LOGIN
Di sebuah bidang berbintang tak berujung, pertempuran besar sedang terjadi, pertempuran itu bukan dilakukan oleh para manusia. Melainkan oleh para Dewa-dewi.
Seekor Dewa naga putih mengambil wujud pemuda tampan dengan dua buah tanduk menjulang ke atas di sisi kanan dan kiri dahinya, kondisi dewa naga itu tidak terlalu baik karena sebelumnya ia di sergap/di serang secara diam-diam oleh Dewa-dewi lainnya. Badannya penuh luka dan berlumuran darah, tanduk sebelah kanannya telah patah. Sedangkan yang disebelah kirinya rusak parah, nafasnya terengah-engah karena tenaganya yang mulai melemah, akan tetapi sorot matanya tetap tajam dan menyala. "Haahh... Haahh... Kalian pikir setelah membunuhku kalian akan aman saja?" Ucap sang Dewa naga kepada dewa-dewa yang sedang mengepungnya. "Hmph!! Kadal brengsek, kau pikir kau masih memiliki bantuan dari pihak luar? Asal kau tahu saja, semua Dewa yang berpihak kepadamu telah kami habisi sampai tak tersisa, bahkan kekasih mu!... ... Apakah kau tahu? Raut wajah kekasihmu saat itu terasa sangat nikmat, ekspresi kesakitan dan ketakutan karena mengetahui bahwa kau akan dihabisi itu membuatku merinding bersemangat!" Ucap seorang dewa sambil berjalan maju dengan angkuh. "Bajingaaaaaan!!...." Dewa naga berteriak dengan keras, niat membunuhnya yang sangat besar memancar kemana-mana. Amarahnya tak lagi bisa dibendung. Sang Dewa Naga mengabaikan semua luka dan rasa sakitnya, dia melesat menyerang para dewa secara membabi-buta dengan tubuh yang penuh luka, Dewa naga itu melancarkan serangan yang membuat para Dewa-dewi yang melawannya kesulitan. Jutaan bola energi sihir berwarna putih menyebar kemana-mana lalu meledak, dampak ledakan dari satu bola energinya dapat menghancurkan puluhan planet. Dar! Dar! Dar!... Bukan hanya itu saja, sang Dewa Naga juga menebaskan pedangnya ratusan kali, tebasan pedang sang dewa naga itu memunculkan bilah energi berbentuk seperti bulan bulan sabit yang besar. Bilah-bilah energi itu memotong bintang-bintang di sekitarnya, kemudian ratusan lingkaran sihir dari berbagai elemen bermunculan, lingkaran-lingkaran sihir tersebut menembakkan sihir dengan membabi buta. Dar dar duarr..... Sang Dewa naga berusaha sekeras mungkin meskipun pada akhirnya, dia mati tertusuk beberapa pedang dan terkena beberapa sihir mematikan yang dilancarkan oleh para Dewa-dewi. Tubuh Dewa naga terantai oleh rantai suci yang bersinar terang, kedua tangan dan kakinya terentang. Sorot matanya yang tajam perlahan menghilang. "Keputusan untuk membunuhmu memang benar, meskipun dengan kondisi sekarat seperti itu, kau bahkan bisa membalas serangan yang membuat kami menderita luka-luka berat, namun sekarang semuanya telah berakhir!" Ucap seorang Dewa sambil mengarahkan telapak tangannya ke depan, Dewa itu adalah Dewa yang sama dengan Dewa yang berbicara dengan sombong kepada Dewa Naga sebelumnya. Lingkaran sihir muncul di depan telapak tangan Dewa itu, kemudian lingkaran sihir itu bersinar dengan sangat terang dan menembakkan sebuah energi sihir yang meledak dengan sangat dahsyat sehingga membuat sang Dewa naga mati. Duuarrrrr!!!! Tubuh sang Dewa Naga perlahan menghilang menjadi butiran debu berkilau yang beterbangan, setelah memastikan sang Dewa naga benar-benar mati dan hancur. Para Dewa-dewi itupun bepergian kembali ke tempat mereka masing-masing. Namun tanpa mereka sangka sangka, masih ada seorang Dewi yang secara diam-diam mengamankan secercah cahaya jiwa sang Dewa naga dan