Share

Pamer Istri Lagi

Pov Author

 

"Len buka pintunya!"

 

Yudi terus mengetuk pintu. Alena lebih dulu memastikan Harry sudah sampai ke bawah baru kemudian dia membukakan pintu untuk suaminya.

 

"Kalau kamu enggak suka Mas belikan mobil untuk Bunga kamu tinggal ngomong secara baik-baik. Enggak usah main kabur seperti ini. Kayak anak kecil saja kamu!" bebel Yudi.

 

Alena berpura-pura manyun meski hatinya sedang merasa berbunga-bunga karena hubungannya dengan Harry sudah membaik.

 

"Istri baru Mas tak punya etika. Baru datang sudah membuat masalah. Masa semua yang ku miliki dia ingin milikku juga!"

 

"Jadi mas harus berbuat apa? Kalian sama-sama istri Mas!" tanya frustasi Yudi.

 

"Jangan belikan dia mobil seperti yang Mas janjikan padaku tadi. Dan tolong kasih tahu dia mulai sekarang jangan lagi berpikir memiliki semua barang seperti kepunyaanku. Mengerti?"

 

Yudi menjambak rambutnya sendiri, kepalanya sudah sangat sakit menghadapi sikap egois semua istrinya.

 

"Baiklah. Sudah jangan ngambek lagi, Mas akan turuti keinginanmu kali ini. Mas janji enggak akan belikan Bunga mobil dan barang lainnya tanpa izinmu!"

 

"Sungguh?" ucap Alena dengan wajah yang di buat sebahagia mungkin.

 

"Tentu saja. Mas akan bicara padanya setelah ini. Kamu senang?" 

 

"Iya, Mas. Makasih ya."

 

"Iya. Sebagai gantinya kamu juga harus janji mulai sekarang jangan pernah lagi ngambek-ngambek enggak jelas seperti tadi."

 

"Iya, aku janji." ucap lembut Alena sembari mengangguk.

 

Yudi tersenyum kecil melihat Alena tak marah lagi. "Kamu tak keberatan kalau malam ini aku tidur dengan Bunga, kan?" tanya Yudi yang merasa bersalah karena sebenarnya malam ini jatahnya tidur di kamar Alena.

 

"Tentu saja tidak keberatan. Mas bersenang-senanglah dengan Bunga malam ini. Jangan pikirin aku dulu!"

 

Yudi bernafas lega, dia sempat takut Alena kembali marah namun ternyata tidak. Dia sengaja tidur di kamar Bunga agar Bunga tak marah karena dia tidak jadi membelikan Bunga mobil.

 

"Ok Mas pergi dulu. Tidur nyenyak, ya!" pamit Yudi sambil mengecup kening istri pertamanya.

 

"Pasti Mas. Mas juga, selamat bersenang-senang, ya!"

 

Yudi berjalan ke lantai tiga dimana kamar Bunga berada.

 

"Mas tidur di sini?" tanya Bunga yang heran melihat suaminya mau tidur di kamarnya. Karena ia tahu malam ini jadwal Yudi bersama Alena.

 

"Ya, Alena lagi dapet soalnya." ucap Yudi beralasan.

 

"Owh." balas singkat Bunga. "Soal mobil yang aku minta gimana Mas? Jadikan besok kamu belikan aku?"

 

Yudi menghela nafas berat, "Maaf Bunga, Mas enggak bisa turuti kemauanmu kali ini."

 

"Apa Mas? Tadi Mas setuju tapi kenapa sekarang tidak?" geram Bunga.

 

Yudi kembali merasa kepalanya mau pecah, istri ketiganya marah karena dia tak jadi membelikannya mobil.

 

"Alena marah jadi tolong kamu paham posisi Mas. Mas enggak mau berantem sama dia. Sejak Mas menikah lagi Mas lebih banyak berantem dari pada baikkan dengannya.”

 

Sudah Bunga duga kalau Alena dalang di balik ini semua.

 

"Kalau Mas lebih takut sama ancaman mbak Lena mending aku yang keluar dari rumah ini. Mas itu berani ambil resiko nikah tiga jadi harus tegas dong, masa di ancam gitu saja takut! Sekarang Mas pilih aku yang keluar dari rumah ini atau Mbak Lena yang keluar dari rumah ini!" ancam Bunga. Bukan takut Yudi malah membentak Bunga karena sudah berani mengancamnya.

