Samuel menatap Maya tajam, "Aku berniat untuk memberikan tanggung jawab rumah ini, termasuk para pelayan padamu, tapi...,” ucapnya berhenti sejenak, sambil memperhatikan setiap gerakan Maya, “tapi melihat kau memiliki rencana buruk padaku. Aku pikir lebih baik kau tidak memiliki akses untuk mengatur para pelayan.”"Rencana buruk apa yang aku miliki? Aku hanya meminta pelayan ini untuk mengambil pakaian yang ada di almari." Maya menjawabnya dengan tenang. "Benarkah hanya itu? Kenapa pelayan itu sampai berlutut? Maya, kau menyembunyikan yang sebenarnya, kan?" Samuel masih menatapnya dengan curiga; dia tidak percaya dengan jawaban Maya. "Kenapa kau selalu curiga padaku? Apa aku hanya bisa melakukan hal-hal buruk, itukah yang kau pikirkan? Aku juga tidak peduli kau mau percaya padaku atau tidak. Bahkan, aku juga tidak butuh kau memberiku tangung jawab di rumah ini." Maya mengucapkan dengan acuh tak acuh. Dia tidak ingin bertengkar dengan pria ini. Maya kembali mengalihkan pandangannya k
"Sial, kenapa bisa seperti ini? Samuel tidak menyadari rencanaku, kan? Aku harap dia tidak melakukan sesuatu yang tidak masuk akal lagi." Maya berteriak marah. "Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Samuel sehingga menjebakku seperti ini?" Maya berulang kali mondar mandir lalu menarik knop pintu, tetapi tidak ada yang berubah. Seberapa keras menariknya, pintu itu tidak bergerak seincipun; dirinya benar-benar terkunci dari luar. Maya membuka pintu balkon, ada banyak orang yang berjaga di sana. Maya menghela nafas panjang. "Tidak cukup baginya untuk membuatku tidak bisa membebaskan diri ke dunia luar, Sekarang bahkan keluar dari kamar juga tidak bisa. " keluhnya dengan perasaan campur aduk. Maya tidak terlalu peduli jika dirinya harus terjebak, tetapi tidak untuk saat ini. "Jika begini bagaimana aku menerimanya paket itu?" Maya telah menghubungkan managernya untuk membawakan pakaian sekaligus sesuatu yang lain. "Seandainya Samuel memeriksanya, aku akan kehilangan itu lagi."Wajah Maya
"Tuan Kecil, maafkan atas tindakan saya. Saya tahu seharusnya saya tidak memeriksa dengan kasar. Tidak perlu menganggu Tuan Muda dalam masalah ini. " Kepala pelayan akhirnya memilih untuk menyerahkan. Wajah Stelion masih serius. " Paman Kepala Pelayan, apa gunanya kau meminta maaf padaku? Ini bukan milikku, kau seharusnya datang pada mama, akui tindakanmu lalu meminta maaf padanya!" "Kenapa? Bukankah sudah sewajarnya bagi orang yang bersalah untuk meminta maaf secara langsung pada orangnya? Itu yang diajarkan padaku. Kepala Pelayan, apa tidak ada yang mengajarkan padamu tentang hal ini? Apa kau bahkan tidak tahu yang anak kecil sepertiku saja tahu." Stelio menyindir dengan cara halus, tetapi tatapannya masih begitu tajam. Kepala pelayan terdiam dan merasa ketidaknyamanan pada tatapan tajam Stelion. Dia merasa diejek oleh sang tuan kecil yang tampaknya begitu cerdas. "Baiklah. Saya akan meminta maaf pada Nyonya secara langsung," ucap Kepala Pelayan setelah terdiam untuk merenungka
"Tuan Muda, sepertinya pengaruh Nyonya terlalu kuat untuk Tuan Kecil. Bagaimana jika Nyonya Muda akan memanfaatkannya? Anda tahukan apa yang dilakukan Nyonya di masa lalu saat--" Samuel langsung memotong ucapannya dengan marah, "Kepala Pelayan, kau terlalu banyak bicara. Apa aku terlalu memanjakan mu, jadi kau bisa bicara sembarangan." "Maafkan saya, Tuan Muda." "CEO Ren, anda lebih baik menyusul putra anda. Anda pasti tahu apa yang dapat dilakukan Tuan Kecil untuk mendapatkan apa yang dia mau. Tentang pekerjaan ini, anda bisa mengerjakannya besok." Asisten Jung berdiri dari tempat duduknyaPria itu kembali memberikan saran lain, "Lebih baik untuk menyelesaikan masalah anda, jika anda bertindak egois, Mungkin saja mereka akan meninggalkan anda! Saya permisi." Asisten Jung dengan segera keluar sebelum Samuel sempat mengungkapkan kemarahannya. Saat dia menuju ke arah pintu keluar, dia melihat Tuan Kecil sedang dihalangi oleh para pelayan."Tuan Kecil, apa yang kau lakukan?" "Paman
