Happy Reading and Enjoy~Dengan bantuan Sebastian akhirnya ia bisa berbicara langsung dengan David. Pemilik klub terbesar bernama David's, yang mengatur jalannya pembunuh bayaran B dengan ukiran kupu-kupu di dahi. Mereka berjanji akan bertemu di salah satu ruangan VIP yang berada di klub itu, hanya berdua tanpa Allard. Selain menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi pada sahabanya itu, Arthur juga ingin menyelidiki tentang Nathalie. Seperti yang dikatakan melalui rumor yang beredar. David masih muda, dengan tubuh tegap dan wajah yang tampan. Lelaki itu sedikit kaku, bahkan sikapnya lebih keras dari Allard. Rahangnya tegas, pembawaannya serius. Ketika ia memasuki ruangan, David sudah menyambutnya dengan sopan. Percakapan mereka mengalir begitu saja, hingga sampai pada titik bagaimana bisa lelaki itu berhasil menjadi pengola klub judi nomor satu. Berlanjut ke hal yang lebih sensitif. Tidak terlalu buruk berbincang dengan David, meski terkesan kaku, lelaki itu cukup terbuka untuk mas
Happy Reading and Enjoy~Seharusnya hari ini ia menemui Tom dan menanyakan kepada lelaki itu tentang keluarga Nathalie, dan apa tujuannya berkeinginan untuk membunuh Nathalie, tetapi tujuannya untuk menemui Tom didahulukan dengan kabar kematian pria itu.Seperti biasa, Arthur sedang duduk sembari membaca laporan-laporan yang harus dikerjakan. Telepon masuk dari bawahannya yang menjaga Tom."Maaf memberitahukan hal ini kepada Anda, Tuan. Tawanan Anda bunuh diri."Arthur langsung berdiri dari duduknya. "Apa katamu?" tanyanya dengan suara dingin."Bukankah sudah kubilang jauhkan seluruh benda tajam yang berada di dekatnya, kau tidak mendengarkan perintahku?" Suaranya terdengar mengerikan.Mengambil pelajaran dari mata-mata Allard yang memilih bunuh diri, Arthur menyuruh bawahannya untuk menyingkirkan semua benda tajam yang berada di dekat Tom. Karena kebanyakan orang yang berputus asa, pasti cenderung memiliki keinginan untuk membunuh dirinya sendiri. Padahal, hanya Tom satu-satunya pel
Happy Reading and Enjoy~Arthur langsung berpaling, memerintah dengan ketegasan yang ia sendiri tidak yakin mampu dilakukannya. Mengingat Nathalie saat ini berada di cengkeraman Tom. "Pegang dia erat-erat, dia juga belum mati! Ikat dia di salah satu sel kita."Kini tatapannya beralih pada Tom yang tersenyum miring. Syukurlah rantai yang mengikat kaki dan tangan Tom belum dilepaskan. Arthur mengepalkan kedua tangannya saat melihat Tom mendekat dan menjilat pergelangan kaki Nathalie yang di pegangnya. Nathalie sendiri menutup mulutnya dengan kedua tangan. Gadis itu menatap takut-takut ke arah Arthur, ingin meminta bantuan. Arthur terkekeh. "Ambil saja dia, aku tak membutuhkannya lagi." Senyumnya terukir sinis. "Lagipula apa yang bisa kau lakukan dengan dua tangan yang terikat itu? Kau tetap tidak bisa membawa Nathalie pergi."Kedua mata Nathalie berkaca-kaca, menatap Arthur dengan bibir mengerucut. Ia ingin melihat cara Nathalie melepaskan dirinya sendiri. Wanita itu harus belajar ma
Happy Reading and Enjoy~ Tatapannya kini beralih kepada Nathalie yang meringkuk di lantai. Ia berjongkok, tersenyum sinis ketika berucap, "Jalang." Arthur memegang tangan Nathalie, menariknya kuat tanpa mempedulikan jeritan wanita itu. Beberapa hari ini banyak pekerjaan yang harus di selesaikannya, jadwal tidurnya terganggu. Dan semua itu bersangkutan dengan wanita yang saat ini berada dalam genggaman tangannya. Wanita yang sialnya berpura-pura polos untuk bisa mengelabuinya. "Ar-Arthur ..." Nathalie merintih, ia langsung berpaling. Rasa jijik hadir saat mendengar Nathalie memanggilnya dengan terbata-bata. Ini pasti peran baru yang dimainkannya. Ah, bukan peran baru, tetapi peran lama yang hampir dipercayai Arthur sebagai sifat wanita itu. "Jangan berpura-pura lagi di hadapanku." Ia menjepit kedua pipi Nathalie. "Siapa dirimu yang sebenarnya, Nathalie. Jangan main-main denganku, kau pikir kau bisa membohongiku?" Demi Tuhan, Arthur tidak pernah memukul wanita. Ia tidak pernah
