Share

Pertengkaran Para Madu

Pov Alena

 

Mas Yudi sudah pergi bekerja, sekarang aku duduk santai di ruang keluarga sambil membaca-baca Majalah. Bunga menghampiriku dan duduk di sebelahku sambil menyalakan Tv.

 

"Mbak sudah lama nikah sama Mas Yudi?" tanya Bunga, mukanya masih sangat polos dan lugu tapi yang membuatku sangat heran ia cukup bermental baja, berani mengambil resiko untuk menjadi istri ketiga Mas Yudi.

 

"Sekitar setahunan." jawabku singkat.

 

"Owh, kalau Mbak Dewi?" tanyanya lagi.

 

"Belum genap sebulan." jawabku, dia terlihat begitu kaget mendengarnya.

 

"Sumpah Mbak? Jadi waktu mereka ke Bali itu masih dalam masa bulan madu?" tanyanya. Aku sekarang gantian yang kaget mendengar pertanyaannya.

 

"Kamu enggak tahu?" Aku balik bertanya padany. Ia menjawab dengan menggelengkan kepala.

 

"Mas Yudi tidak menceritakan banyak hal saat itu. Yang dia katakan cuma Mbak Dewi itu istrinya.”

 

"Owh." balasku singkat kembali fokus ke majalah.

 

Di tengah perbincangan kami tiba-tiba datang Dewi merebut remot tv dari tangan Bunga.

 

"Gosip terus yang dilihat. Nih, aku cariin chanel yang ceritanya bagus." ditekannya salah satu angka pada tombol remot, kemudian muncullah sebuah film yang berjudul 'Azab Sang Pelakor', ketika diakhir cerita ada adegan dimana pelakor menangis terkena karma, Dewi menyindir Bunga dengan kalimat Pedasnya.

 

"Mampus kau pelakor kena azab kan! Kamu simak baik-baik film tadi kan, Bunga? Jadi pelakor itu gak baik, nanti kamu bisa kena karmanya seperti di film tadi!" mendengar Dewi mengeluarkan bisa beracun lewat kata-katanya, fokus membacaku menjadi hilang. Kulirik Bunga karena aku penasaran apa yang akan ia katakan untuk membalas ucapan Dewi.

 

"Pelakor teriak Pelakor! Mbak enggak malu menyindirku dengan kata-kata itu apalagi nyindirnya di depan Mbak Lena?” balas Bunga, aku tersenyum tipis mendengarnya. Ternyata ia lawan yang sebanding buat Dewi jadi aku tak perlu repot-repot menghabiskan tenagaku untuk membelanya.

 

"Aku sama kamu tuh beda ya, Bunga. Mas Yudi yang ngejar aku, bukan aku yang ngejar dia. Sedangkan kamu pastinya kan yang mulai dulu gatal sama suamiku?" tuduhan Dewi membuat anak yang kukira lugu itu menunjukan taringnya. Aku yang makin merasa tertarik terus menyimak pertengakaran mereka. Dua wanita yang menurutku sama-sama mengerikan.

 

Bunga bangkit dari duduknya, dia berkacak pinggang sambil menatap nyalang ke arah Dewi. Wow!

 

"Yang namanya ngrebut tetep ngrebut, Mbak! Entah siapa duluan yang mulai itu tidak penting. Kita sama-sama menikah dengan suami Mbak Alena, jadi jangan sok merasa jadi korbanku karena menikah dengan Mas Yudi setelahmu. Mulai sekarang jaga mulut Mbak Dewi kalau ngomong sama aku, jangan lagi nuduh aku macem-macem gitu, kalau aku kasih tahu Mas Yudi, langsung ditalak kamu!" ancam Bunga. Dewi yang tak terima dengan ancamannya segera ikut bangkit lalu berusaha mencekik leher Bunga. Bunga pun tak tinggal diam, ia menahan sakit sambil menjambak rambut Dewi.

 

"Pelakor teriak pelakor!" ucap Bunga di tengah rintihan sakitnya karena cekikan Dewi.

