Bob mendatangi Hans yang sedang bersantai di sebuah single chair yang berada di penthouse miliknya.
"Ada apa kau mengundangku?"
"Aku tidak punya banyak waktu meladeni bandit gila sepertimu, Hans. Saat aku tahu Jack putramu. Aku akan berusaha memisahkan dia dengan putriku apa pun caranya."
"Seriously? Kau lemah, Bob. Apa yang bisa kau lakukan?"
"Sudahi semuanya, Hans. Kupikir saat kau menghancurkan Lindsey Medica hospital, dendammu sudah selesai. Tapi kau begitu buas dan beringas."
Hans menyeringai.
"Kau tahu bagaimana aku menghancurkan kredibilitas <Bob mendatangi Hans yang sedang bersantai di sebuah single chair yang berada di penthouse miliknya."Ada apa kau mengundangku?""Ada banyak hal yang ingin kubahas denganmu, Bob. Kurasa kau merindukan permainan ini. Begitu lama aku menunggu saat-saat seperti ini." Hans mengembuskan asap rokoknya ke wajah Bob."Aku tidak punya banyak waktu meladeni bandit gila sepertimu, Hans. Saat aku tahu Jack putramu. Aku akan berusaha memisahkan dia dengan putriku apa pun caranya.""Seriously? Kau lemah, Bob. Apa yang bisa kau lakukan?""Sudahi semuanya, Hans. Kupikir saat kau menghancurkan Lindsey Medica hospital, dendammu sudah selesai. Tapi kau begitu buas dan beringas."Hans menyeringai."Kau tahu bagaimana aku menghancurkan kredibilitas
"Selamat pagi, Tuan Williams Graham."Ia terperanyak, siapakah gerangan yang datang? Tak ada yang memanggilnya dengan panggilan seperti itu di kantor ini.Ia memutar kepalanya untuk menyisir suara asing siapa yang sedang menyapanya. Kemudian ia menekan tombol remote control untuk membuka pintu."Tuan Davee meminta saya untuk mengantarkan dokumen ini. Inisurat tertulis dari ELS Group. Ada beberapa produk kita yang menurut mereka tidak sesuai kesepakatan.Mereka bilang produk kita memiliki kualitas di bawah kualitas pemesanan. Pihak ELS Gruop menuntut ganti rugi atas hal ini. Mereka menunggu itikad baik dari kita, jika dalam tiga hari tidak ada itikad baik dari pihak kita maka mereka akan mengajukan somasi," wanita itu menjeda ucapannya sejenak, menyodorkan sebuah dokumen sembari meminta Jack membacanya. Ia mencuri pandan
Tengah sibuk menyiapkan keberangkatannya ke Philippines untuk menyelesaikan masalah bisnisnya, Jack menatap sebentar potret Ammy yang terpajang di meja panjangnya. Padahal masalahnya dengan Ammy kemarin belum sempat menemui jalan keluar dan kini ia harus meninggalkannya beberapa hari ke depan. Ia mendesah berat. Rasanya berat meninggalkan Meksiko dan Ammy."Aku akan merindukamu, Mi Amante," ucapnya seraya mengusap potret Ammy.Ia menyiapkan beberapa dokumen penting, memberikannya kepada salah seorang maid dan meminta mereka memilihkan tuxedo terbaiknya untuk perjalanan bisnisnya. Namun aktivitasnya terjeda sesaaat ketika ponselnya berdering, menatap layar ponsel dan hanya mendapatkan tulisan nomor tidak diketahui.Jack menekan tombol menerima panggilan, teriakan tak jelas seorang wanita menggema melengking di ujung saluran telepon, rintihan kesakitan. Apa ya
Ammy berjalan mondar-mandir saat Jack ditangani di ruang IGD. Untung saja ia sempat menghubungi Davee dan meminta bantuannya. Gara-gara dia, kekasihnya harus babak belur seperti ini. Rasa bersalah kini bercokol di hatinya. Benar, semuanya gara-gara dia.Davee menggenggam tangan Ammy sejenak. Mengusap punggung tangannya."Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja!" hibur Davee saat wajah gadis itu tampak lesu dan pucat pasi."Aku takut, Davee. Dia terlihat begitu lemah." Mata Ammy mengerjap, tak henti-henti melelehkan butiran bening dari ekor matanya. Seharusnya Jack tak datang. Seharusnya dia yang berada di dalam, dan biarlah begitu adabya asal bukan Jack yang terbaring di sana."Jack laki-laki yang kuat. Kau harus percaya itu. Dia tidak akan menyerah dan meninggalkanmu begitu saja, kau hanya perlu tahu, tidak akan semudah itu kehilangan dia.""Batas akhir negoisasi denga