membuatnya menjalankan reinkarnasi. Swoooshhh.... Pertempuran Dewa itu terjadi jauh di masa lalu sehingga disebut sebagai legenda bagi orang-orang (manusia) dunia lain, dan lagi cerita tentang perang itu telah sedikit diubah oleh para Dewa melalui utusan-utusan mereka.... Sementara itu di bumi.... Seorang pemuda baru bangun dari tidurnya, dengan matanya yang masih sipit. Dia memaksakan diri untuk bangun dari ranjang/tempat tidurnya, kemudian dia berjalan ke kamar mandi lalu mandi. Gujubuar!! Gujubuar!!... Air mandi yang membasuh sekujur tubuhnya itu membuatnya merasa segar dan rasa ngantuknya menghilang, setelah selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah menengah atasnya. Dia datang ke meja makan yang ada di dapur untuk mengambil selembar roti dan mengoleskan selai coklat ke atasnya, pemuda itu hidup sendiri di rumah yang cukup besar. Kedua orang tuanya bekerja diluar negeri, untuk urusan-urusan rumah seperti bersih-bersih dan sebagainya, akan ada pembantu yang datang nanti. Pemuda itu menaruh kembali toples selainya ke atas meja lalu pergi berangkat sekolah sambil memakan selembar roti di tangannya sebagai sarapan. Setelah menutup pintu dan berdiri di luar, pemuda itu melihat ke atas dan berkata. "Hari ini juga cerah! Tapi entah kenapa aku merasa sedikit tidak enak!" Ucap sang pemuda yang bernama Arya Ruda. Pemuda itu berangkat ke sekolah dengan jalan kaki, semuanya berjalan cukup biasa sampai dia tiba di sebuah jalan sepi. Pemuda itu mendengar suara sekelompok orang di sudut jalan sepi yang ada di persimpangan di depannya. "Hey gendut jelek! Berikan aku semua uang mu sekarang!" Ucap seseorang yang berada di dalam gang sepi. Arya Ruda yang mendengar suara itu merasa penasaran, jadi saat dia melewati persimpangan, dia langsung menoleh ke arah jalan Sepi di samping kirinya. Dan dia menemukan sekelompok siswa preman yang sedang mengerumuni seorang gadis gendut. "Cepat berikan uang mu!" Ucap sang ketua siswa preman sambil menendang jatuh sang gadis gendut. "Tidak bisa Anton, bukankah aku sudah memberikan uang kepadamu kemarin?" Jawab sang gadis gendut yang merasa ketakutan dengan mata yang berkaca-kaca. "Ayolah Tiara Suni, aku ini orang hidup, jadi sudah pasti uang itu sudah ku habiskan, sekarang berikan saja uangmu atau kau akan menyesalinya!" Suara Anton begitu keras dan menggertak sehingga membuat Tiara Suni merasa terkejut dan takut, tubuh Tiara Suni tak bisa berhenti gemetaran. "Cepetan gendut!!!!" Anton mengangkat tangannya kebelakang, dia bersiap untuk memukul Tiara Suni, namun saat dia hendak melancarkan serangannya itu. Tiba-tiba saja tangannya tidak mau bergerak karena di pegangi oleh seseorang yang ada di belakangnya. "Hentikan Anton!" Ucap Arya Ruda sambil memegang tangan Anton dengan nada dan ekspresi dingin. Anton langsung menoleh kebelakang dan melihat ke arah Arya Ruda, mengetahui bahwa orang yang menghentikannya adalah Arya Ruda. Anton langsung berhenti memalak Tiara Suni dengan suasana hati yang kesal, tangannya memberontak dari genggaman Arya. Arya melepaskan tangan Anton dengan sengaja sambil terus menatap Anton dengan tatapan dingin. "Tch! Mengganggu saja, ayo pergi teman-teman!" Ucap Anton lalu pergi bersama dengan anak buahnya. Setelah Anton pergi, Arya Ruda berdiri di depan Tiara Suni lalu mengulurkan tangannya sambil berkata. "Ayo!" Tiara Suni langsung meraih tangan Arya lalu bangun berdiri sambil dibantu oleh Arya. "Terimakasih Arya!" "Em!" Arya menjawab dengan