Share

BAB 4: Axel Morgan

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-22 11:15:02

Axel Morgan, dia adalah seorang cucu konglomerat pemilik dua maskapai  penerbangan di kota North Emit. Kehidupan Axel sedang berada dalam kegoyahan setelah paman tertuanya yang selama ini meminpin perusahaan meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil bersama isteri dan anaknya.

Axel, dia yang memiliki hak waris atas semua kekayaan keluarga Morgan sedang di hadapkan situasi yang sedikit sulit.

Semua itu di karenakan Axel belum menikah.

Semua orang mengusik posisi Axel meski mereka tahu bahwa Axel sudah lebih dari lima tahun lamanya Axel juga bekerja di maskapai penerbangan, mendedikasikannya pada pekerjaan, membuktikan kinerjanya yang baik.

Beberapa petinggi meragukan peminpin yang belum menikah, semua itu di sebabkan karena Kakek Axel terdahulu, yaitu Willson dan juga ayah Axel, yaitu Gillbert.

Willson adalah seorang pria yang sangat kompeten dalam meminpin, dia juga sangat pandai berbicara dan mengatur banyak pekerjaan. Kehebatan Willson dalam bekerja membuat maskapai penerbangan yang di bangun dari generasi ke generasi menjadi maju lebih pesat.

Namun, semenjak Willson bercerai, dia mulai menunjukan sisi dirinya yang tidak terkontrol, Willson menjadi suka berpesta tanpa terkendali, dia menghamburkan uang semaunya, kesukaannya bermain wanita membuat dia melalaikan tugasnya sebagai peminpin. Karena sifat buruknya itu, Willson terlibat penggelapan pajak dan pencucian uang.

Willson membuat perusahaan benar-benar berada dalam situasi yang kritis hingga terlilit hutang puluhan juta dollar pada bank.

Perusahaan kian terpuruk ketika posisi Willson di ambil Gillbert yang sama-sama baru bercerai juga, watak ayah Axel yang playboy tidak ada bedanya dengan Willson yang suka berpesta. Alih-alih membuat dobrakan baru dan membuat keadaan perusahaan membaik, Gillbert membawa perusahaan ke jurang kehancuran.

 Butuh waktu lebih dari sepuluh tahun untuk bisa membawa perusahaan kembali normal, dan semua itu berkat paman Axel yang jujur dan memiliki keluarga yang utuh.

Kini paman Axel meninggal karena kecelakaan, Axel adalah satu-satunya pewaris yang sah. Namun karena dia belum menikah, semua orang meragukan dirinya, mereka takut  Axel akan menjadi seperti kakek dan ayahnya di masa lalu.

Di tengah panasnya gejolak masalah kepeminpinan Axel yang belum menikah, rupanya Axel tidak mau mendengar apapun tuntutan banyak orang yang menginginkan Axel menikah lebih dulu sebelum menjadi menerima jabatan barunya.

Sebagai ahli waris yang sah dari semua kekayaan yang di miliki keluarga Morgan, jelas Axel memiliki kekuasaan yang lebih besar, dia hanya tinggal menghilangkan keraguan dan mendapatkan kepercayaan  banyak orang bahwa dia tidak akan seperti Willson maupun Gillbert di masa depan.

***

Pagi yang cerah dan hangat telah berlalu, Naomi berjalan menelusuri jalanan usai turun dari taksi. Wajahnya terlihat lusuh kelelahan usai berkeliling ke sana-kemari hingga harus mengeluarkan banyak biaya transfortasi.

 Naomi kesulitan mencari tempat tinggal yang murah dengan fasilitas yang lengkap seperti apa yang dia inginkan, sudah lebih dari lima apartement yang dia singgahi, sayangnya apa yang Naomi butuhkan membutuhkan biaya uang sewa yang lebih besar.

Jika Naomi mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk tempat tinggalnya, dia takut uangnya tidak akan cukup dengan biaya makan dan gaya hidupnya.

Dua  koper besar dan ransel yang berat masih harus Naomi tarik dan gendong, gadis itu masih belum memutuskan akan menetap di mana karena masih mengharapkan mendapatkan tempat tinggal yang layak.