 

"Mau kalian sebenarnya apa sih? Jangan buat mas mati muda karena stres mengurus sikap kekanak-kanakan kalian!" teriak Yudi yang sudah mulai merasa tak suka melihat tingkah kekanak-kanakan para istrinya.

 

"Kalian mau keluar dari rumah ini? silahkan keluar, kalian pikir Mas takut dengan ancaman kalian!" lanjut Yudi lagi.

 

"Kemasi barangmu! Kamu punya ongkos pulang ke rumahmu?" tantang Yudi. Bunga menggeleng takut-takut. Biar bagaimanapun juga dia hanya mengancam Yudi tadi. Tak sungguh-sungguh ingin keluar dari rumah mewah tiga lantai itu. Diapun tak mau orang tuanya kecewa kalau dia pulang dengan status janda padahal baru beberapa hari menikah dengan Yudi.

 

"Ini Mas ongkosin. Sekarang kamu boleh pergi!" ucap Yudi sambil meletakan beberapa lembar uang merah di atas kasur.

 

"Maafin Aku Mas. Aku enggak bersungguh-sungguh ingin pergi dari sini!" ucap Bunga merendahkan volume suaranya. Dia benar-benar belum siap jadi janda. Orang tuanya pasti akan sangat terpukul jika itu benar-benar terjadi.

 

"Jadi sekarang kamu bisa lebih nurut ucapan Mas, kan?"

 

Sambil menitikan airmata Bunga mengangguk.

 

"Alena istri pertama Mas. Selama ini dia enggak banyak mengatur Mas. Kamu jangan usik dia atau Mas akan marah!"

 

Kembali Bunga mengangguk kali ini dengan sesenggukan. Dia sangat takut suaminya mengusirnya lagi.

 

"Sudah jangan nangis. Mas akan buat pesta besok malam untuk mengganti kesalahan mas karena tak bisa mengabulkan permintaanmu.

 

"Pesta?" tanya Bunga.

 

"Pesta untuk menyambutmu. Mas akan memperkenalkan istri-istri cantik Mas pada semua teman Mas."

 

"Sungguh Mas?"

 

Yudi mengangguk.

 

"Pasti semua teman Mas sangat kagum sama Mas bisa dapatkan istri-istri cantik seperti kalian."

 

Bunga sangat senang mendengar ucapan suaminya. Dia juga sangat ingin di akui sebagai istri Yudi yang kaya raya dan tampan itu.

 

Malam telah berganti pagi. Saatnya penghuni rumah mewah berlantai tiga itu sarapan bersama. Alena bingung dengan sikap Bunga yang merasa biasa meski tak jadi di belikan mobil. Padahal ambisinya sangat tinggi untuk membeli mobil yang sama seperti miliknya semalam.

 

"Malam ini akan ada pesta di rumah ini. Temen-temen Mas akan datang jadi kalian harus dandan secantik mungkin. Jangan buat malu Mas!" ucap Yudi di sela sarapan mereka.

 

"Pesta? Pesta apa Mas?" tanya Dewi cukup terkejut.

 

"Pesta menyambut kedatanganku!" sela Bunga dengan bangganya.

 

"Mas pilih kasih. Kemarin aku enggak di buatin pesta sambutan seperti ini!" protes Dewi karena geram.

 

"Itu tandanya Mbak enggak spesial di mata Mas Yudi." ejek Bunga, wajah Dewi mulai memerah mendengar ejekan Bunga.

 

Alena menahan tawanya melihat dua madunya kembali bertengkar. Wajah frustasi suaminya makin terlihat imut di matanya.

 

"Mas tega! Kalau mas pilih kasih gini mending aku keluar dari rumah ini!"

 

Yudi tak sanggup melanjutkan sarapannya karena kepalanya benar-benar begitu sakit.

 

"Kalau mau pergi, pergilah! kenapa harus mengancam Mas Yudi seperti itu!" balas Bunga.

 

"Cukup!" Dua orang yang sedang bertengkar itu terkejut dengan bentakan suaminya sambil menggebrak meja.

 

"Kalau kalian ribut gini terus, Mas enggak akan tinggal diam lagi. Siapa pun yang mau pergi dari rumah ini pergilah! Kepala Mas sudah sangat sakit menghadapi sikap kalian!"

 

Dewi pucat, Alena menikmati pemandangan yang ada di depannya dengan senyuman simpulnya.

