Sementara itu di kota A, tempat tinggal Bima. Wajah Bima tertekuk, kakinya terasa sangat berat ketika dia teringat harus segera pulang.
Bunyi ponselnya terdengar lagi hingga lima kali. Ponselnya tidak akan pernah berhenti berdering sebelum Bima mengangkatnya.Murahan! rutuk Bima dalam hati. Mulutnya selalu mengucapkan seribu macam ucapan tidak baik bila itu berhubungan dengan istrinya."Iya, aku pulang. Sekarang apa lagi!" bentak Bima yang terlihat jelas bahwa dia tidak mencintai wanita yang sedang menelponnya itu. "Kamu memang tidak bisa menunggu, ya!"Namun dengan cepat suara wanita sedang meminta maaf terdengar, "Maaf. Bukan maksud saya mengganggu kamu, tetapi--""Tetapi apa!" Kesabaran Bima sudah habis. Pasti ini diminta oleh mamanya, karenanya wanita gila itu berani menghubunginya, dengus Bima dalam hati. Hatinya panas melihat wanita yang selalu memberikan tubuhnya kepada laki-laki, dan berhubung nasibnya tidak baik, maka dirinyalah yan"Tidur saja, Ibu. Tidak perlu repot-repot bangun. Aku hanya membawa pulang piring kotor dan aku tidak berniat mengganggu Ibu." Bima segera ke dapur, dan membawa semua barang kotor yang telah mereka makan selama mereka berada di sawah tadi.Ibu dengan terpaksa masuk kembali ke kamar. Hari ini badannya sedang tidak enak. Mengapa dia merasakan pusing yang tidak menentu dari hari ke hari. Nyonya Bildad memikirkan hal ini terus. Dia merasa aneh mengapa dia semakin merasa tidak sehat semenjak Bima datang. Seharusnya badannya semakin pulih, sebab obat yang diberikan Bima. Bima bilang bahwa obat itu sangat manjur dan hanya vitamin yang bisa membantu daya tahan tubuh."Mengapa kamu meneleponku, Berengsek!" Suara Bima terdengar sayup dari tempat Bu Bildad berada.Ada apa dengan Bima? Apakah Bima sedang menelepon seseorang? tanya Bu Bildad dalam hati.Awalnya Bu Bildad tidak mau bangun dari tempat tidurnya, namun Bima membuatnya merasa takut dan cemas.
Telepon itu masih berdering, dan Bima semakin mempercepat gerakannya untuk segera mendapat pelepasan. Suara erangan wanita yang berada di bawah Bima terdengar jelas, membuat Bima semakin bergairah."Aku buang di luar," bisik Bima setelah berhasil membuat wanita di bawahnya menggeliat kewalahan berusaha menyeimbangkan gerakan erotis Bima.Si wanita melihat Bima membuang benihnya di luar. “Istrimu meneleponmu dari tadi, jadi kamu akan meninggalkanku demi istrimu yang cantik itu?” goda si wanita dengan tangan masih telentang ke atas.Bima berdecih, dia tidak mau momen kemesraan mereka diganggu dengan hal yang sangat tidak penting seperti itu. Wajahnya berubah menakutkan ketika mendengar nama istrinya disebutkan. “Jangan ucapkan nama si berengsek itu di depanku.”Wanita yang masih bertubuh polos itu tertawa menyeringai saat dia berkata, “Mengapa kamu sangat membencinya?” Jari lentik si wanita menyusuri dada polos Bima, bulu y
Romeo dan Hana sedang berada di dapur. Tidak ada Nany Rong, penjaga rumah mereka, Nany Rong sedang cuti selama seminggu, namun ruangan dapur Romeo dan Hana masih terlihat bersih dan kering. Hana tinggal di rumah kakaknya selama beberapa hari, sehingga Romeo seorang diri di rumah tersebut."Apa yang kita punya di dapur?" Hana ingin tahu apakah selama seminggu terakhir Romeo makan di rumah atau dia makan di luar.Romeo merindukan Hana, dia menggenggam tangan Hana dengan sikap posesif, sambil tersenyum Romeo menuntun istrinya hingga ke meja bar. Kemudian Romeo menjawab pertanyaan Hana, "Kita punya lasagna ... hmm ... juga salad kentang. Kamu mau?"Hana terkejut, dia tahu bahwa Romeo memang bisa memasak, tetapi Hana tidak pernah melihat Romeo memasak lasagna dan salad kentang, apakah Romeo bisa memasak jenis kedua masakan ini? Hana tidak meragukan kemampuan memasak Romeo, tetapi dia hanya mau tahu. "Kamu mau aku saja yang memasak?" Hana menunggu jawaban Romeo,
