Share

BAB 4: Axel Morgan

Axel Morgan, dia adalah seorang cucu konglomerat pemilik dua maskapai  penerbangan di kota North Emit. Kehidupan Axel sedang berada dalam kegoyahan setelah paman tertuanya yang selama ini meminpin perusahaan meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil bersama isteri dan anaknya.

Axel, dia yang memiliki hak waris atas semua kekayaan keluarga Morgan sedang di hadapkan situasi yang sedikit sulit.

Semua itu di karenakan Axel belum menikah.

Semua orang mengusik posisi Axel meski mereka tahu bahwa Axel sudah lebih dari lima tahun lamanya Axel juga bekerja di maskapai penerbangan, mendedikasikannya pada pekerjaan, membuktikan kinerjanya yang baik.

Beberapa petinggi meragukan peminpin yang belum menikah, semua itu di sebabkan karena Kakek Axel terdahulu, yaitu Willson dan juga ayah Axel, yaitu Gillbert.

Willson adalah seorang pria yang sangat kompeten dalam meminpin, dia juga sangat pandai berbicara dan mengatur banyak pekerjaan. Kehebatan Willson dalam bekerja membuat maskapai penerbangan yang di bangun dari generasi ke generasi menjadi maju lebih pesat.

Namun, semenjak Willson bercerai, dia mulai menunjukan sisi dirinya yang tidak terkontrol, Willson menjadi suka berpesta tanpa terkendali, dia menghamburkan uang semaunya, kesukaannya bermain wanita membuat dia melalaikan tugasnya sebagai peminpin. Karena sifat buruknya itu, Willson terlibat penggelapan pajak dan pencucian uang.

Willson membuat perusahaan benar-benar berada dalam situasi yang kritis hingga terlilit hutang puluhan juta dollar pada bank.

Perusahaan kian terpuruk ketika posisi Willson di ambil Gillbert yang sama-sama baru bercerai juga, watak ayah Axel yang playboy tidak ada bedanya dengan Willson yang suka berpesta. Alih-alih membuat dobrakan baru dan membuat keadaan perusahaan membaik, Gillbert membawa perusahaan ke jurang kehancuran.

 Butuh waktu lebih dari sepuluh tahun untuk bisa membawa perusahaan kembali normal, dan semua itu berkat paman Axel yang jujur dan memiliki keluarga yang utuh.

Kini paman Axel meninggal karena kecelakaan, Axel adalah satu-satunya pewaris yang sah. Namun karena dia belum menikah, semua orang meragukan dirinya, mereka takut  Axel akan menjadi seperti kakek dan ayahnya di masa lalu.

Di tengah panasnya gejolak masalah kepeminpinan Axel yang belum menikah, rupanya Axel tidak mau mendengar apapun tuntutan banyak orang yang menginginkan Axel menikah lebih dulu sebelum menjadi menerima jabatan barunya.

Sebagai ahli waris yang sah dari semua kekayaan yang di miliki keluarga Morgan, jelas Axel memiliki kekuasaan yang lebih besar, dia hanya tinggal menghilangkan keraguan dan mendapatkan kepercayaan  banyak orang bahwa dia tidak akan seperti Willson maupun Gillbert di masa depan.

***

Pagi yang cerah dan hangat telah berlalu, Naomi berjalan menelusuri jalanan usai turun dari taksi. Wajahnya terlihat lusuh kelelahan usai berkeliling ke sana-kemari hingga harus mengeluarkan banyak biaya transfortasi.

 Naomi kesulitan mencari tempat tinggal yang murah dengan fasilitas yang lengkap seperti apa yang dia inginkan, sudah lebih dari lima apartement yang dia singgahi, sayangnya apa yang Naomi butuhkan membutuhkan biaya uang sewa yang lebih besar.

Jika Naomi mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk tempat tinggalnya, dia takut uangnya tidak akan cukup dengan biaya makan dan gaya hidupnya.

Dua  koper besar dan ransel yang berat masih harus Naomi tarik dan gendong, gadis itu masih belum memutuskan akan menetap di mana karena masih mengharapkan mendapatkan tempat tinggal yang layak.