 

"Mas kok tega ngomong gitu!" Dewi mulai menangis di depan suaminya.

 

"Kalau gak mau Mas kasar, sudah jangan bantah apa pun keputusan Mas. Pesta ini di buat agar temen-temen Mas kenal kalian. Jangan sampai kalian membuat malu Mas dengan sikap konyol kalian yang seperti ini!" bentak lagi Yudi. Dewi dan Bunga bungkam setelah melihat kemarahan suaminya.

 

"Mas pergi. Nafsu makan Mas jadi hilang karena tingkah arogan kalian." ucap Yudi. Alena mendekat kearah Yudi lalu mengecup punggung tangan suaminya.

 

"Hati-hati ya, Mas. Sayangi jantungmu mulai sekarang. Gak usah emosi-emosi gini terus. Nanti rugi sendiri kamu!" sindir Alena. Dewi dan Bunga melotot mendengar Alena berani menyindir mereka.

 

"Iya. Kamu juga jangan ikut-ikutan buat pusing Mas. Dandan cantik ya, malam ini!" perintah Yudi. Alena mengangguk kecil. "Ok sayang."

 

Meski takut-takut Bunga dan Dewi gantian mencium punggung tangan suaminya.

 

"Jangan bertengkar terus. Kalian sudah bukan anak-anak lagi!" pesan Yudi pada tiga istrinya.

 

"Baik, Mas!" jawab kompak tiga istrinya secara terpaksa.

 

Baru saja Yudi keluar rumah, Bunga melabrak Alena. Dia menanyakan alasan kenapa Alena melarang Yudi membelikan mobil untuknya.

 

"Mbak diam-diam mainnya nusuk dari belakang!" sindir Bunga. Alena yang sudah selesai makan, sebenarnya ingin langsung masuk kamarnya namun karena Bunga sepertinya ingin membuat keributan dengannya maka dia ingin meladeninya.

 

"Aku enggak suka main tusuk dari belakang Bunga. Aku cuma mau memberimu peringatan kalau menginginkan semua barang yang sama denganku itu salah. Kamu harus di kasih pelajaran agar paham soal ini!" 

 

Tangan Bunga mengepal, emosinya sudah naik ke ubun-ubun siap menerkam istri tua suaminya.

 

"Ayo...Bunga..! Hajar Alena! Aku mendukungmu!"

 

Dewi bersorak menyemangati Bunga. Bunga tak sabar menghajar Alena, bahkan dia sudah memasang jurus kuda-kuda siap menyerang madunya.

 

"Kau masih anak ingusan Bunga. Kau tau siapa yang paling di untungkan jika kita bertengkar? orang itu ada di sebelahmu!" ucap Alena sambil menunjuk ke arah Dewi yang sedang sangat bersemangat melihat dua orang di depannya sebentar lagi bertarung hebat. Bunga yang kemudian sadar mengurungkan niatnya.

 

"Aku cuma tak ingin di usik. Kalau kalian tak mengusikku, aku enggak akan keberatan kalian tinggal di rumahku!" ucap Alena kemudian melenggang pergi.

 

"Hey, bodoh! Kau bilang apa tadi? ini rumahmu?" bebel Dewi tapi Alena tak menggubris ucapannya. Dia terus melangkah pergi meninggalkan dua madunya dengan senyuman meremehkan.

 

"Emang bener ya Mbak kalau ini rumah Mbak Lena?" tanya Bunga syok.

 

"Bener apanya? Lena itu paling kere diantara kita. Nasibnya saja yang beruntung karena menikah dengan orang kaya!" jawab Dewi. Bunga hanya mengangguk-angguk saja mendengar cerita Dewi.

 

Setelah memilih baju, Alena kembali turun ke bawah menemui Marni.

 

"Bik, tolong setrikakan baju ini ya. Malam ini mau aku pakai."

 

"Ok, Bu. Serahkan pada Bibi, pasti beres!"

 

"Terimakasih ya, Bik!" ucap Alena kemudian meninggalkan pembantunya.

 

"Kau siap Bunga?" tanya Dewi. Bunga mengangguk. Mereka punya rencana jahat pada Alena kali ini.

 

"Bik! Tolong buatkan saya kopi dulu!" perintah Bunga. Marni mencabut colokan setrika terlebih dahulu kemudian mendekat ke arah Bunga.

 

"Baik, Mbak." jawab Marni.

