"Sayang, kamu ada di dalam sama siapa?"Alex dan Bunga terkejut, itu suara Dewi. Mereka berduapun sangat panik. Alex mencoba menyembunyikan Bunga dalam lemari besarnya.Kamu ngumpet di sini dulu." ucap Alex, setelah itu dia mengunci lemari bajunya dan melatakan kunci dalam saku celananya."Lex, buka pintunya. Kamu enggak lagi nyembunyiin sesuatu dariku kan?" Dewi menggedor pintu dengan keras karena marah. Cepat-cepat Alex membuka pintu sebelum Dewi merusak pintu kamarnya."Dateng kok enggak bilang-bilang sih, sayang." ucap Alex setelah membuka pintu."Kenapa harus bilang dulu, suka-suka akulah mau datang kapan saja. Aneh!""Maksudku--""Maksudmu apa? takut ketahuan kalau kamu bawa cewek lain ke rumah ini?" potong Dewi."Cewek apa? jangan asal tuduh!" sangkal Alex."Tadi aku denger ada suara cewek di kamar ini. Kamu pasti ngumpetin dia sekarang kan?"Alex mencoba kembali menyangkal, "Tadi aku lagi teleponan sama adikku, jangan salah paham!""Sejak kapan kamu punya adik? kamu pernah bil
Pov Author"Apa Alex sudah menyadari kalau aku sudah mengetahui identitas aslinya sekarang?" lirih Dewi sembari fokus menyetir, di liriknya spion mobilnya. Dia melihat orang-orang itu ternyata mengikuti. Dia panik dan terus melajukan mobil."Semoga aku bisa lari dari kejaran orang-orang Alex!" ucap Dewi sambil menambah laju mobilnya.Mobil Dewi terus melaju cepat, bagitupun mobil orang-orang suruhan Alex."Aku harus berhenti di suatu tempat yang aman sebelum tertangkap. Tapi dimana?" Dewi terus mencoba berpikir, dia tak mau tertangkap orang-orang jahat itu."Kantor polisi? Bagus!" Tak jauh dari tempat Dewi, terlihat kantor polisi. Saat Dewi hampir sampai, tiba-tiba sebuah truck dari arah berlawanan tiba-tiba menabrak mobilnya. Benturan dua kendaraan tersebut cukup keras membuat mobil Dewi terbalik. Beberapa warga yang melihat kecelakaan itu, berbondong-bondong mengeluarkan Dewi dari dalam mobil sebelum mobil yang di tumpanginya terbakar.Dengan susah payah warga berhasil mengeluarkan
"Bisa kamu jelasin tentang foto ini sebelum kami meninggalkan rumah ini?" tanya Alena dengan ketus.Harry membuka sebuah amplop berisi fotonya yang sedang di peluk oleh Alea. Dia bingung harus menjelaskan apa. Kalau sampai dia tahu Yudi berulah lagi, dia takut Alena makin panik. Tapi jika dia tak jujur, rumahtangganya bersama Alena akan berakhir karena kesalahpahaman ini."Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?" ucap Harry sembari memijit pilipisnya. Dia lelah dan sedang banyak pikiran, lalu kepulangannya disambut dengan sebuah masalah lagi."Kau tak perlu tahu darimana foto-foto ini. Sekarang aku beri waktu sebentar untukmu menjelaskan semua ini."Harry menghela nafasnya, "Hubungan kita sudah berjalan cukup lama dan kau masih belum cukup mengenalku. Kau bertanya penjelasanku karena kau tak mempercayaiku, kan?" Alena membuang muka, "Semua orang bisa berubah, termasuk kamu. Tidak selamanya orang mampu bertahan pada kesetiaannya.""Aku kecewa dengan ucapanmu, Len. Sangat kecewa!""Jadi
"Jangan tegang gitu dong sayang, mau lelaki atau perempuan menurutku tidak masalah." Ucap Harry ketika akan memasuki ruangan untuk USG. Sekarang usia kandungan Alena memasuki minggu ke 20, jadi dia dan Alena akan segera tahu jenis kelamin anak mereka."Tapi aku tahu, dalam hati kamu maunya anak lelaki. Aku takut buat kamu kecewa." balas Alena.Tangan Harry menggenggam Alena, "Sebenarnya itu keinginan yang tidak harus terkabulkan. Kamu nggak usah takut aku kecewa. Yang penting bagiku anak kita sehat, kalau lelaki ya syukur dan kalaupun perempuan aku juga tetep seneng kok!" "Beneran kan?" tanya Alena lagi."Ya, sekarang biar dokter memeriksa. Aku nggak sabar liat keadaan anakku didalam." ujar Harry."Permisi Dok!" sapa Harry setelah memasuki ruang pemeriksaan."Masuk Pak Harry dan Ibu Alena. Wah ibu Alena keliatan tegang banget hari ini, nggak rileks seperti biasanya." ucap Dokter Diana."Istri saya tegang karena hari ini dia sudah nggak sabar banget pingin lihat jenis kelamin anak ka
