Beranda / Romansa / Skandal Satu Malam / Bab 5. Terpaksa Mengantar ke Kampus  

Share

Bab 5. Terpaksa Mengantar ke Kampus  

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-23 02:15:23

Claudia menghela napas dalam melihat para pelayan yang tengah memindahkan barang-barangnya ke lantai satu. Gadis itu terpaksa tak lagi menempati kamarnya yang di samping kakaknya.

Tentu, Claudia tak ingin setiap malam terganggu mendengar suara desahan kakaknya. Oh, Tuhan! Claudia ingin sekali pergi dari rumah. Tinggal sendiri dan jauh dari Christian. Namun, itu adalah hal yang mungkin, karena kedua orang tuanya pasti tak mengizinkannya.

“Claudia, jam berapa kau ke kampus?” Grania melangkah menghampiri Claudia. 

“Sebentar lagi, Mom,” jawab Claudia pelan. “Di mana Dad, Mom? Apa dia sudah berangkat bekerja?” tanyanya pelan ingin tahu.   

“Daddy-mu sudah berangkat lebih awal. Dia memiliki meeting,” jawab Grania hangat sambil mencium kening Claudia. “Ya sudah, kau berangkatlah. Nanti kau terlambat.”

Claudia mengangguk, lalu hendak meninggalkan ibunya, namun langkah Claudia terhenti di kala melihat Ella menghampiri Claudia. Terlihat Claudia berusaha menampilkan senyuman yang dipaksakan, meski sebenarnya setiap kali dirinya melihat kakaknya itu, selalu saja Claudia merasakan seperti tengah melakukan sebuah dosa besar. Sebuah dosa yang dia tahu tak akan mungkin bisa termaafkan.

“Hai, Kak,” sapa Claudia hangat.

“Kau ingin berangkat kuliah, Claudia?” Ella bertanya seraya membelai pipi Claudia.

Claudia mengangguk. “Iya, Kak. Aku ingin berangkat kuliah. Ada beberapa hal yang harus aku bicarakan dengan dosen.”

“Hm, Claudia. Sepertinya hari ini kau tidak bisa menggunakan mobilmu,” ucap Ella yang ragu-ragu dan terlihat bersalah.

Kening Claudia mengerut dalam. “Kenapa, Kak?”

Ella mendesah panjang menatap Claudia merasa bersalah. “Kemarin aku memakai mobilmu tanpa izin. Lalu, aku tidak sengaja menabrak dinding di parkiran. Rencananya hari ini aku akan meminta sopir mengantar mobilmu ke bengkel. Kau berangkat kuliah bersama Christian saja, ya? Christian juga ingin berangkat kerja. Jadi kau bisa menumpang di mobilnya. Bagaimana?”

“Tidak!” Claudia menjawab cepat secara spontanitas. “A-aku memesan taksi saja.” 

“Claudia, menelepon taksi membutuhkan waktu lama. Lebih baik kau diantar Christian saja,” bujuk Ella yang merasa berdosa pada adiknya. Ella tak enak, karena merusak mobil adiknya.

“Kak, aku tidak apa-apa. Aku bisa menggunakan taksi saja,” ucap Claudia lagi, menolak bujukan kakaknya. Sungguh, Claudia lebih baik naik taksi daripada satu mobil dengan Christian. Bertemu setiap hari di rumah saja, sudah membuat dirinya stress luar biasa.  

“Claudia, apa yang dikatakan kakakmu benar. Lebih baik kau berangkat bersama dengan Christian saja,” kata Grania yang juga membujuk putri bungsunya. Grania mencemaskan Claudia. Dia takut kalau putrinya itu berangkat menggunakan taksi.

“Sayang?” Ella yang melihat Christian muncul, langsung menarik tangan sang suami, dan meminta suaminya itu untuk mendekat.

“Ada apa?” Christian menatap Ella.

“Sayang, kau mau berangkat ke kantor, kan?” tanya Ella memastikan.

Christian menganggukan kepalanya. “Ya, aku ingin berangkat ke kantor.”

Ella tersenyum. “Kau mau kan mengantar Claudia ke kampusnya?”

Mata Christian sedikit melebar mendengar permintaan sang istri.

“Iya, Christian. Kau keberatan atau tidak? Mobil Claudia harus masuk bengkel akibat kecerobohan Ella. Kemarin Ella meminjam mobil Claudia, dan menabrak dinding. Mommy khawatir kalau Claudia naik taksi,” ujar Grania lembut, membujuk menantunya.

“Mom, aku bisa sendiri. Aku ini sudah 20 tahun. Aku bukan lagi anak-anak. Kau jangan berlebihan seperti itu, Mom,” seru Claudia sedikit kesal, karena ibunya terlalu bersikap berlebihan.

Christian mengembuskan napas panjang. Dia ingin menolak, tapi tak mungkin, karena ibu mertuanya dan juga istrinya begitu meminta tolong padanya. Shit! Christian mengumpat dalam hati. Pria itu membenci di mana dirinya terjebak kerumitan seperti ini.