"Kau tidak perlu tahu tentang itu!" Maya berbicara dengan ketus. Dia tidak ingin kehilangan 'sesuatu yang berharganya lagi' karena seseorang mengetahui keberadaan benda itu."Apa mama sih belum percaya padaku? Aku dapat menjaga rahasia dengan baik." Maya tidak menjawab. Wanita itu justru memunggungi Stelio. "Ini sudah larut, selamat malam!" Maya Lin mengakhiri percakapan mereka begitu saja. Stelio menatap punggung dingin mamanya. Hubungannya dan mamanya baru saja dekat, tetapi dia justru membuatnya tidak bahagia. "Mama, apa kau marah? Maafkan aku karena menanyakan hal yang tidak seharusnya aku tanyakan." Tangan kecil itu dengan perlahan memeluk pinggangnya. "Mama, jangan marah padaku. Aku akan melakukannya apapun sebagai hukuman." "Aku tidak marah, tidur!" Maya masih tidak menunjukkan kelembutan. Saat ini, hatinya sedang berkonflik dengan pikirannya yang berusaha untuk rasional. Meskipun tidak suka dipeluk oleh anak ini, tapi Maya membiarkannya kali ini. Memberikan kesempatan bagi
Brak Samuel Langsung mendorong pintu dengan keras, membuat gemuruh yang membuat Maya hampir terjungkal dari tempat tidurnya. dia yang sedang proses menuju alam mimpi menjadi terkejut dan bingung. Maya menatap Samuel dengan wajah kesal yang ia miliki, ia merasa terganggu dengan kebisingan yang Samuel buat di malam hari. "Samuel Ren, kenapa kamu membuat kegaduhan di tengah malam saat seseorang tidur?" tanya Maya dengan tatapan dingin. Samuel menatapnya dengan mata gelap yang miliknya . Nada suaranya meninggi, "Kamu masih berpikir untuk tidur tanpa memiliki perasaan bersalah sedikitpun atas apa yang kamu lakukan pada Stelio?" Maya merasakan dinginnya suara Samuel, perkataannya membuat jantungnya berdebar keras. "Kamu benar-benar tidak punya hati nurani sebagai seorang ibu," cetus Samuel dengan dingin. Maya melihat ke arah Samuel dengan tatapan kesal dan pahit, "Samuel, apa kamu berhak untuk menyindirku? Kamu bilang aku tidak punya hati nurani sebagai seorang ibu, huh?" Maya merasakan
Stelio mengucapkan dengan lantang, "Aku tahu papa memaksa mama untuk minta maaf. Papa bahkan tidak tahu masalah apa yang terjadi, kan?" Samuel memanggil putranya dengan lembut, "Stelio!" Namun Stelio mengabaikannya dan masih melanjutkan omelannya, "Aku sudah bilang aku menangis bukan karena mama. Kenapa papa justru mendesak mama untuk minta maaf?" Samuel hanya diam seribu bahasa tanpa menyela putranya. Maya diam-diam tersenyum melihat wajah kaku Samuel yang sedang mendapatkan teguran dari anaknya sendiri. Samuel melirik ke arah Maya dengan tatapan 'apa kau begitu bahagia?' Namun, Maya berpura-pura tidak melihat arti dari tatapan itu.Stelio menawarkan bantuan kepada Maya. "Mama, jika papa memaksamu lagi, katakan saja padaku. Aku pasti akan selalu berpihak pada mana." Maya menatap putranya dengan perasaan rumit, tapi tidak mengatakan apapun.Maya membuang muka, berpura-pura tidak melihat arti dari tatapan itu. "Mama, jika papa memaksamu lagi, katakan saja padaku. Aku pasti akan se
"Nyonya Maya Lin, ada apa? Apa ada yang salah dengan lagu yang dipilih oleh putra anda?" tanya Guru yang tadi menyambut Maya. Maya Lin tersadar. "Maaf, menganggu acara ini. Lanjutkan saja!" Maya masih mencoba menunjukkan senyumannya. Stelio memandang ke arah mamanya, tetapi Maya sama sekali tidak melihat ke arah anak laki-laki itu. Stelio melanjutkan permainan pianonya, lalu di tutup dengan tepuk tangan yang meriah. "Hebat sekali anak itu, ini pertama kali aku mendengar suara yang seindah ini!""Lagunya benar-benar menyentuh dan dalam, membuatku ingat pada kenangan bersama anakku.""Orang tuanya pasti bangga!"Maya dapat mendengar suara pujian yang dilontarkan orang-orang. Hanya Maya satu-satunya yang tidak bisa menikmati lagu yang menyentuh ini. Sorot matanya dingin, tangannya mengepal dengan erat. Tidak ada kebahagiaan yang terlihat. " Dia benar-benar ingin memiliki segala yang di miliki oleh putraku!" geram Maya dalam hati. Pengasuh melihat ekspresi yang tidak biasa dari istri