Pov Harry"Aku tidak pernah menganggapmu sekedar pelampiasan saja. Aku hanya memintamu sedikit bersabar, setelah semua masalahku beres, kita akan segera menikah. Aku janji." ucap pelan Alena. Aku tersenyum mendengarnya. Kecemburuan telah menyadarkanku bahwa begitu besarnya rasa cintaku pada Alena. Meski aku belum menjanjikan apapun tentang masa depan hubungan kami, dia terus membuatku yakin bahwa cintanya layak ku perjuangkan. Pelan-pelan aku mulai sadar, kalau aku tak bisa lepas meski hanya sesaat dari hidupnya.Prang!Bik Marni menjatuhkan gelas yang ada di tangannya, "Apa yang sedang kalian bicarakan?"Aku dan Alena terkejut, kami tak tahu sejak kapan Bik Marni menguping pembicaraan kami berdua. Yang jelas ini firasat yang tak bagus untuk hubungan kami ke depannya. Sudah ada orang lain yang tahu tentang hubungan rahasiaku dengan Alena, pelan-pelan semua ini pasti akan terbongkar.Aku dan Alena mendekat ke arah Marni."Kita bisa jelaskan, Bi." Aku memegang bahu Bik Marni namun dia s
Pov Author"Sinta, kamu di sini?" tanya Harry terkejut. Bram dan Yudi menatap Harry dan Sinta bergantian, "Kamu mengenal sopir temanku?" tanya Bram pada Sinta, Harry panik dan berharap Sinta tak jujur pada semua orang tentang hubungan mereka di masalalu. Apalagi sampai membongkar identitas Harry di depan mereka."Ya, Om. Kami saling kenal. Aku izin sama teman Om untuk bawa Harry sebentar."Sinta kemudian menatap ke arah Yudi, "Boleh, ya Om? plisss!" mohon Sinta. Yudi yang mengagumi kecantikan Sinta hanya bisa mengangguk, "Tentu saja boleh.""Terimakasih, Om." balas Sinta."Kok, Om sih! Aku masih muda loh! paling cuma selisih berapa tahun sama kamu!" protes Yudi."Terus mau di panggil apa?" tanya Sinta menggoda Yudi."Panggil Mas saja. Lebih terlihat akrab."Sinta terkekeh, "Ada-ada aja Om ini."Sinta langsung menarik tangan Harry mendekat ke arah mobilnya."Tunggu!" teriak Yudi dengan wajah kesalnya karena di acuhkan Sinta."Ya, Om?""Saya cuma mau minta kunci mobil sama Harry!" ucap
"Maaf, Om. Saya masih waras. Stock pria single banyak, seperti tak laku saja mau menikah dengan lelaki beristri seperti anda."Wajah Yudi merah seperti kepiting rebus mendengar penolakan Sinta yang terang-terangan terhadapnya."Sin,, kita pulang." Ajak Bram pada Sinta. Dia tahu Yudi sangat malu, tapi dia berusaha menahan tawanya karena tak mau temannya tersinggung."Bentar, Om. Aku lupa sesuatu."Sinta tiba-tiba mengambil ponsel di saku baju Harry. Kebetulan Harry memang tak memakai kata sandi di ponsel buruknya. Lalu menekan nomornya dan melakukan panggilan. Sinta tersenyum setelah berhasil mendapatkan nomor Harry. Harry hanya pasrah karena tak mau berdebat dengan Sinta di depan Yudi dan Bram."Nanti malam, aku telepon!" ucap Sinta kembali memberikan ponsel milik Harry."Kami permisi, dulu Pak Yudi. Kapan-kapan pasti kami akan berkunjung ke rumah anda lagi." ujar Bram. Yudi yang sedang merasa patah hati kembali mempunyai harapan untuk menaklukan hati Sinta."Benarkah? saya akan senan
Pov Yudi "Harry, sialan! aku sakit perut. Kenapa kau malah mengunciku dari luar!" teriakku sambil memegang perutku yang sangat sakit. Sudah dua puluh menit aku berteriak namun Harry belum juga menampakan batang hidungnya. Kemana dia? "Harryyy....buka pintunya!" teriakku lagi menggunakan seluruh tenagaku untuk berteriak. "Pak Yudi anda ada di dalam?" tanya Marni, aku lega karena akhirnya ada juga yang mendengarkan teriakanku. "Iya, Bik. Tolong buka pintunya. Harry mengunciku di dalam, sekarang aku sakit perut." "Sebentar pak, saya telepon Harry dulu. Harry menggembok pintu dari luar, mungkin dia buru-buru pas saya suruh dia pergi ke apotik beli obat sakit gigi. Jadi dia lupa kalau ada bapak ada di dalam." jawab Bik Marni. "Tolong cepat suruh dia pulang, Bik. Lagian aneh-aneh saja dia pakai acara lupa segala kalau saya ada di dalam." "Ba...baik, Pak. Saya akan menyuruhnya cepat pulang." Aku mencoba tidak panik, ku sandarkan pelan tubuhku ke bibir ranjang dengan posisi hampir tidu
