Ketika Hana membereskan mejanya, dan hendak menyisihkannya di sisi meja sehingga nanti dia bisa mengangkutnya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Romeo dan Santi keluar dari sana. Wajah Romeo terlihat cerah dan tampan seperti biasa. Keduanya tertawa dan membicarakan masa kecil mereka.
"Tapi Abang curang. Abang bilang ke teman-teman kalau aku masih suka isap jari." Suara Santi terdengar manja dan membuat darah Hana mendidih. Hana dan Romeo baru saja berbaikan, namun saat ini Hana harus menyaksikan romantisme antara Romeo dengan teman masa kecilnya. Meskipun begitu Romeo tidak memberi komentar atas perkataan Santi. Pria itu hanya tersenyum dan tidak berbuat yang lain.Tetapi wajah Romeo seketika berubah, Hana tidak menyadari ini dia terlalu sibuk kesal dalam hatinya. Mengambil tas yang ada di atas kursi kerjanya, memasukkan alat tulis dan keperluan rapat lainnya, kemudian segera meninggalkan mejanya. "Mana Pak Elang," tanya Romeo denHana menurut. Ini adalah jalan yang terbaik. Dia mengambil tas kertas yang ada di tangan Romeo, dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.Ketika dia melihat blus apa yang sudah dibeli oleh Romeo, dan sempat dia tersenyum karena dia tahu bahwa Romeo pasti akan membelikannya sesuatu yang bagus dan mahal, namun ketika dia melihat apa yang ada di dalam, bibirnya mengerucut ngeri.Mengapa dia membelikan dirinya kemeja putih lengan panjang dengan celana bahan hitam tidak ketat."Apakah saya harus memakai ini?" tanya Hana tidak sengaja membuka mulutnya terkesiap, dan dari luar sebuah jawaban tidak diduga berhasil didengarnya, "Iya."Hana mendesah, dia tidak terima. Dia bukan sedang magang, dia akan pergi ke sebuah acara. Banyak pengusaha yang akan datang ke tempat itu.Dengan sangat terpaksa Hana memakai kemeja putih itu. Wajahnya tertekuk.Dia segera mengenakan pakaian yang telah susah payah dicari itu, kemudian keluar dari toilet. Ta
Siapa itu? dalam hati Hana, dia melihat sosok wanita yang baru saja dikenalnya sedang bersama dengan seorang pengantar minuman.Wanita itu mirip dengan Santi. Hana berdiri diam selama beberapa menit membiarkan elang berjalan lebih dulu di depannya, ketika dia melihat serta memperhatikan dengan saksama, ternyata wanita yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang adalah benar Santi. Sementara, laki-laki pengantar minuman yang sedang bersama Hana adalah teman SMA-nya.Hana terkesiap dia mengenal sosok itu. Laki-laki itu adalah Bobby. Rupanya Santi mengenal Bobby.Tetapi untuk apa Santi memberikan amplop putih yang kemudian dengan cepat Bobby memasukkannya ke dalam kantong? tanya Hana dalam hati.Hana menebak bahwa amplop itu berisi uang, ketika Santi memberikan amplop itu dan Bobby menerimanya. Hana ingat Bobby menganggukkan kepalanya berkali-kali sambil tersenyum dan menyeringai dengan wajah bengis yang dulu sering diperlihatkan laki-laki itu ketik
Hana teringat ketika dia pertama kali turun dari mobil, dia melihat Bobi sedang bersama dengan Santi. Ada yang tidak beres dengan senyum di wajah Bobby dan Hana merasa akan ada sesuatu hal buruk yang terjadi."Perpaduan rasanya enak." Tangan Bobby terulur ke depan dan sebentar lagi dia hendak menumpahkan minuman itu ke baju Hana.Sayangnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, sebab saat itu seseorang menabrak Bobby dan Bobby dengan berat badan besar tidak mampu menahan gelas yang ada di tangannya. Tanpa dikehendaki, isi dari gelas itu tumpah mengenai orang yang berada di sebelah kiri Hana. Beruntung, Hana berhasil menghindar dari tangan Bobby."Aaa!" teriak wanita yang kini bajunya terkena tumpahan air, "ada apa dengan kamu!" wanita berusia 40-an berteriak memaki Bobby.Wanita itu adalah istri dari pemilik hotel tempat mereka berkumpul saat ini.Para tamu undangan ikut terkejut, mereka benar tidak percaya, melihat Bobby m