“Claudia, kau bisa ikut aku. Aku akan mengantarmu ke kampusmu,” ucap Christian dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.

Claudia nyaris tak mampu berkata-kata mendengar ucapan Christian. Rasa kesal, dan marah semuanya bercampur. Claudia tak menyangka kalau suami dari kakaknya itu akan menyetujuinya.

“Claudia, ayo sana ikut Christian. Nanti kau pulang akan dijemput sopir. Hari ini Mommy mau pergi dulu sebentar. Sopir akan mengantar Mommy, nanti sorenya sopir akan menjemputmu.” Grania mengecup pipi Claudia lembut.

Claudia terdesak, tak memiliki pilihan apa pun. Dengan terpaksa, Claudia melangkah pergi meninggalkan rumahnya mengikuti Christian yang sudah lebih dulu berjalan. Claudia merasa semakin berdosa. Ibunya dan kakaknya begitu menyayanginya, namun dirinya malah menggoreskan luka di hati ibu dan kakanya.

***

Claudia melihat ke luar jendela, tak mau sama sekali melihat ke arah Christian yang tengah melajukan mobil. Keheningan menyelimuti. Belum ada suara apa pun. Baik Claudia ataupun Christian sama-sama belum ingin berbicara.  

“Christian, kau turunkan aku di pinggir jalan saja. Biar aku naik taksi,” ucap Claudia dingin dan datar, tanpa mau melihat Christian.

Christian melirik Claudia sekilas. “Lalu kalau kau diculik atau dicopet, aku yang akan disalahkan. Begitu maksudmu, Claudia?”

Claudia berdecak pelan. “Christian, aku bukan anak kecil. Aku bisa menjaga diriku dengan baik. Kau jangan seperti ibuku.”

Christian tak menggubris ucapan Claudia. “Aku akan menurunkanmu di depan kampusmu. Jika kau tetap keras kepala, aku akan memberi tahu ibumu kalau kau memaksa ingin turun di pinggir jalan.” 

Mata Claudia melebar mendengar ucapan Christian yang tersirat memberikan ancaman padanya. Claudia ingin mengomel, namun dia memilih untuk mengurungkan niatnya. Gadis itu memejamkan mata singkat, merutuki hidupnya yang terus menerus bersangkutan dengan Christian.  

Mobil Christian mulai memasuki gedung kampus Claudia.

Thanks.” Claudia membuka seat belt-nya, dan segera turun dari mobil Christian dengan langkah yang terburu-buru. Lalu, tepat di kala Claudia turun dari mobil ada sosok pemuda tampan dan gagah menghampiri Claudia.

Mata Christian menyipit tajam melihat interaksi antara Claudia dengan pemuda itu. Interaksi yang nampak sangat akrab dan dekat. Bahkan pemuda itu mampu membuat Claudia tertawa.

Christian masih bergeming di tempatnya. Belum sama sekali beranjak dari sana. Mata pria itu seakan hanyut akan pemandangan di mana Claudia akrab dengan seorang pemuda yang belum pernah Christian lihat. Pun Claudia tak pernah membawa pemuda itu bertemu dengan kedua orang tua gadis itu. 

Shit!” Christian menepis pikirannya, merutuki dirinya yang malah memikirkan urusan yang bukan urusannya, dia segera mengemudikan mobil meninggalkan lobby kampus Claudia. Raut wajah pria itu dingin, nampak menutupi kekesalan—yang entah bersumber dari mana.

Di sisi lain, Claudia lega melihat mobil Christian sudah pergi. Gadis itu benar-benar merasa tak nyaman setiap kali berada di dekat Christian. Bagi Claudia; Christian adalah dosa terbesar yang pernah ada di hidupnya.

“Claudia, kenapa kau malah melamun. Ayo kita masuk ke dalam,” ajak Gilbert—teman kampus Claudia.

“Ah, iya, maaf. Ayo, Gilbert.” Claudia tersenyum hangat, lalu dia melangkah masuk ke dalam kampus bersama dengan Gilbert.

Tanpa Claudia sadari, mobil Christian berhenti tepat di depan gerbang kampus. Tatapan Christian kini menatap tajam Claudia masuk ke dalam kampus bersama dengan pemuda itu. Nampaknya, mata pria itu memancarkan rasa penasaran dan ingin tahu mendalam—yang tak bisa ditahan-tahan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Satu Malam    Bab 155. Ending Scene (TAMAT)

    Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam

  • Skandal Satu Malam    Bab 154. Extra Part VI

    Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau

  • Skandal Satu Malam    Bab 153. Extra Part V

    *Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu

  • Skandal Satu Malam    Bab 152. Extra Part IV

    “Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka

  • Skandal Satu Malam    Bab 151. Extra Part III

    Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?

  • Skandal Satu Malam    Bab 150. Extra Part II

    “Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja

  • Skandal Satu Malam    Bab 149. Extra Part

    Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal

  • Skandal Satu Malam    Bab 148. Perfect Ending

    Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti

  • Skandal Satu Malam    Bab 147. Welcome Baby boy

    Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status