Pov Yudi"Len, kali ini jangan tolak Mas lagi, ya. Mas akan berikan apapun yang kamu mahu. Mas janji!"Aku melonggarkan pelukanku. Aku mencoba mencium Alena namun dia kembali melakukan perlawanan. Dia mendorong tubuhku sampai aku benar-benar marah."Cukup Alena, kesabaranku sudah habis berlembut-lembut denganmu!"Rahangku mengeras, Alena makin nglunjak jadi istri. Dulu dia penurut, tapi sejak aku menikah lagi, dia menjadi pembangkang seperti ini. Aku harus bersikap lebih tegas lagi agar dia bisa kembali menjadi istri penurut.Ku dorong Alena hingga tubuhnya membentur tembok."Kali ini kamu tidak bisa melawan lagi!"Wajah cantik Alena berubah ketakutan. Aku suaminya, kenapa dia melihatku seperti melihat hantu. Keterlaluan! sebegitu takutnya dia menjalankan kewajibannya sebagai istri sampai dia terlihat begitu ketakutan padaku.Tok...tok...tok...!Sialan! siapa lagi yang berani menggangguku. Baru saja aku mau memulai, tapi ada saja pengganggu."Pak Yudi, maaf. Ada yang cari bapak di lua
Yudi keluar dari kantor Bram dengan perasaan lega. Bram dan kakak Bram akan berinvestasi untuk menolong perusahaannya dari kebangkrutan.Harry membuka pintu mobil untuk majikannya, setelah itu menutupnya kembali setelah Yudi masuk ke dalam.Yudi menanyakan perkembangan pencarian Rani pada anak buahnya melalui telepon. Saat anak buahnya mengatakan belum mengetahui keberadaan Rani, Yudi memaki-maki mereka. Harry tersenyum tipis melihat Yudi semarah itu pada anak buahnya."Apa anda baik-baik saja, Pak?" tanya Harry pura-pura takut melihat kemarahan bosnya."Gara-gara Rani, perusahaanku hampir saja bangrut!" jawab Yudi dengan penuh emosi."Hampir? itu berarti Yudi berhasil membujuk Bram?" batin Harry."Aku tak menyangka, Rani adalah orang yang sangat berbahaya. Cuma gara-gara aku tak mau menikahinya, dia membuat kekacauan sebesar ini!"Lagi-lagi Harry tersenyum tipis. Yudi tak tahu, kalau kekacauan yang terjadi bukan dilakukan oleh Rani seorang. Bahkan Harrylah yang menjadi otak di balik
"Apa enggak cukup penderitaan yang Mas berikan pada mereka selama ini sampai-sampai Mas tambah lagi dengan siksaan seperti ini?"Yudi terdiam sesaat. Dia membenarkan ucapan Alena, namun tetap saja dia tak mau mengakui kesalahannya di depan tiga istrinya."Bilang sama dua madumu, kalau tidak mau hal seperti ini terjadi lagi, tolong jaga sikap mereka. Jangan kaya anak kecil seperti tadi!"Yudi meninggalkan Alena dan yang lainnya. Kemudian menemui kembali Sinta dan Bram."Maaf, istri-istriku kembali membuat masalah." Ucap Yudi sembari duduk di kursi."Jadi malam ini anda gagal mendekatkan saya dengan Alena?" bisik Bram pada Yudi."Maaf. Keadaan sedang kacau. Lain kali saya janji akan membantu anda." ujar Yudi menyesal.Bram terlihat berpikir, "Bagaimana kalau besok suruh Alena pergi menyusul anda ke kantor. Terus nanti saya suruh pereman menghadangnya di jalan. Lalu saya datang pura-pura menghajar pereman itu. Gimana pak?""Apa ini tidak terlalu berlebihan, Pak?" tanya Yudi kurang setuj
"Aku akan laporkan kamu ke Pak Yudi! kamu pasti akan di pecat!" ancam Bram. Harry yang sudah sangat marah dengan kelakuan Bram dan Yudi sudah tak pedulikan ancaman Bram lagi."Laporkan saja. Saya tak takut!" Harry melepaskankan cengkalan tangannya, kemudian menggandeng Alena masuk ke dalam mobilnya.Tanpa mereka sadari, sosok dalam mobil hitam besar tengah memperhatikan mereka. Sosok itu adalah Yudi. Yudi memang mengatakan setuju dengan ide Bram, tapi hatinya tetap tak terima patner bisnisnya itu berusaha mendekati Alena. Dia menggunakan cara liciknya untuk menggagalkan rencana Bram. Dia yang membayar pereman untuk mencegat mobil orang-orang bayaran Bram. Dia juga yang menyuruh pereman untuk menghajar Bram hingga babak belur. Awal mulanya ia menikmati pemandangan yang ada di depannya, namun saat tiba-tiba istrinya memeluk Harry, moodnya berubah seketika.Setelah melihat istri dan sopirnya masuk dalam mobil, Yudi melajukan mobilnya. Dia kembali menuju kantornya menggunakan mobil yang