"Apa maksudnya kita akan pergi ke tempat yang sama?" tanya Hana mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan Romeo.Apa Romeo sedang tidak sadar? pikir Hana dalam hati, dia benar-benar bingung mengapa Romeo berkata yang tidak-tidak.Romeo menahan senyumnya, dia senang sekali mengerjai istrinya. "Bahkan kamu tidak tahu jadwal suamimu?" Pertanyaan ini dikatakan dengan sikap tidak percaya yang dilayangkan Romeo kepada Hana.Merasa diintimidasi, Hana yakin sekali bahwa Romeo tidak pernah membicarakan hal ini dengannya.Saat mengetahui bahwa Hana tidak menjawab, Romeo tahu bahwa Hana ragu. "Benarkan, kamu memang tidak pernah mau tahu tentang aku," desak Romeo terus."Kamu memang tidak pernah memberitahukan kepadaku." Kamu sibuk dengan Shanti, jadi kamu bahkan tidak akan tahu kalau aku akan pergi perjalanan bisnis dengan Pak Elang, bisik Hana dalam hati.Romeo juga tidak mengetahui bahwa dirinya akan pergi bersama Elang, mengapa sekarang Romeo berka
Wanita yang melihat dari kejauhan dengan hati meradang adalah Santi. Dia mengangkat teleponnya, Elang menghubungi dirinya."Mengapa wanitamu sedang bersama laki-laki lain?" tanya Santi dengan suara kasar, "apakah dia memang seorang wanita murahan!" Hatinya dongkol saat melihat pemandangan yang ada di depannya.Santi berpikir bahwa Elang akan ketakutan karena Hana sedang dekat dengan seseorang, karenanya Elang akan langsung datang, dan membawa di wanita itu pergi dari sana.Namun perkiraan Santi salah, Elang tidak terdengar takut atau cemas, melainkan Elang marah di ujung seberang sana. "Sudah aku bilang, jangan sekali-kali menyebut wanitaku dengan panggilan seperti itu!" bentak Elang, "apa kamu sudah melakukan tugas kamu saat ini!" Elang mengingatkan Santi akan pekerjaan yang sudah mereka sepakati bersama.Santi masih kesal, tapi dia ingin sekali menyelesaikan pekerjaan ini, kesepakatan dengan Elang sudah disetujui, dan dia akan melakukann
"Aku dengar beberapa waktu lalu kamu sempat viral karena video mesum kamu bersama dengan mantan tunangan kamu," kata Agus di ujung sambungan telepon.Seperti ada benda yang dilemparkan tepat di atas kepala Hana saat ini, dia sudah melupakan apa yang terjadi dengan Bima, namun kini dengan sengaja Agus mengungkit kembali pembicaraan tentang hal yang memuakkan ini. "Sebenarnya aku akan lebih menghargai kalau kamu tidak membahas tentang video itu," pungkas Hana, suaranya terdengar sangat jengkel ketikan mengatakan hal ini pada Agus.Bukan ... bukan ini yang hendak dibahas oleh Agus. Tetapi Agus menemukan alamat komputer dari mana video itu berasal, namun tuduhan Hana terdengar cukup mengerikan, karenanya dengan segera Agus menambahkan, "Bukan itu yang aku maksud. Maksudku aku bisa mencari tahu siapa pelakunya. Apakah kamu sudah menemukan siapa yang berbuat demikian terhadap kamu?" tanya Agus berusaha memperoleh jawaban "Ya" dari Hana.Tetapi sebaliknya, Hana malah menjawa
"Bagaimana keadaan Santi?" tanya Hana, dia sudah berada di rumah sakit. Romeo sedang menunggu Santi. Mereka berada di luar ruangan.Romeo hanya diam, dia memikirkan banyak hal di dalam pikirannya.Romeo teringat ketika Santi memegang tangannya terus-menerus dan tidak mau melepaskannya."Abang. Abang. Aku hanya mencintaimu. Tidak ada orang lain yang aku cintai selain kamu, Abang," ujar Santi saat tubuhnya didorong dengan brankar, dan matanya terbuka. Darah membasahi kaki bagian bawah."Iya. Aku dengar, lebih baik kamu istirahat sekarang," Romeo menjelaskan dan membiarkan Santi untuk menutup matanya.Namun semakin lama dia tidak mendapat jawaban dari Romeo, Santi berteriak lebih kencang. "Abang, aku mencintaimu," kata Santi lagi sehingga air matanya mengalir deras di wajahnya. "Berjanji Abang, kalau Abang akan ada bersamaku selamanya."Teriakan Santi memenuhi koridor rumah sakit. Bibir Romeo kelu, dia tidak bisa menjawab permintaan
Di rumah sakit, Hana baru saja selesai melakukan check up. Dia sempat menjenguk Santi, dan Elang sedang menunggu wanita itu."Mengapa kamu tidak pulang saja," tegur Nyonya Joan kepada Nyonya Haruka. Beruntung para suami sudah siap sedia bila para istri mereka kembali berulah. Jadi, Nyonya Haruka segera ditarik untuk pulang ke rumah ketika Nyonya Joan memulai pertengkaran.Hana masuk ke dalam ruangan hanya sebentar, karena Nyonya Joan sangat tidak senang melihat Hana berada di dekatnya.Hana pergi ke taman, yang merupakan bagian dari lapangan rumah sakit untuk menghirup udara segar. Romeo akan menjemputnya sebentar lagi.Beberapa pasien juga duduk di kursi roda mereka, Hana melihat mereka bersama dengan kerabat mereka dan mereka berbicara dengan bahagia sambil menghirup udara segar. Sangat santai dan merupakan waktu yang tepat untuk duduk-duduk di taman, karena pohon-pohon dengan daun hijau dan bunga dengan warna yang berbe