Happy Reading and Enjoy~Tempat itu gelap, Nathalie hanya berlari karena merasa kesal. Bagaimana bisa Arthur mengatakan ingin menyerahkan dirinya pada Tom, sementara ia memilih ikut karena tidak ingin sendiri dan berpisah dari Arthur. Ia tidak tahu ingin pergi ke mana. Langkahnya berhenti pada satu ruangan yang terbuka luas, ia mengintip secara takut-takut. Bruk! Tubuhnya terjatuh saat ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Kedua lututnya yang putih mencium lantai dengan keras. Nathalie meringis saat merasakan nyeri yang luar biasa. Ia berusaha untuk berdiri, tetapi tubuhnya kembali di tabrak dari belakang. Membuatnya terjatuh lagi. Bibirnya langsung mengerucut. Ia mendongak untuk menatap siapa yang telah menabraknya. Dua orang lelaki sedang bertengkar tepat di hadapannya. Mereka saling menatap dan memegang kerah pakaian masing-masing. Satu memakai topi menodongkan pistol ke arah seseorang yang tidak memakai topi. Pakaian mereka sama-sama hitam. Nathalie tidak bisa mendenga
Happy Reading and Enjoy~"Ti-tidak mau.""Jadi maunya apa?" tanya Arthur lembut. "Apa kau mau aku memukul diriku sendiri untuk menebus kesalahanku? Seperti ini?" Ia mengarahkan tangannya ke wajahnya sendiri, bersiap ingin memukul. Nathalie langsung menghampirinya dan mencegahnya. Mata dan hidung gadis itu masih memerah. Isakan kecil sesekali lolos dari bibirnya. "Kau tidak mau aku memukul diriku sendiri?"Gadis itu menggeleng. "Dan kau juga tidak mau memukulku?"Kini Nathalie mengangguk. "Kalau begitu, cium pipiku."Dengan gerakan yang terlampau cepat Nathalie langsung menolak.Arthur terkekeh. "Kenapa tidak mau menciumku?" "A-aku tidak ma-mau berterima kasih padamu!""Kalau begitu ..." Arthur mendaratkan kecupan singkat di kedua pipi Nathalie. " ... Aku yang akan berterima kasih padamu." Merasa tidak cukup saat melayangkan dua kecupan singkat, Arthur mencium pipi Nathalie bertubi-tubi. "Aku berterima kasih dengan sangat banyak." Di akhiri dengan ciuman di bibir. Ia memeluk Na
Happy Reading and Enjoy~"Mau makan sendiri atau aku yang suapin?"Seusai pertanyaan itu terlontar, Nathalie langsung menggeleng. Entah karena masih marah padanya atau memang gadis itu mencoba untuk mandiri. Dia memunggungi Arthur. "Jika kau perlu sesuatu panggil saja aku, ya?"Lagi-lagi Nathalie mengangguk, rambutnya yang halus mengikuti irama kepalanya ketika bergoyang. Arthur tidak nyaman dengan keadaan ini, ia yakin Nathalie sudah memaafkannya, tapi gadis itu seperti memberi jarak pada Arthur. Atau mungkin ini hanya firasatnya saja karena di dorong rasa bersalah yang besar. Arthur mendekat untuk memberikan kecupan ringan di dahi Nathalie. "Aku di tempat biasa, kau bisa menemuiku di sana."Ia tidak langsung pergi, memperhatikan Nathalie yang hendak turun. Kursi yang ditempati gadis itu sedikit tinggi, ia tidak ingin melihat Nathalie terjatuh karena tidak menginjak anak kursi saat turun. Nathalie tidak menjawab, gadis itu sibuk menggoyangkan kepalanya dengan gembira saat menyendok
Happy reading and Enjoy~Bau yang tidak asing, besi karat, anyir darah. Suara teriakkan kesakitan yang menggema. Perlahan kesadaran Nathalie kembali, wanita itu membuka kedua matanya. Awalnya ia ingin memejamkan matanya, karena biasanya silau matahari membuat pandangannya mengabur, tetapi kali ini berbeda. Matanya yang masih sayup-sayup terbuka lebar ketika mendapati kedua tangannya terikat. Ia berada di sebuah ruangan sempit, dadanya bahkan terasa sesak. Nathalie kembali memejamkan matanya, mencoba tenang dengan mengatakan bahwa ini hanya mimpi buruk. Pasti ketika ia membuka mata untuk kedua kalinya, Arthur sudah menyiapkan sarapannya. Mengerutkan dahinya karena merasa bahwa ini tempat yang asing, ia segera bangkit. Tubuhnya tertekuk dan kedua kakinya juga diikat. Apa-apaan ini! Arthur, kemana Arthur. Tadi ia ke taman bermain bersama Arthur. Seketika firasat buruk menumpuk menjadi satu, Nathalie mencoba untuk berusaha berpikir bahwa sekarang ia baik-baik saja dan hanya mimpi. Tena