"Ini kamarmu, aku harap kamu akan merasa nyaman meski hanya tinggal sementara di rumah ini." ucap Alena saat mengantar Alea ke kamar tamu."Terimakasih, Mbak. Aku pasti akan betah karena aku tak punya tempat tujuan lain untuk menyembunyikan kehamilanku. Selama ini aku sudah selalu berpindah-pindah tempat untuk menutupi masalah ini agar tidak di ketahui keluargaku." cerita Alea. Kegeraman Alena beberapa saat yang lalu hilang sudah mendengar perjuangan Alea menutupi kehamilannya selama ini. Alena mengira wanita itu pasti sangat menderita selama ini."Kamu akan aman di sini, aku dan Harry akan terus menjaga rahasia ini dari keluargamu. Sekali lagi aku minta maaf telah membuatmu ikut terkena dampaknya seperti ini." Alena mengusap punggung wanita malang yang ada di depannya."Aku hanya minta kamu akan menepati janjimu untuk membiarkanku tinggal di sini sampai anakku lahir dengan begitu mungkin saja suatu saat aku bisa memaafkan kejadian ini." Alea pandai sekali berdrama. Apa yang diucapkan
Alea tengah patah hati dalam kamarnya. Perutnya makin membesar, tapi usahanya menarik perhatian Harry tidak berhasil. Harry dan Alena justru makin terlihat memamerkan kemesraan di depannya.Tok...tok...tok!Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.Cekleekk...Alea membuka pintu sambil memasang senyum palsu."Kita makan bersama Alea, Harry sudah menunggu di ruang makan." ajak Alena."Aku siap-siap dulu Mbak, kalian tunggu sebentar, ya!""Ok!" jawab singkat Alena kemudian melangkah pergi menuju kembali ke ruang makan.Setelah Alena pergi, Alea memoles bedak ke wajahnya. Mematutkan diri di depan kaca agar bisa terlihat lebih menarik oleh Harry.Setelah selesai memoles wajah yang terlihat sedikit berlebihan untuk sekedar makan malam di rumah, dengan percaya diri Alea berjalan menuju ruang makan."Masih sempet dandan kamu, Alea. Padahal kami sudah sangat kelaparan menunggumu disini." sindir Harry. Alena menginjak kaki Harry, takut Alea tersinggung.Mata Alea sedikit berair, mendapat ken
"Kau bisa menangis juga Lea. Ku harap ini tulus, bukan sekedar tangisan palsu."Alea mengelap cairan bening yang jatuh di wajahnya. Lalu menoleh ke arah tiga orang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tempatnya di rawat."Tutup mulutmu, Harry. Dalam kondisi seperti ini pun kamu masih saja berbicara kasar terhadapku. Dimana rasa empatimu?"Mata Alea kembali berkaca-kaca. Dia masih terpukul karena kehilangan janinnya, tapi Harry kembali berucap kasar terhadapnya."Kau calon ibu, harusnya kau tidak bertindak gila seperti ini. Untung tidak terjadi apa-apa dengan istriku kalau sampai dia dan anakku terluka, akan ku kejar kamu sampai keujung dunia manapun." lanjut Harry. Wajah marah Alea berubah pucat, dia tak habis pikir, bagaimana bisa Harry tahu perbuatannya padahal seingatnya dia sudah sangat hati-hati menjalankan aksi jahatnya."Aku tidak tahu apa maksudmu. Kalau kedatanganmu hanya untuk menuduhku yang bukan-bukan mending kalian semua angkat kaki dari sini!" telunjuk Alea menunjuk ke
Ting tong...!Seseorang menekan bel di rumah Bunga. Bergegas Bunga melangkah untuk membuka pintu rumahnya."Mawar yang sangat cantik, ini pasti dari Alex!" Bunga tersenyum sambil mengedarkan pandangan ke sekitar rumahnya. Dia mendapati bunga mawar tergeletak begitu saja di depan pintu rumah, namun tak menemukan siapa pengirimnya. Karena dia yakin Bunga tersebut dari Alex, dia kemudian mengutipnya lalu mencium harumnya aroma mawar tersebut."Apa Alex sedang main petak umpet?" kekehnya. Karena penasaran dia keluar pagar untuk mencari keberadaan kekasih hatinya.Senyum Bunga memudar ketika melihat beberapa lelaki berbadan kekar ada di depan pintu gerbang rumahnya."Kalian cari siapa?" tanya gemetar Bunga.Salah satu lelaki itu menjawab, "Bos kami ingin bertemu dengan anda. Ikutlah dengan kami secara baik-baik.""Siapa bos kalian? ada kepentingan apa dia denganku?" Bunga masih terlihat gemetar."Kami tidak bisa memberitahu anda sekarang. Tolong ikut kami tanpa perlawanan, kami janji tidak