anggukan kecil, kemudian dia berbalik dan lanjut berjalan menuju sekolah. Tiara berdiri diam sambil menatap kagum Arya secara diam-diam dari belakang, kemudian Arya tiba-tiba berhenti berjalan lalu berbalik menghadap ke Tiara Suni dan berkata. "Kenapa kau diam saja? Apa kamu gak mau ke sekolah?" "Ah! Aku mau!" Dengan kikuk Tiara berjalan mengikuti Arya ke sekolah, mereka berdua bukan hanya teman satu sekolah tapi juga teman satu kelas. Anton tidak berani melawan Arya karena Arya adalah siswa yang paling mahir dalam olahraga dan beladiri, saat tahun pertama masuk sekolah. Anton sempat mencoba untuk merundung Arya yang tubuhnya lebih kecil darinya di depan kerumunan kantin. Namun bukan Arya yang dipermalukan justru sebaliknya, Arya langsung membanting Anton yang berusaha memukulnya. Sejak saat itulah Anton tidak berani dan malas berurusan dengan Arya. Sesampainya Arya di kelas, dia langsung duduk di kursinya yang berada di barisan paling belakang. Meskipun dia jago dalam olahraga, dia tidak terlalu populer karena selalu menyendiri. Jeda beberapa detik setelah Arya masuk, barulah Tiara masuk ke dalam kelas. Saat Tiara masuk, pandangan murid-murid langsung tertuju kearahnya. Banyak murid yang menertawakan dan mengejek Tiara. "Pfftt... Lihat si babi gemuk akhirnya datang!" "Dia terlihat acak-acakan, sepertinya Anton merundungnya lagi!" Anton duduk di mejanya dengan beberapa murid duduk di sekelilingnya, dia tersenyum jahat sambil menatap Tiara yang sedang berjalan melewatinya. "Tiara, kau selamat kali ini karena pangeranmu lagi, kamu harus berterimakasih kepada pangeran berkuda putihmu itu!" Ucap Anton sambil tersenyum dengan niat mengejek Arya dan Tiara. "Ahahaha..." Teman-teman Anton tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon Anton yang jelas-jelas sedang mengejek Arya, reaksi Arya biasa saja. Dia hanya duduk diam sambil menyangga dagunya menggunakan tangannya. "Yoo Arya! Bukankah seharusnya kau menarik kursi kekasihmu dan membiarkannya duduk seperti seorang putri!?" Semua murid yang mendengar lelucon Anton langsung saling berbisik ke teman sebangku mereka masing-masing, mereka membisikkan rumor tentang Arya dan Tiara. "Ano... Teman-teman, aku tidak memiliki hubungan seperti itu dengan Arya!" "Teman? Hmph! Memangnya ada orang yang ingin berteman dengan babi gemuk sepertimu!" Ucap seorang gadis cantik populer yang sedang duduk di atas meja sambil dikelilingi oleh gadis cantik lainnya. "Hei Emelyn, kata-kata mu itu sepertinya cukup menyakitkan!" Ucap seorang gadis sambil tersenyum mengejek. Tiara menundukkan kepalanya dan lanjut berjalan menuju mejanya tanpa berkata apapun lagi, lalu saat dia hendak melewati salah satu teman Anton. Teman Anton itu dengan sengaja meletakkan kakinya secara tiba-tiba ke tengah jalan sehingga membuat Tiara tersandung. Saat Tiara hendak jatuh terbanting, Arya langsung menangkapnya dan membuat Tiara tidak jadi jatuh. Pipi Tiara memerah, matanya berkaca-kaca, air matanya yang tak tertahankan mengalir membasahi pipinya. "Hey Heru, kau sengaja menyandungnyakan?" Ucap Arya sambil berdiri di depan Tiara. "Dan juga, bukankah kalian sudah terlalu berlebihan sekarang?" "Oh lihat! Sang pangeran telah marah setelah melihat putrinya hampir jatuh karena tersandung!" Ucap Anton sambil tersenyum mengejek. "Anton apakah kau sadar kalau kau itu seperti anjing yang hanya bisa menggonggong tapi tidak menggigit!" Arya berdiri dengan tatapan dingin dan tajam. "Apa kau bilang?" Anton