 

"Saya tunggu di ruang keluarga ya, Bik! Buatkan sekalian buat mbak Dewi." perintah Bunga lagi.

 

"Baik, Mbak!"

 

Sementara Marni membuat kopi, Dewi mengendap-endap dan merusak baju Alena. Dia membuat gosong baju Alena dan membiarkan begitu saja.

 

Marni mencium bau gosong setelah mengantar kopi ke Bunga, dia buru-buru berlari ke ruangan tempat dia menyetrika baju majikannya.

 

Marni buru-buru mencabut colokan setrika, dia terkejut melihat baju Alena sudah gosong dan berlubang.

 

"Bukannya aku tadi sudah mencabut colokannya?" gumam Marni. Kemudian dia membawa baju yang sudah hangus itu ke kamar Alena.

 

Tok...tok...tok...!

 

"Bu Lena ini saya, Marni."

 

Alena yang sedang berbalas pesan dengan Harry bangkit dan beranjak membukakan pintu untuk Marni.

 

"Iya, Bik!" sahut Alena setelah membuka pintu.

 

"Maaf, Bu. Saya sudah buat rusak baju Anda." Takut-takut Marni meminta maaf.

 

"Kok bisa seperti ini, Bik? tanya terkejut Alena namun tak dengan nada tinggi karena takut membuat pembantunya tersinggung.

 

"Saya juga gak tahu, Bu. Tadi Mbak Bunga menyuruh saya membuatkan kopi untuknya dan Mbak Dewi. Saya ingat sudah mencabut colokan setrika tapi ternyata setelah saya selesai mengantar kopi pada mereka saya mendapati baju Anda seperti ini."

 

"Apa? Pasti ini ulah mereka!" geram Alena.

 

"Mungkin, Buk. Tapi jangan ribut-ribut ya, Buk sama mereka. Mereka orangnya nekad." ucap Marni mengingatkan Alena.

 

"Saya gak takut, Bik!" ucap Alena bersiap melabrak dua madunya.

 

"Bu, tolong jangan nekad. Bibik sudah punya rencana sendiri buat balas mereka." larang Marni. Dia takut terjadi hal buruk pada Alena jika melawan dua madunya sendirian.

 

"Rencana? Apa itu, Bik?"

 

Marni membisikan sesuatu pada Alena. Alena tersenyum mendengar ide cerdas pembantunya.

 

Marni kembali ke dapur, ia mendapati Harry sedang sarapan di dapur.

 

"Kasian Buk, Lena. Dia istri pertama Pak Yudi tapi dia pula yang di kerjain dua madunya." bebel Marni sambil membuang dress Alena ke tong sampah. Harry menatap Marni menunggu Marni melanjutkan ceritanya.

 

"Baju yang akan di pakai Bu Alena untuk pesta nanti malam di rusak dua madunya."

 

Harry terdiam, dia makin merasa kasian pada kehidupan Alena sekarang. Kedatangan Bunga makin membuat sulit posisi Alena di rumahnya.

 

Harry berinisiatif membelikan sebuah dress untuk Alena. Dia yakin Alena akan kelihatan cantik dengan dress pilihannya.

 

Setelah dia pulang dari butik dia melihat Alena sedang di kroyok Dewi dan Bunga di dapur. Terlihat Marni kesusahan melerai ketiga wanita itu.

 

Harry mencoba ikut melerai tapi dia justru yang terlempar karena tiga wanita itu tak mau di damaikan.

 

"Cukup atau saya telepon pak Yudi sekarang!" teriak Harry. Mendengar nama suami mereka di sebut mereka kemudian menghentikan perkelahiannya.

 

"Alena membuat rusak bajuku Harry. Kalau kamu ingin mengadu pada suamiku ceritakan padanya seperti yang aku bilang tadi!" ucap Dewi.

 

"Betul Harry, bajuku juga. Lihat ini!" ucap Bunga sambil mengutip bajunya yang sudah gosong.

 

"Impas, kan. Bajuku juga sudah kalian rusak!" balas Alena.

 

"Sudah tolong berhenti. Kalian sama saja. Saya takan segan melaporkan kejadian ini dan saya pastikan kalian bertiga akan di hukum sama-sama oleh pak Yudi.”

 

Alena terkejut melihat Harry tak membelanya. Harry justru terlihat seperti ikut menyalahkannya.

 

Alena geram kemudian pergi menuju kamarnya. Dia sangat kecewa pada Harry kali ini.

