anak kita. Begitu kata dokter," tanya Smith seraya menjelaskan.Laura sudah pasrah, apa pun tindakan yang akan diambil terhadapnya, Laura tidak akan mencegah apalagi melawan. Melahirkan secara normal maupun caesar baginya sama saja, sama-sama memerl

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Menjelang Persalinan

    Setelah mendengar kabar bahwa Laura kemungkinan akan melahirkan dalam waktu dua minggu ke depan, Smith mempersiapkan segalanya salah satunya yakni dengan mengambil cuti dari kantornya.Meskipun dia adalah seorang CEO, pemilik perusahaan yang tentu memiliki kuasa, Smith tetap bersikap profesional dengan mengajukan cuti secara resmi. Untuk sementara, posisi dan pekerjaannya akan ditangani oleh Louis, adiknya."Smith, sebenarnya tanpa ada yang menggantikanmu pun sepertinya bukan masalah besar, pekerjaan CEO, kan, tinggal ongkang-ongkang kaki saja," ujar Louis membuat sang kakak sontak mendelikkan matanya."Jadi, begitu yang kamu pikirkan selama ini, aku hanya ongkang-ongkang kaki saja?" Smith menatap Louis dengan seksama."Hehehe, aku hanya bercanda, Smith. Jangan melotot begitu lah, serius amat!" sahut Louis menggaruk kepalanya yang tak gatal."Lihat saja, kamu nanti akan merasakan apa yang aku rasakan. Kamu akan sangat sibuk bahkan melebihi kesibukanku dulu. Kamu akan kewalahan dan men

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Kemungkinan Minggu Depan

    Smith sangat sigap menuntun Laura yang merasakan sakit seperti kram di perutnya. Dengan tertatih, Laura berjalan menuju mobil yang sudah siap di depan."Jangan-jangan kamu kecapean, Sayang," tebak Smith. "Kalau melahirkan, kan, waktunya belum genap."Smith terus berbicara dengan perasaa resah dan gelisah. Sementara itu, Laura hanya bisa menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Aktifitas itu cukup mengurangi rasa sakitnya.Saat ini, Laura dan Smith sudah berada di perjalanan ke rumah sakit demi memeriksa keadaan Laura yang sempat merasakan sakit di perutnya.Namun, baru juga setengah perjalanan, sakit yang dirasakan Laura sudah reda bahkan menghilang. Laura yang belum memiliki pengalaman sebelumnya merasa heran, dia ingin mengatakan hal itu pada suaminya tapi merasa enggan."Sayang, apa kamu baik-baik saja? Sakitnya masih terasa?" tanya Smith mengelus perut istrinya. Laura sedikit meringis. "Sepertinya perutku sudah lebih baik, Sayang. Aku juga gak paham kenapa. Apa kita pu

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status