Kaki Naomi berjalan terseok-seok mulai merasa pegal, terik panas matahari kian dia rasakan karena kini mulai memasuki jam istirahat para pekerja.

Naomi menahan tangisannya, ini belum sehari penuh, rasanya kini dia mulai merasa putus asa, belum lagi rasa lapar mulai melilit perutnya, rasanya Naomi ingin menyerah dan menelpon ayahnya meminta di jemput.

Susah payah berjalan akhirnya, akhirnya Naomi memilih singgah di salah satu café sekadar memakan sandwich dan roti panggang sambil berselancar di internet mencari-cari apartement lain yang bisa dia lihat.

Naomi sudah memutuskan, jika untuk yang ke enam kalinya dia gagal mendapatkan apartement yang di carinya, Naomi akan menerima tempat tinggal seperti apapun.

Atau mungkin saja, Naomi bisa meminta tolong pada temannya yang memiliki rumah kosong di North Emit.

Setengah  jam menghabiskan waktu di café, Naomi kembali melanjutkan perjalanannya menuju arah taman kota, di sekitar tempat itu ada banyak perumahan yang di sewakan, ini akan menjadi pilihan lain yang bagus untuk menjadi tempat tinggalnya sementara waktu.

Rasa malu menguliti Naomi, mata Naomi berkaca-kaca dengan bibir menekan kuat menahan tangisannya, gadis itu tertunduk menyembunyikan wajahnya dari beberapa orang yang melihatnya penuh perhatian, saat ini Naomi benar-benar terlihat seperti pengangguran lama yang kini akan menjadi tunawisma.

 Naomi tidak pernah menjalani kehidupan seperti ini, namun dia harus terus bertahan lebih lama lagi untuk menghindar dari segalanya sampai masalah terselesaikan sendiri.

Jauh Naomi melangkah, banyak rumah kosong yang dia lihat, sayangnya kini gadis itu berakhir terduduk di bangku taman karena rumah yang di lihatnya sangat mahal.

Naomi semakin putus asa, dia benar-benar lelah dan mulai menyadari bahwa kabur itu tidak segampang apa yang di pikirkan jika tidak memiliki banyak uang.

Naomi mengusap wajahnya, menyingkirkan beberapa tetes air matanya karena menangis, Naomi sangat kecewa kepada dirinya sendiri karena menjadi gadis yang lemah seperti ini. Untuk mencari tempat tinggal saja Naomi kesulitan, apalagi mencari pekerjaan dan mengatasi masalah-masalah lain yang mungkin nanti menyusul datang.

‘Pantas ayah selalu mengkhawatirkanku, aku tidak bisa melakukan apapun’

Bayangan tubuh seseorang yang meneduhi sebagian tubuh Naomi membuat gadis itu mengusap air matanya lagi dengan terburu-buru.

 “Hay,” suara lembut seorang pria terdengar.

Wajah Naomi terangkat, melihat seorang pria muda berjaket hitam dan memakai topi, pria itu tersenyum lebar menunjukan keramahan kepada Naomi agar gadis itu tidak takut dengannya.

“Ada apa?” Tanya Naomi dengan napas tersenggal.

“Sejak tadi aku melihatmu dari sana.” Pria asing itu menunjuk ke arah toko, “Sepertinya kau memiliki masalah dan membutuhkan bantuan. Namaku Jamal.”

Naomi langsung bersedekap, gadis itu ingin curiga, namun dia kembali teringat mengenai riset pencarian fakta-fakta yang dia temukan di internet mengenai kota North Emit. Yaitu, kota dengan peringkat kejahatan paling rendah.

 “Siapa namamu?” tanya Jamal.

“Naomi,” jawab Naomi pelan, sedikit lancang gadis itu meneliti penampilan Jamal dari ujung kaki sampai ujung kepala untuk memastikan bahwa Jamal tidak membawa senjata tajam.

“Kau sedang ada masalah?” tanya Jamal lagi.

“Apa urusannya denganmu? Kenapa ingin tahu?” tanya balik Naomi dengan ketus.

To Be Continued..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 146: Permintaan

    Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 145: Serba Salah

    Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 144: Kesialan

    Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status