 

Ponsel Alena berbunyi. Alena tak mengangkat panggilan dari Harry. Meski Harry menjelaskan dia tak bersungguh-sungguh menyalahkan Alena tapi tetap saja Alena tak mau memaafkannya.

 

[Aku letakan dress cantik di depan kamarmu! Aku harap kamu mau memaafkan kesalahanku!]

 

Pesan Harry di baca Alena, tapi dia tetap keras kepala mengacuhkan pesan kekasih gelapnya itu.

 

Setelah beberapa jam kemudian, Alena baru mengecek dress pemberian dari Harry. Dia cukup terkejut karena Harry memberikan dress sangat cantik untuknya. Dia tahu itu sangatlah mahal.

 

"Bodoh! Dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli dress ini!" Alena bertanya-tanya sendiri saat tahu dress yang di beli Harry bukan merk sembarangan.

 

"Kau pasti menghabiskan tiga bulan gajimu untuk dress ini!" ucap Alena. Karena tak tega memakai dress mahal pemberian sopirnya dia memilih menggunakan dress lain saat pesta. Dia tetap bersikap pura-pura marah pada Harry agar lain kali Harry tak mengulang kesalahannya.

 

Sengaja Alena memakai gaun seksinya tanpa bra yang memperlihatkan belahan dadanya. Dia terlihat bagitu cantik seperti putri dalam pesta yang di gelar suaminya untuk memamerkan istri-istri cantiknya pada rekan bisnisnya.

 

Bunga menggunakan Gaun hijau tanpa lengan membuat tubuh seksinya makin terlihat indah. Sedangkan Dewi menggunakan gaun berwarna perak dan kalung emasnya makin membuat tubuhnya terlihat ramping mempesona. Yudi menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia sangat bangga mempunyai tiga istri yang sangat cantik.

 

"Kalian luar biasa!" ucap Yudi sambil mengacungkan dua jempol tangannya.

 

Tamu mulai berdatangan. Harry sibuk ikut menyiapkan makanan untuk tamu-tamu majikannya.

 

"Waoww! Istrimu cantik-cantik sekali Yudi. Aku takjub padamu. Selain kamu pintar berbisnis kamu juga pintar menjerat hati wanita!" puji Rendi salah satu rekan bisnis Yudi.

 

"Ya begitulah nasib orang ganteng. Selalu berhasil mendapatkan wanita manapun yang aku mahu!" ucap sombong Yudi. Harry yang tak sengaja mendengarkan ucapan lelaki sombong itu mengepalkan tangannya. Kakaknya salah satu korban Yudi namun Yudi seakan acuh tak merasa bersalah sedikit pun atas tindakan bodohnya yang selalu menganggap wanita seperti boneka mainannya saja.

 

"Apa kamu enggak kesusahan bagi waktunya?" tanya teman yang lain.

 

"Enggak, dong! Mereka sangat tertib dan tahu jadwal mereka masing-masing."

 

Ingin rasanya Alena muntah mendengar ucapan suaminya. Baru beberapa hari lalu suaminya dan Dewi bertengkar karena suaminya ingin tidur di kamarnya namun Dewi melarang.

 

"Apa mereka akur Yud? Biasanya kan kalau berbagi suami kaya mereka ujung-ujungnya pada berantem-berantem." tanya teman Yudi yang lainnya.

 

"Jangankan bertengkar. Tiga istri cantikku ini kalau ngobrol mereka pakai bahasa baku sebagai tanda saling menghormati. Cinta mereka untukku benar-benar luar biasa mampu menyatukan tiga wanita dengan karakter berbeda ini berdamai."

 

Alena, Dewi dan Bunga sakit perut mendengar kebohongan suaminya.

 

"Mas aku duduk, ya. Pegel kakiku berdiri terus." bisik Alena. Dia mulai muak mendengar omong kosong suaminya.

 

"Jangan buat malu Mas. Tetep berdiri di samping Mas!" perintah Yudi.

 

"Sumpah Mas, pegel banget! High heels yang ku pake bener-bener gak nyaman!" bohong Alena. Akhirnya Yudi mengizinkan Alena duduk di kursi yang tak jauh dari tempat berdirinya.

 

"Hey, cantik! Kita ketemu lagi!"

 

Alena memutar bola matanya malas melihat Bram duduk di kursi yang ada tepat di depannya. Bram adalah lelaki kurang ajar yang sebelumnya berniat jahat padanya.