menggebrak meja dengan keras sambil bangun berdiri, kemudian dia berjalan menghampiri Arya lalu meraih kerah baju Arya dengan kasar. "Apakah kau pikir aku takut kepadamu hanya karena kau pernah membanting ku sekali? Asal kau tahu saja Arya, aku sama sekali tidak takut kepada mu!" Arya dan Anton memasang tatapan tajam yang menatap satu sama lain, suasana kelas menjadi menegangkan. Lalu tiba-tiba saja, muncul sebuah lingkaran sihir pada permukaan lantai kelas. "Hey teman-teman! Sejak kapan lantai kelas kita memiliki gaya lingkaran sebagus ini." Ucap salah seorang murid. Mendengar apa yang di ucapkan oleh murid itu, semua orang langsung menunduk dan melihat ke arah lantai. Lalu tiba-tiba saja lingkaran sihir di permukaan lantai itu bersinar sangat terang sehingga membutakan penglihatan semua orang sementara, saat penglihatan semua orang pulih. Mereka melihat bangunan asing yang megah berwarna putih dengan hiasan mewah seperti di sebuah aula besar dengan gaya Eropa abad pertengahan.Skill pasif Regenerasi Arya tengah aktif mengobati luka-luka di sekujur tubuhnya, dalam waktu singkat sebagian besar luka-lukanya telah pulih. Sang jendral iblis Redrun merasa cukup terkejut saat melihat Arya yang berhasil selamat hidup-hidup setelah terkena semburan nafas naga secara langsung. Area hutan itu sekarang sudah hancur akibat nafas naga dan amukan sihir Tiara saat mengira kalau Arya sudah mati. Kini Arya dan Tiara sedang berdiri menghadap satu sama lain. "Arya, kamu terluka!.." "Aku tak apa, yang lebih penting sekarang adalah dia! Kita harus membuat bajingan itu turun!" Ucap Arya sambil menatap tajam ke arah naga es dan jendral iblis Redrun. "Apakah dia baru saja melihat ke arahku? Dari jarak sejauh ini? Menarik..." Ujar sang jendral iblis Redrun. "Orang sepertinya akan mengganggu di masa depan, jadi aku harus membunuhnya apapun yang terjadi sekarang. Ice Dragon ayo!" Jendral iblis Redrun mndorong telapak tangan kanannya ke depan sambil memerintahkan sang naga untuk
Arya berdiri menyamping di atas dinding sambil memeluk erat Tiara yang tidak sadarkan diri supaya tidak terjatuh, kemudian sang naga es putih yang ada di depannya menyemburkan bola energi yang telah terkumpul di dalam mulutnya.Groarrr!!!!Semburan naga itu sangat kuat hingga mampu menghancurkan beberapa lapis dinding dungeon yang tebal dan keras, untungnya Arya telah menghindari semburan nafas naga itu sambil menggendong Tiara. Swooshh... Arya mendarat di atas kawah air terjun yang membeku, kemudian sang naga lanjut mengeluarkan semburannya lagi ke arah Arya.Groaarr!!! Swooshh...Kaki Arya yang baru saja mendarat di permukaan es langsung kembali melompat untuk menghindari serangan sang naga es.Duaarrr!!!Kekuatan semburannya kali ini tidak sekuat sebelumnya, namun dia menyemburkannya ke arah Arya berkali-kali sehingga membuat Arya tidak bisa berhenti bergerak untuk menghindar.Duar duar duar!!Semburan naga itu meninggalkan jejak kristal es dimana-mana, dia berusaha untuk menyem
Arya dan Tiara berjalan di tengah pegunungan salju yang tinggi lembut, di sekitar mereka terdapat pohon-pohon yang tertimbun oleh salju putih.Jauh di depan mereka, ada sebuah gunung yang jauh lebih tinggi dari pada gunung yang lainnya."Lantai ini jauh lebih luas dibandingkan dengan lantai-lantai sebelumnya, aku mungkin tidak akan bisa mencapai langit-langitnya hanya dalam satu lompatan lagi!" Gumam Arya dalam hati sambil mengernyitkan keningnya.Beberapa menit setelah mereka berjalan di dalam hutan, mereka akhirnya bertemu dengan segerombolan monster Yeti. Monster Yeti adalah monster yang berbentuk seperti kera, namun ukuran dan kekuatannya jauh lebih besar, dan lagi wajahnya sangat mengerikan, dia memiliki taring tajam yang menjulur keluar dari mulutnya."Yeti, beberapa lantai sebelumnya dia menjadi bos monster, tapi sekarang dia mulai bergerombol seperti para kroco yang menyebalkan!" Ucap Tiara yang merasa kesal dan bosan menghadapi banyak Yet
