Pov Alex"Lex, kamu menyembunyikan seorang wanita di kamar ini?" tanya Papah dengan sangat marah. Rahangnya mengeras, aku tertunduk tak bisa berkata-kata.Sebelum aku keluar kamar, Mbak Calista memang bilang mau mandi, mungkin saat dia ada dalam kamar mandi dia panik mendengar suara Papah dan Mamah, jadi dia melupakan barang pribadinya itu hingga akhirnya tertinggal di kamar mandi.Papah menarik kerah bajuku, matanya terlihat merah saat dengan terpaksa aku membalas tatapan matanya."Jawab pertanyaanku, anak nakal!" teriaknya. Tangannya terangkat ingin menamparku tapi Mamah menghentikannya."Pah, jangan!" teriak Mamah. Akhirnya tangan Papah hanya menggantung di udara."Sekarang jawab pertanyaan Papah, kamu menyembunyikan seseorang di kamarmu kan?" tanya lagi Papah, aku tidak bisa terus diam. Aku akhirnya mengangguk karena terpaksa."Maafkan aku, Pah!"Plak!Papah kali ini tidak bisa menahan amarahnya lagi. Satu tamparan darinya terasa sangat menyakitkan. Senakal-nakalnya aku selama ini
Pov Harry"Papah sudah minta izin sama wali kelasmu, dia bilang enggak apa-apa kamu enggak masuk hari ini." ucapku pada anak kesayanganku. Meskipun aku terlihat sangat keras dan jahat saat mendidiknya dari lubuk hatiku yang paling dalam aku sangat menyayanginya. Aku sangat paham kenakalannya karena ulahku juga yang jarang menpunyai waktu banyak untuknya. Kesibukanku membuatku sering lupa waktu dan melupakan bahwa ada seorang anak yang membutuhakanku di banding uang dan segala kemewahan yang ku berikan padanya."Pah, Papah percaya sama aku kan kali ini?" tanya Alex, aku tak menjawab. Rasa syok dan kecewa karena kejadian tadi masih ku rasakan. Aku tak mau anak itu mengira aku sudah memaafkannyaAkupun pergi begitu saja menuju kamar dan berdiri di balkon. Istriku mengikutiku dari belakang, aku tahu dia sama kecewanya dengan aku karena perbuatan anak kami."Pah, sabar ya. Ini salah Mamah yang terlalu sibuk mengurus Kafe sampai-sampai enggak punya banyak waktu mengurus Alex." ucap istriku
Pov AlexMalam yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Aku akan membongkar semua kebohongan Mbak Calista. Semua ceritanya tentang Ayah tirinya aku pastikan juga kebohongannya saja.Mbak Calista nampak gelisah, aku senang melihatnya yang seperti itu. Siapa suruh dia sudah memfitnahku."Pah, kami ikut ya, Mamah takut kalian diapa-apain Ayah tiri Calista." ucap Mamah. Papah memang melarangnya ikut itu karena Papah belum tahu apa yang akan terjadi nanti."Mah, jangan khawatir gitu. Aku yakin banget ya, kalau soal Ayah tirinya juga cuma karangan Mbak Calista." aku tak menyerah meyakinkan Mamah kalau ini semua hanya karangan Mbak Calista saja."Jangan berpikiran buruk terus dengan Calista dong, Lex. Dia lagi mengandung cucu Mamah."Payah, Mamah sudah mulai percaya omong kosong Mbak Calista. Padahal sebelumnya dia terlihat kurang suka pada wanita tukang ngarang itu. Mbak Calista tersenyum puas kearahku karena di bela Mamah."Lihat saja nanti ya, kalian baru akan tahu watak asli wanita i
Pov Harry"Siapa yang sedang hamil?"Tiba-tiba datang seorang lelaki seumuranku bersama orang-orangnya. Aku yang sudah mengira hal ini pasti terjadi cepat-cepat mengetik sesuatu pada orang bayaranku. Ya, sebenarnya dari awal aku sudah curiga ini akan terjadi. Jadi aku menyiapkan orang bayaran tanpa sepengetahuan siapa-siapa.Calista dari awal sudah menceritakan betapa kejam Ayah tirinya. Entah kenapa aku percaya Calista. Dia bukan penipu, dia wanita baik yang hanya sedang terjebak keadaan saja.Lagipula sejak kedatangan Calista, anakku Alex menjadi lebih baik dan penurut. Aku akan membantu Calista keluar dari masalahnya."Calista, Pak. Tapi itu bisa saya urus. Saya akan membereskan jan*n yang tidak di harapkan itu!""Ayah kejam!"Tangis Calista pecah. Aku benar-benar melihat kebencian bercampur ketakutan Calista pada Ayah tirinya."Kamu masih terlalu muda jadi kamu tak tahu mana yang baik mana yang tidak. Sudah nurut saja sama Ayah!" bentak lelaki kolot itu."Menggugurkan kandungan Ca