"Sendirian?" tanya seseorang yang berada tepat di belakang Hana.Hanya membutuhkan waktu lima detik, Hana seketika mematung. Bulu kuduknya berdiri, seakan ada sesuatu menakutkan yang sedang terjadi saat ini.Suara ini. Suara yang familier. Dia tentu saja tahu siapa pemilik suara ini.Entah mengapa, tetapi tubuhnya benar-benar tidak bisa digerakkan. Wajah Hana seperti sedang melihat hantu, padahal suara itu datangnya dari belakang.Mau apa laki-laki ini! Sial! rutuk Hana dalam hati. Hubungan mereka sudah berakhir sejak istri laki-laki itu datang dan menginterupsi pernikahannya dengan Bima.Dengan perut buncit, istri Bima datang dan membuat pernikahannya dengan Bima gagal."Apa kamu benar-benar lupa sama saya?" tanya Bima, perlahan suara itu mendekat, dan membuat jantung Hana berdegup amat kencang. Wajah Hana tak keruan. Kakinya bahkan seakan tidak bisa menopang seluruh berat tubuhnya."Jangan mendekat!" Adalah perintah yang hendak
Tiba-tiba, seorang pria meninju penjaga keamanan di wajah dan perut sehingga dia jatuh hingga lututnya menyentuh lantai, dan kemudian pria itu memukul penjaga keamanan tepat di kepala dengan pistol.Seorang pria lain menodongkan pistolnya ke penjaga keamanan lain dan berteriak, "Jangan bergerak! Jangan bergerak! Tetap merunduk! Tetap merunduk!"Dan semua pelanggan yang ada di sana mulai terlihat ketakutan. Semuanya baik pria dan wanita diminta untuk berlutut, salah satu penjahat menembak ke arah langit-langit, alhasil menimbulkan bunyi yang sangat keras. Dia memerintahkan sambil menodongkan pistolnya saat mengatakan, "BERLUTUT!" kepada masing-masing pelanggan dan staf.Pria lain muncul dan berkata, "Tetap merunduk, kami hanya akan mengambil uang dari toko ini, tetap berlutut dan tempelkan kepala kalian di lantai, jangan mencoba untuk berani melawan karena kami tidak akan ragu untuk menembak kalian semua!" Suara si penjahat terdengar mengintimidasi.Hana dan Bim
"Tunangan?" tanya Romeo mengernyitkan dahinya."Tunangan?" Hana memandang Bima dengan pandangan kesal, mengapa dia masih menganggap mereka masih bertunangan?Romeo menarik tubuh Hana, sehingga istrinya kini berada di belakangnya.Sementara Bima yang melihat kejadian ini terbakar api cemburu. Bukan pria itu yang seharusnya melindungi Hana, tetapi dirinyalah yang menjadi pelindung bagi Hana."Apa yang kamu lakukan dengan tunanganku!" bentak Bima dengan wajah dan suara kacau.Tubuh Romeo kaku, dia tidak menyukai ide tentang tunangan. Siapa di dunia ini yang telah beristri kemudian mengakui istri orang lain sebagai tunangannya? tanya Romeo marah sambil mengepalkan tangannya."Apa kamu satu-satunya di dunia yang memiliki pikiran pendek seperti ini?" tanya Romeo dia masih ingat pada hari pernikahan Hana, istri Bima datang dengan memperlihatkan bahwa dirinya sedang hamil kepada semua tamu undangan. Dan bagaimana keluarga wanita itu membela posisi wanita itu ma
Beberapa menit berlalu setelah mereka keluar dari mall. Hana harus segera membersihkan diri."Romeo adalah suami saya. Berhenti mengejar saya. Saya telah memiliki suami." Kalimat terakhir yang diucapkan Hana kepada Bima, membuat Bima merasakan pukulan-pukulan Romeo terasa lebih menyakitkan daripada sebelumnya.Mulut Bima terbuka lebar, dia tidak bisa mengatakan apa-apa."Ja ...." Kalimat ini berhenti sampai di sini dan tidak dilanjutkan lagi oleh Bima. Dia seakan kehilangan lidahnya untuk berkata-kata.Hana tersenyum, tetapi senyum yang diperlihatkan olehnya adalah senyum kepuasan. Dia senang Bima telah menerima pukulan dari suaminya. Suaminya membela dirinya, dan peduli kepadanya.Dari jauh Romeo memperhatikan interaksi antara Bima dan Hana dengan cepat Romeo membalikkan badannya berjalan menjauh.Dia tidak menyukai kejadian ini.Terlalu menjijikkan. Bima sangat menjijikkan."Untuk selanjutnya, kita t
Tubuh Hana menggigil ketika mengingat kejadian itu. Wajahnya segera pucat pasi."Kamu bisa andalkan aku seperti biasa." Dulu Bima juga berkata seperti ini, dan kini kalimat itu diucapkan lagi oleh Bima.Mengandalkan yang seperti apa? tanya Hana dalam hati. Dia sedih dan kecewa.Namun mengapa orang yang hadir saat peristiwa buruk ini terjadi malah orang yang paling dibencinya? Ke mana Romeo? Mengapa Romeo tidak peka seperti Bima? tuntut Hana dalam hati. Namun dia tahu bahwa pernikahannya dengan Romeo hanyalah sebuah keterpaksaan. Romeo sama sekali tidak mencintainya. Seumur hidup Romeo, laki-laki itu hanya mencintai Susi, dan bukan dirinya.Hana menarik napas, dan dia mulai kembali kerja.Tetapi pandangan menyudutkan dari orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya tidak berubah. Para wanita masih saja menunjuk-nunjuk dirinya. Hal ini terjadi hingga waktu makan siang. Dia pergi ke luar kantor."Hay, Nona," sapa seorang wanita kepada Hana. W