 

"Sumpah Alena. Malam ini kamu cantik sekali. Aku heran wanita cantik sepertimu masih saja di datangkan madu lain oleh suamimu."

 

Alena tak menggubris ucapan Bram. Dia justru melirik ke arah Harry. Beberapa tante-tante ganjen sedang menggoda Harry. Alena geram melihatnya.

 

"Apa yang kamu pertahankan dari suami brengsek seperti Yudi. Hartanya?" 

 

Alena mulai mengalihkan pandangannya ke arah Bram tangannya mengepal kesal mendengar ucapan lelaki yang duduk di hadapannya.

 

"Kalau cuma karena harta kamu bisa dapatkan dariku kalau kamu mau tidur denganku!"

 

Kesabaran Alena habis, dia mengambil orange jus yang ada di depannya kemudian menyiramkan ke wajah Bram.

 

"Jaga mulut Anda!" teriak Alena. Semua pengunjung pesta mengalihkan pandangan ke arahnya. Yudi merasa sangat malu melihat tingkah brutal istrinya. Kemudian ia datang menghampiri Alena dengan penuh emosi.

 

"Apa-apaan kamu Alena!" teriak Yudi. Harry yang sedang sibuk mengantar pesanan minuman ikut menatap ke arah Alena karena mendengar teriakan Yudi.

 

"Istrimu perlu di ajarkan sopan santun Yudi!" lapor Bram karena merasa harga dirinya begitu di injak-injak istri temannya.

 

"Mas, dia--"

 

"Kamu buat malu Mas Alena. Kamu tahu kan beliau orang yang sangat penting di perusahaan Mas."

 

Alena terdiam. Percuma membela diri di depan suaminya.

 

"Aku tunggu niat baikmu memberi pelajaran istri kurang ajarmu, kalau tidak aku akan membatalkan kerjasama perusahaan kita." ancam Bram. Rahang Yudi mengetat, perusahaannya akan bangkrut jika dia membuat masalah dengan Bram.

 

Yudi menarik tangan Alena ke gudang belakang rumahnya. Dewi dan Bunga tersenyum girang melihat istri kesayangan Yudi dipermalukan di depan umum.

 

"Tidurlah di sini selama dua hari. Ini hukuman buat kamu yang hampir saja membuat perusahaan Mas bangkrut!"

 

Alena terduduk di lantai dalam gudang kemudian menenggelamkan wajahnya diatas lututnya. Dia menangis karena merasa sangat di permalukan.

 

"Alena! Kau baik-baik saja?"

 

Harry datang untuk melihat keadaan Alena. Alena mengusap air matanya.

 

"Ya, Harry. Aku baik-baik saja. Ini salahku jadi aku sudah siap menerima hukuman ini."

 

Harry menghela nafas panjangnya, hatinya seperti di remas-remas melihat wanita yang di cintainya di perlakukan seperti itu.

 

"Kau tidak salah Alena. Apa yang kau lakukan sudah benar!"

 

Alena tak bisa menahan tangisnya mendengar ucapan Harry.

 

"Cukup Alena. Jangan pernah menangis lagi. Aku akan menemanimu di sini sampai pagi. Mulai sekarang aku enggak akan pernah membiarkan siapa pun mengganggumu lagi!"

 

Semakin Harry berbicara tangis Alena semakin menjadi. Itulah caranya untuk melepas rasa sakitnya. Dia begitu merasa beruntung, ketika dia berada dalam kondisi sulit seperti ini, ada Harry yang terus berusaha menguatkannya.

 

Tak kuat mendengar tangisan Alena, Harry menghubungi seseorang. Dia sedikit menjauh dari gudang takut Alena mendengarnya.

 

[Hallo Rani! besok kamu mulai menjalankan rencana kita. Secepatnya kita harus memberi pelajaran lelaki brengsek itu!]

 

Harry kemudian mematikan teleponnya. Dia berharap bisa secepatnya mengurus dendamnya pada Yudi agar dia bisa membawa Alena kabur dari rumah yang seperti neraka bagi Alena.

 

Comments (11)
goodnovel comment avatar
kpop EXO
koin nya mahal banget. ya sudah berhenti sampai disini
goodnovel comment avatar
Joharudin Faco
koin kontol
goodnovel comment avatar
M fazil
tidak asik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status