Hari- hari merayap lambat, namun dengan sendirinya bergerak berganti nama. Mudah saja bagi bumi berotasi untuk mencapai putaran dua puluh empat jam.Ammy masih setia di bed pasien Jack. Matanya balutnya melukiskan kesedihan yang tak terucap. Entah berapa banyak air mata yang telah tumpah. Namun Jack belum juga tersadar dari tidur panjangnya."Jack, bangunlah. Aku membutuhkanmu."Ia menggenggam tangan pria jangkung yang terlentang dengan selang infus dan dengan selang oksigen melengkapinya. Jika saja bisa, ingin sekali rasanya ia bertukar tempat dengan Jack.Ammy merintih, air matanya berjatuhan dan membasahi punggung tangan Jack, terperanjat saat melihat pria lemah di hadapannya itu menggerakkan telunjuknya. Betapa kaget ia melihat pria itu telah membuka mata. Ia melemparkan sepotong senyum seraya menyapu rambut Ammy penuh kelembutan. Dengan te
Ammy membantu Jack mengemas barang-barangnya dari rumah sakit saat mendengar bahwa Jack diperbolehkan pulang hari itu. Ia meminta bantuan kepada Doughlas Maldonano untuk membawa barang-barang itu pulang sebab Jack yang keras kepala itu tak ingin langsung pulang ke rumah. Dan Ammy harus menurut saat Jack bertingkah layaknya bayi besar yang merengek agar Ammy membawanya berjalan-jalan untuk menikmati kepulangannya. "Aku senang bisa pulang hari ini. Kau tahu, berbaring di rumah sakit lebih dari seminggu itu melelahkan." Jack berbicara begitu bersemangat. "Siap dengan petualangan baru?" imbuhnya. "Kau bercanda, kau tetap harus istirahat, 'kan, Mr. CEO." "Ya, aku akan banyak istirahat dipelukanmu, apalagi yang kubutuhkan selain itu? Aku kuat, bahkan jika kau memberiku jatah hari ini." Ia tersenyum nakal. Ammy mencubit kecil pipi Jack. Lalu mengacak rambutnya gemas. Setelah selesai berkemas mereka m
Cuaca sore yang sejuk meniupkan angin surga, mengalir seperti alunan yang disenandungkan para malaikat. Silent beach, adalah tempat yang benar-benar mereka rindukan.Mereka saling bergandengan sepanjang jalan, seperti biasa mengendarai sepeda dari rental sepeda dan membonceng Ammy menjadi hal yang paling menyenangkan bagi Jack."Aku mengkhawatirkanmu. Apa kau akan baik- baik saja?" Ammy mengarahkan maniknya pada kekasihnya sekilas."Bahkan benang di dahimu belum dilepas," imbuhnya."Ayolah, aku sudah sehat. Kau dengar sendiri, dr. Grace bilang baru bisa dilepas minggu depan." Jack menunjuk ke arah boncengan dengan dagunya. "Naiklah ke boncengan," paksanya."Jika kau kenapa-kenapa aku bisa mati menyesal nanti, Jack!" sungut Ammy."Kau akan menyesal jika tidak menurut."Jack menarik tangan Ammy. Mendudukannya di boncengan lalu melingkarkan tangan Ammy
Davee masih tampak rapi dengan Jas dan dasi yang dikenakannya pagi itu, Ia sudah mendengar kabar tentang kepulangan Jack dari rumah sakit dan tukang marah itu tak kunjung menelponnya.Ia sengaja menghampiri Jack ke rumahnya sebelum kembali ke mansionnya setiba di Meksiko meskipun dia belum sempat beristirahat. Membawa kabar gembira dan angin segar mengenai perusahaan bahwa semuanya berjalan mulus sesuai harapan.Sepagi ini Ammy telah berada di kediaman Jack, tampak menikmati hidangan saat Emely membuka pintu. Jack terlihat sehat. Jauh lebih baik dari pada saat dia pergi hampir seminggu lalu. Ia mengendurkan simpul dasi, melepas jas dan meletakkannya di lengan seraya menggulung lengan kemeja linennya.Davee berdeham. Kesal karena sejoli itu tak lekas menyadari keberadaanya."Apa aku mengganggu?""Hai, Davee kau sudah kembali rupanya. Tentu saja tidak, kemarilah, Amigo (Kawan)!" jawab