Badai salju berhenti di pagi hari, cahaya terang seperti mentari muncul menembus masuk ke dalam goa melalui mulut goa/pintu masuk.Arya masih mendekap Tiara dengan lembut sampai cahaya sang mentari buatan hampir menyentuhnya, beberapa detik kemudian, kelopak mata Arya berkedut, jari telunjuknya sedikit bergerak.Kemudian mata Arya terbuka perlahan, Tiara yang menyadari hal itu langsung menyambutnya dengan sapaan hangat."Selamat pagi Arya!" Ucap Tiara dengan suara yang sangat lembut dan hangat sampai-sampai membuat salju yang lembut di depannya meleleh karena merasa minder dengan kelembutan suara Tiara.Arya tidak menjawab apapun, bibirnya tetap tertutup rapat, meskipun Tiara mendapatkan balasan dingin dan datar dari Arya, Tiara merasa tidak masalah.Kemudian Arya menarik kedua tangannya yang sedang melingkari tubuh Tiara (memeluknya), lalu dia bangun berdiri dengan acuh tak acuh seolah tidak terjadi apa-apa.Mata Tiara terus melirik ke arah Arya yang terus memasang ekspresi dingin da
Setelah Arya dan Tiara bertemu satu sama lain, mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mencari jalan keluar dari sana bersama-sama.Dengan adanya Tiara yang menemani Arya, melawan para Monster kini menjadi lebih mudah. Dan ada masanya dimana Arya merasa iri kepada Tiara yang bisa menggunakan sihir untuk menyerang dari jauh.Selama perjalanan mereka, Tiara semakin terobsesi dalam mencintai Arya. Sampai-sampai ia selalu menatap Arya setiap saat bahkan saat berada di tengah-tengah pertarungan sekalipun seperti saat ini."Haahh... Arya memang sangat mempesona, dia sangat kuat dan begitu tampan sampai-sampai membuatku meleleh!" Ucap Tiara dengan posisi kedua tangannya yang sedang menyentuh pipinya, kemudian lidahnya menjulur keluar dan menjilat bibirnya yang kering.Tatapan matanya terhadap Arya terlihat begitu intens dan intim.Sementara itu Arya sedang sibuk mengalahkan beberapa Monster raksasa yang ada di depannya, monster-monster raksasa itu memiliki perawakan seperti ora
Setelah membuat pedang dan belati baru, Arya langsung melanjutkan perjalanannya ke lantai yang lebih dalam, dalam perjalanannya itu. Dia bertemu dengan berbagai macam monster tipe baru yang memiliki racun lebih mematikan di banding sebelum-sebelumnya.Skill bertarung Arya menjadi semakin mahir, tebasannya menjadi sangat kuat. Bahkan tekanan angin yang keluar dari tebasannya saja dapat membelah sebuah batu yang sangat keras.1 bulan kemudian...Arya telah melewati lebih dari 50 lantai, sekarang dia sedang berhadapan dengan ratu monster laba-laba.Ratu monster laba-laba itu memiliki setengah badan manusia (perempuan) ke atas, dan setengah badan laba-laba ke bawah. Matanya ada banyak sampai memenuhi jidatnya,Arya berdiri tegak 20 meter di depan ratu monster laba-laba, kedua tangannya memegang erat pedangnya."Menjijikan!" Ucap Arya dengan tatapan dan ekspresi dingin.Arya menatap jijik ratu monster laba-laba di depannya dengan pupil mata yang menyala, di saat sang ratu berteriak keras