 

Aku terkekeh melihat kedua wanita mengerikan itu saling menyerang. Rumahku mendadak seperti kebun binatang, berbagai jenis hewan ada di sini. Dulunya rumah ini penuh ketenangan dan sekarang penuh keributan. 

 

Meski sudah saling terluka mereka tetap melanjutkan perkelahiannya, sekarang mereka saling guling dan saling tindih. Tak mau melewatkan momen lucu di depanku segera ku rekam vidio perkelahian mereka lalu iseng ku kirimkan pada Harry. Harry yang ku kira ikut tertawa melihat adegan mereka berkelahi justru datang dan melerai mereka. Sial!

 

Saat mereka berhasil di lerai, ku lihat Bunga terus memperhatikan Harry. Aku melihatnya dengan sangat geram. Mungkin benar kata Dewi, kalau Bunga itu jenis wanita gatal. Saat Harry sedang menasehati kedua maduku, aku tinggalkan begitu saja mereka. Entah kenapa aku marah sekali melihatnya mencampuri urusan kedua wanita iblis itu.

 

Ku baringkan tubuhku diatas kasur empukku, kuraih ponselku dan segera ku blockir nomor Harry. Mampus kamu Harry, pasti kamu akan kebingungan nanti!

 

Jam menunjukan pukul lima sore, aku sudah selesai berhias untuk menyambut kepulangan Mas Yudi, ia sudah mulai menerapkan peraturan-peraturan konyolnya. Salah satu diantara peraturan itu yaitu para istrinya wajib berkumpul menyambutnya di halaman depan saat ia pulang kerja, sedikit berlebihan tapi ya sudahlah aku ikuti saja keinginannya.

 

Kini aku dan para maduku sudah duduk berkumpul di halaman rumah menunggu sang suami yang sebentar lagi tiba. Ketika aku sibuk memainkan ponsel, ku lihat Harry mondar-mandir lewat beberapa kali di depan kami. Aku tahu ia mulai gelisah karena tak bisa menghubungiku. Siapa suruh dia ramah-ramah pada maduku, rasain sekarang kamu, Harry!

 

Lima belas menit kami menunggu di halaman rumah, akhirnya pulang juga Mas Yudi. Dewi dan Bunga kompak berdiri dan saling berebut untuk menyalami Mas Yudi lebih dulu, sedangkan aku memilih terlambat bangkit. Jujur kecerianku hari ini hilang sejak aku memutuskan memblokir nomor Harry.

 

"Kenapa kamu terlihat lesu, Len? Apa kamu sakit?" Mas Yudi menyentuh keningku.

 

"Iya. Aku memang lagi gak enak badan, Mas. Aku pamit ke kamar istirahat awal ya!" pintaku pada Mas Yudi.

 

"Ya udah kamu istirahat sana, tapi makan malam nanti kamu turun ya!" Akhirnya aku lega diizinkan naik ke kamarku lebih awal.

 

Tring...

 

Sebuah pesan whatsap masuk dari nomor yang tak ku kenal.

 

[Sayang, kenapa kamu memblokir nomerku, apa salahku?]

 

Pasti Harry yang mengirim pesan itu, sejak kapan ia punya nomor lain. Setahuku ia punya satu ponsel saja itupun hanya untuk satu sim card. Mungkinkah ia menyimpan nomor lain untuk menghubungi wanita lain di belakangku? Kepalaku terasa mau pecah memikirkan hal itu. Aku pun kembali memblokir nomor baru itu. Aku mulai meragukan kesetiaan Harry.

 

Tok...tok..tok...

 

"Mbak Lena, disuruh Mas Yudi turun untuk makan malam bareng!" panggil Bunga. Aku bangkit merapikan kembali rambutku dan segera turun ke bawah.

 

"Kamu sudah baikan?" tanya Mas Yudi.

 

"Lumayan." jawabku jutek, kemarahanku pada Harry mempengaruhi mood ku pada semua orang.