Pov Alex"Maafkan aku, aku tak punya pilihan lain selain menjebakmu agar menikahiku. Aku terpaksa berpura-pura hamil, sekali lagi aku minta maaf!" ucap Mbak Calista setelah kami berada dalam kamar."Kamu egois Mbak. Aku mencintai orang lain. Kamu merusak hidupku. Kamu merusak masa depanku!" teriakku marah pada Mbak Calista."Aku takan membatasimu setelah pernikahan kita. Kamu boleh terus mendekati wanita yang kamu sukai itu!"Aku menatap marah kearah Mbak Calista."Lalu bagaimana dengan orangtuaku?"Mbak Calista terdiam."Kamu lihat sendiri kan Mbak, Papahku sampai babak belur seperti itu karena ia ingin melindungi cucunya yang dia pikir benar-benar ada dalam perutmu!"Mbak Calista meneteskan air mata."Maaf!" kata itu saja yang keluar dari mulut Mbak Calista."Kamu pikir kata maafmu cukup untuk mengobati rasa sakitku melihat orangtuaku seperti itu Mbak?"Mbak Calista makin terisak."Aku terus mencoba menggagalkan rencana pernikahan kita, melihat orangtuaku bersemangat seperti itu kam
Pov AlexPagi telah tiba, Mbak Calista membangunkanku dengan sangat lembut. Hari ini aku harus berangkat ke sekolah. Orang-orang suruhan Papah akan mengawasiku dari jauh, jadi Papah bilang tidak masalah aku pergi sekolah.Papah mengembalikan kunci motorku lagi, akhirnya motor kesayanganku telah kembali padaku. Aku merasa senang sekali.Mbak Calista menyiapakan semua keperluan sekolahku, termasuk menyiapkan seragam sekolahku. Cukup terbantu juga dengan perubahan yang tiba-tiba terjadi ini."Lex, semalam kamu kemana enggak masuk sekolah, di telepon nomormu juga enggak aktif?" tanya Siska di jam istirahat kami. Kami mengobrol di halaman sekolah sambil melihat kakak kelas kami sedang bermain basket."Semalam aku ada acara sama keluarga." jawabku asal."Sepi banget enggak ada kamu Lex. Rasanya ada yang kurang gitu." ucap Siska. Aku menoleh kasian kearahnya. Jika seandainya dia tahu aku akan segera menikah, aku tak tahu betapa hancurnya hati wanita ini."Alex, awas!"Siska mendorongku, seba
Pov SandraNamaku Sandra, aku ibu dari Calista, anakku yang sangat malang. Aku membohongi Calista dengan mengatakan Ayahnya telah meninggal. Aku terpaksa berbohong karena aku takut putri semata wayangku itu membenciku saat tahu masalaluku.Suami pertamaku adalah orang yang sangat baik. Kami di karuniai Calista saat usia pernikahan kami menginjak dua tahun. Suamiku saat itu sangat bahagia, penantian kami selama dua tahun akhirnya berakhir juga.Setelah usia Calista satu tahun aku di bawa ke rumah salah satu teman bisnisnya. Saat itu entah apa yang ada dalam kepalaku, bisa-bisanya aku tergoda dengan ketampanan rekan bisnis suamiku sendiri.Di belakang suamiku lelaki itu selalu bermain mata kearahku. Lalu diam-diam dia meminta nomor teleponku lewat asisten pribadinya. Aku yang memang mengagumi ketampanannya memberikan langsung nomor teleponku.Haripun terus berlalu, saat suamiku bekerja aku tak segan mengundang lelaki selingkuhanku ke rumah. Aku menyuruh baby sitter Calista dan pembantu
Pov Alex"Kamu masih saja hebat Mas!" puji Tante Dewi pada suaminya."Makin berumur kamu juga makin keren saja!" sambung Tante Bunga. Mereka berdua kompak sekali memuji suami mereka. Om Yudi tersenyum penuh percaya diri kearah dua istrinya."Kalian paling bisa buat Mas GR!" balas Om Yudi."Makasih, Yud. Kalau tidak ada kamu pernikahan putraku tidak akan selancar ini." ucap Papah."Om keren!" pujiku pada lelaki yang beberapa hari lalu keluar dari penjara itu."Kalian jangan memujiku berlebihan gini. Ini semua kan berkat kekompakanku dan Harry mengusir para penjahat itu!""Iya Mas, pokoknya kalian berdua sama-sama keren tadi!" kini Mamahku memuji mantan suaminya itu. Wajah Om Yudi terlihat salah tingkah. Sepertinya Om Yudi masih menyimpan sedikit perasan sama Mamah."Kita bersulang dulu." ucap Papah, kami semua menurut dan bersulang dengan penuh keceriaan.Acara pesta pernikahanku memang sangat sederhana, namun karena kedatangan Om Yudi dan dua istrinya terasa sangat meriah. Aku banyak