Kaki Naomi berjalan terseok-seok mulai merasa pegal, terik panas matahari kian dia rasakan karena kini mulai memasuki jam istirahat para pekerja.

Naomi menahan tangisannya, ini belum sehari penuh, rasanya kini dia mulai merasa putus asa, belum lagi rasa lapar mulai melilit perutnya, rasanya Naomi ingin menyerah dan menelpon ayahnya meminta di jemput.

Susah payah berjalan akhirnya, akhirnya Naomi memilih singgah di salah satu café sekadar memakan sandwich dan roti panggang sambil berselancar di internet mencari-cari apartement lain yang bisa dia lihat.

Naomi sudah memutuskan, jika untuk yang ke enam kalinya dia gagal mendapatkan apartement yang di carinya, Naomi akan menerima tempat tinggal seperti apapun.

Atau mungkin saja, Naomi bisa meminta tolong pada temannya yang memiliki rumah kosong di North Emit.

Setengah  jam menghabiskan waktu di café, Naomi kembali melanjutkan perjalanannya menuju arah taman kota, di sekitar tempat itu ada banyak perumahan yang di sewakan, ini akan menjadi pilihan lain yang bagus untuk menjadi tempat tinggalnya sementara waktu.

Rasa malu menguliti Naomi, mata Naomi berkaca-kaca dengan bibir menekan kuat menahan tangisannya, gadis itu tertunduk menyembunyikan wajahnya dari beberapa orang yang melihatnya penuh perhatian, saat ini Naomi benar-benar terlihat seperti pengangguran lama yang kini akan menjadi tunawisma.

 Naomi tidak pernah menjalani kehidupan seperti ini, namun dia harus terus bertahan lebih lama lagi untuk menghindar dari segalanya sampai masalah terselesaikan sendiri.

Jauh Naomi melangkah, banyak rumah kosong yang dia lihat, sayangnya kini gadis itu berakhir terduduk di bangku taman karena rumah yang di lihatnya sangat mahal.

Naomi semakin putus asa, dia benar-benar lelah dan mulai menyadari bahwa kabur itu tidak segampang apa yang di pikirkan jika tidak memiliki banyak uang.

Naomi mengusap wajahnya, menyingkirkan beberapa tetes air matanya karena menangis, Naomi sangat kecewa kepada dirinya sendiri karena menjadi gadis yang lemah seperti ini. Untuk mencari tempat tinggal saja Naomi kesulitan, apalagi mencari pekerjaan dan mengatasi masalah-masalah lain yang mungkin nanti menyusul datang.

‘Pantas ayah selalu mengkhawatirkanku, aku tidak bisa melakukan apapun’

Bayangan tubuh seseorang yang meneduhi sebagian tubuh Naomi membuat gadis itu mengusap air matanya lagi dengan terburu-buru.

 “Hay,” suara lembut seorang pria terdengar.

Wajah Naomi terangkat, melihat seorang pria muda berjaket hitam dan memakai topi, pria itu tersenyum lebar menunjukan keramahan kepada Naomi agar gadis itu tidak takut dengannya.

“Ada apa?” Tanya Naomi dengan napas tersenggal.

“Sejak tadi aku melihatmu dari sana.” Pria asing itu menunjuk ke arah toko, “Sepertinya kau memiliki masalah dan membutuhkan bantuan. Namaku Jamal.”

Naomi langsung bersedekap, gadis itu ingin curiga, namun dia kembali teringat mengenai riset pencarian fakta-fakta yang dia temukan di internet mengenai kota North Emit. Yaitu, kota dengan peringkat kejahatan paling rendah.

 “Siapa namamu?” tanya Jamal.

“Naomi,” jawab Naomi pelan, sedikit lancang gadis itu meneliti penampilan Jamal dari ujung kaki sampai ujung kepala untuk memastikan bahwa Jamal tidak membawa senjata tajam.

“Kau sedang ada masalah?” tanya Jamal lagi.

“Apa urusannya denganmu? Kenapa ingin tahu?” tanya balik Naomi dengan ketus.

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status