 

"Ini, Pak!" tiba-tiba terdengar suara Harry diantara kami. Ia menyodorkan satu bungkus rokok pada Mas Yudi. Dan tiba-tiba jantungku berdegup sangat cepat mendapati kehadirannya. Baru sebentar saja aku mendiamkannya aku merasa tak tahan. Namun meskipun begitu, kutahan egoku untuk berdamai dengannya, berkali-kali ia melirikku tapi aku abaikan.

 

"Mas, aku ambilin nasinya ya?" Bunga mengambil centong nasi dan bersiap mengambilkan nasi untuk Mas Yudi.

 

"Biar aku saja!" Tiba-tiba tangan Dewi dengan cepat merebut centong nasi dari tangan Bunga. Bunga tak terima lalu berniat merebutnya kembali, akhirnya mereka terlihat seperti anak SD yang sedang memperebutkan mainan. Aku memalingkan mukaku dan memijit dahiku, pusing sekali melihat kelakuan kekanak-kanakan mereka berdua.

 

"Sudah...sudah...! Biar Mas ambil nasi sendiri!" suara cetar Mas Yudi mampu mendiamkan keributan kedua istrinya yang sedang memperebutkan centong nasi.

 

Suasana normal kembali. Tubuhku memang berada di ruang makan, tapi pikiranku melayang memikirkan Harry. Haruskah aku membuang egoku agar aku bisa kembali hidup normal? Sekarang aku merasa kosong, pikiranku sepenuhnya tertuju pada Harry.

 

"Mas!" panggil Bunga.

 

"Apa?" jawab Mas Yudi.

 

"Aku mau mobil kaya Mbak Lena dong!" mendengar permintaan Bunga kami bertiga kaget dan kompak menatapnya.

 

"Baru berapa hari kamu disini masa minta mobil, tak tahu malu!" ejek Dewi.

 

"Aku kan istri Mas Yudi juga. Hakku dong di perlakukan sama seperti kalian dan meminta apa saja dari suamiku!" jawab Bunga. Keberaniannya melawan Dewi memang perlu di acungi jempol, tapi kenapa aku tiba-tiba tak menyukainya. Benarkah perasaan tak sukaku ini padanya karena kecemburuanku padanya? Aku sangat takut gadis kecil dan imut ini mencuri perhatian Harry.

 

"Kamu yakin mau mobil?" tanya Mas Yudi. Uangnya banyak jadi dengan mudahnya dia bisa mengabulkan permintaan Bunga.

 

"Yakin dong, Mas. Sekarang istri mas kan tiga. Kalau satu punya mobil yang lain harus punya juga!"

 

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku melihat kelakuan madu baruku. Dia ternyata jenis wanita yang ingin memiliki semua yang wanita lain miliki. Misalnya soal mobil ini. Sifatnya 11:12 dengan Dewi.

 

"Ya besok Mas belikan!" jawab enteng Mas Yudi, aku diam saja tak tertarik lagi mendengar obrolan mereka bertiga. Pikiranku masih tertuju pada Harry. Aku merasa tak keberatan jika wanita itu meminta harta benda mas Yudi selama itu tak mengusik ketenanganku.

 

"Kalau sudah beli mobilnya, aku minta ajarin sama Harry ya, Mas? Aku belum pernah belajar menyetir sebelumnya. Boleh ya?” rengek lagi Bunga. Kali ini anak ingusan ini membuatku benar-benar marah. Aku merasa dia mulai mengusikku. Jadi aku tak boleh tinggal diam dengan sikap serakahnya.

 

"Gak boleh, Harry itu sopirku. Sudah cukup aku rela berbagi suami denganmu. Aku enggak rela berbagi hal lain lagi. Termasuk berbagi sopir!" emosiku naik ke ubun-ubun lalu kubanting sendok ke meja dan segera ku tinggalkan mereka semua.

 

Aku berjalan cepat menuju kamarku. Tak ku pedulikan lagi teriakan suamiku memanggil-manggil namaku. Sesampainya di kamar, segera kukunci pintu kamar dan aku menangis sejadi-jadinya. Entah kenapa pikiranku hari ini benar-benar kacau, aku benci Bunga yang membuatku merasa cemburu karena aku yakin dia juga menginginkan Harry.

 

"Len...Lena...!" suara panggilan Harry terdengar, kupikir aku hanya berhalusinasi saat mendengarnya, tapi suaranya makin lama makin terdengar jelas. Segera kuedarkan pandangan, ternyata ia berada di balik jendela kamarku, ia rela memanjat diam-diam demi menemuiku.

 

"Kau gila? Apa yang sedang kau lakukan disini? Cepat turun sebelum ketahuan!" segera aku menghampirinya lalu mengusirnya.

 

"Aku takan turun sebelum kamu jelaskan apa salahku. Tolong beritahu aku alasan kenapa tiba-tiba kau marah padaku?" 

 

"Tak ada waktu buat menjelaskan, aku takut kamu ketahuan. Cepat pergi dari sini!" Aku sangat gugup, baru kali ini Harry berbuat nekad seperti ini, aku sangat ketakutan sekarang.

 

"Aku enggak akan turun, biar kita ketahuan sekalian. Aku merasa bingung dan enggak konsentrasi kerja kalau kamu marah seperti ini terus!" ucap Harry.

 

"Jangan ngeyel Harry, turunlah!" ucapku dengan nada memohon. Kalau dulu Harry yang ketakutakan dengan sikap nekadku, sekarang keadaan sebaliknya.

 

"Sudah ku bilang aku tidak akan turun sebelum kamu menjelaskan apa salahku." Harry terus keras kepala. Tanganku dingin, wajahku sangat panik. Aku benar-benar takut ketahuan.

 

Tok..tok..tok...!

 

"Sayang buka pintunya!" suara Mas Yudi mengagetkanku. Aku makin pucat karena ku lihat Harry masih bandel tak bergerak di tempatnya.

 

"Cepat pergi sekarang, kumohon!" pintaku pada Harry. Aku hampir menangis ketakutan tapi Harry justru terlihat sangat santai. Dasar!

 

"Gak! pokoknya aku gak mau turun sebelum kamu jelaskan kenapa kamu marah." Harry terus mengulang kalimat yang sama.

 

"Len, buka sayang. Jangan marah lagi. Maafkan Bunga, Mas janji tidak akan membelikan mobil Bunga kalau kamu enggak setuju." ketukan Mas Yudi membuatku terpaksa ingin jujur pada Harry agar dia segera pergi.

 

" Baiklah aku kasih tau, tapi janji kamu jangan ngledek aku ya!" Takut-takut aku mulai berbicara jujur pada Harry.

 

"Ngledek? Ya enggaklah sayang!" balas Harry sembari melipat keningnya. Mungkin dia sangat penasaran kenapa aku tiba-tiba menghindarinya.

 

"Sebenarnya tadi siang aku cemburu saat kamu memperlakukan kedua maduku dengan sangat baik. Aku benci saat melihatmu tengah berbincang dengan mereka terutama Bunga." 

 

Cup...!

 

Tiba-tiba bibir Harry mendarat di bibirku, raut wajahnya terlihat sangat senang mendengar alasan kenapa aku marah.

 

"Buka blokirnya dan kita selesaikan malam ini juga masalah ini!" ucapnya, kemudian ia pergi. Setelah kepergian Harry aku membatu beberapa saat. Harry benar-benar sangat romantis. Dia memang sempat membuatku ketakutan tapi perbuatannya kali ini sungguh membuatku bertambah mencintainya. Dia yang dulunya penakut bisa berubah seberani ini. Kalau dia tidak benar-benar mencintaiku dia tak mungkin senekad ini.

 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
ni yudi kuat gak si otongnya
goodnovel comment avatar
Anggra
benar GK sihh Harry nih serius cinta ma Alena..atau jngan² msih ada dendam..kasian jg Alena kalo si Harry hnya UTK blasa dendam ke Yudi dan Alena dn dia mnfaatin alena
goodnovel comment avatar
Haruki Matsuda
ceritamu bikin aq yg nggak tenang thor.....deg deg an...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status