Share

Kedatangan Tiba-tiba

“Kenapa kaget lihat mami datang?” Tania membuka suaranya dengan melangkah masuk.

“Bukanmya mami harus nemani papi?” tanya Jimmy santai.

“Papi kamu sudah baikan, sementara ini. Mami kangen sama kamu makanya minta abang temani kesini, siapa tahu sembunyiin cewek.”

Jimmy menggelengkan kepalanya mendengar semua kata yang keluar dari maminya, pandangannya beralih pada Lucas yang hanya mengangkat bahu.

“Kamu habis ada tamu? Cewek?” tembak Tania saat melihat tempat cuci piring.

“Hanya makan nggak lebih, mi.” Jimmy memberikan alasan yang masuk akal.

“Besok setelah praktek pulang kerumah, mami ingin bicara serius. Kalau nggak salah setelah itu kamu libur sebelum masuk malam.”

“Mami gimana bisa tahu?” tanya Jimmy penasaran “Pengawalku yang kasih tahu?”

“Mami jelas tahu semua tentang kalian.”

“Datang tiba-tiba memang apa yang mau dibicarakan? Kenapa nggak sekarang aja?” tanya Jimmy menatap penuh curiga.

Tania menggelengkan kepalanya “Kamu harus pulang ke rumah.”

“Baiklah,” ucap Jimmy pasrah.

“Masa pulang ke rumah nunggu mami kesini dan marah-marah, kamu jangan kaya abang yang suka menyembunyikan cewek apalagi pacaran sama cewek yang lebih tua.” Tania memulai ceramahnya.

Jimmy memandang Lucas yang hanya diam, mengerutkan keningnya saat melihat abang tercintanya tidak membantah semua kata-kata yang keluar dari mami mereka. Lucas menatap Jimmy, memberi kode agar mendengarkan semua yang maminya katakan.

“Mau minta perlindungan Lucas? Abang kamu ini sudah diancam Anggi agar tidak membantah atau membantu kamu.” Tania mengatakan tepat depan wajah Jimmy.

“Mami kalau marah-marah terus bisa cepat tua,” ucap Jimmy yang langsung mendapatkan tatapan tajam “Mami disini memang papi sama siapa?”

“Mami kan punya tiga anak perempuan, belum lagi cuci papi kamu juga perempuan.”

“Kamu barusan selesai operasi?” Lucas mengalihkan perhatian membuat Tania langsung meletakkan punggung tangan di keningnya.

“Nggak panas, kamu capek?” nada suara Tania seketika berubah.

Jimmy menganggukkan kepalanya dengan menatap Lucas yang tersenyum kecil, “Makanya aku mau istirahat, besok aku pulang kerumah setelah selesai jaga.”

Hembusan keluar dari bibir Tania “Mami sebenarnya pengen tidur sini, tapi papi kamu nggak bisa ditinggal. Mami pegang kata-kata kamu buat besok ke rumah, awas kalau sampai nggak datang.”

“Kalau nggak bisa datang aku pasti hubungi mami.” Jimmy memberikan senyum terbaiknya.

“Baiklah, jaga kesehatan kamu. Istirahat yang cukup.” Tania memeluk Jimmy erat dengan ciuman di pipinya.

Mengantarkan mereka kedepan pintu, tangan Tania berada di pinggang Jimmy dengan sesekali masih memberikan nasehat yang membuat Jimmy hanya menganggukkan kepalanya. Tangannya berada di punggung Tania dengan membelai pelan, berada didepan pintu masih memberikan kata-kata nasehat.

“Mi, kalau begini terus kita nggak pulang-pulang dan Jimmy nggak istirahat.” Lucas membuka suaranya yang membuat Tania melepaskan tangannya.

“Janji kamu datang besok.” Tania memberikan tatapan peringatan.

“Ya, selama nggak ada operasi dadakan. Aku nanti kabari mami langsung.”

Jimmy memeluk Tania erat, mencium kedua pipinya sebelum pergi. Lucas hanya menepuk bahu Jimmy pelan, memegang lengan Tania agar segera pergi dari tempatnya.

“Nggak usah ngucapin terima kasih.” Lucas mengatakan langsung sebelum pergi.

Jimmy menggelengkan kepalanya “Abang yang sangat aneh.”

Menutup pintunya dengan harapan tidak ada lagi yang mengganggu dirinya, menguncinya dan langsung masuk kedalam kamar untuk istirahat. Jimmy membutuhkan istirahat cukup, semua itu tidak lain untuk kembali memeriksa pasien yang baru selesai operasi, tidak hanya satu pasien tapi ada juga pasiennya yang harus bersiap untuk operasi selanjutnya setelah semua hasil cek keseluruhan baik.

Suara alarm membuat Jimmy membuka matanya, mengambil ponselnya dan melihat nama yang ada di layar. Menatap bingung saat melihat nama Danu yang berada di layar, menarik nafas agar sedikit tenang dan langsung mengangkatnya. Pembicaraan mereka tidak berlangsung lama, Danu hanya bertanya mengenai prosedur operasi untuk bayi.

“Sudah bangun ternyata.”

Jimmy membelalakkan matanya saat melihat siapa yang memasuki kamarnya, tidak lain adalah kedua saudaranya yang selalu membuatnya kesal.

“Kenapa kalian datang pagi-pagi sekali?” Jimmy menatap malas pada Lucas dan Leo.

“Kamu harus pulang nanti malam.” Lucas mengatakan dengan tegas “Aku menyelamatkan kamu dari ketidakjelasan mami.”

“Aku pulang kalau nggak ada jadwal operasi tiba-tiba, tahu sendiri kalau sudah operasi bisa berapa jam didalam.” Jimmy mengatakan dengan malas pada kedua kakaknya ini.

“Kamu punya hubungan apa sama anak mantan suami mami?” tembak Leo langsung membuat Jimmy membelalakkan matanya “Nggak usah bohong atau mengelak lagi, kita sudah bicara sama Febby namanya kalau nggak salah ingat.” Leo meletakkan dagunya tanda berpikir.

“Nggak penting namanya siapa,” potong Lucas langsung “Kamu mencari masalah? Kamu tahu gimana papi sama mantan suami mami itu? Kamu tahu kalau papi sudah melepaskan mami sama Om Rifat? Kamu mau membuat papi menjemput ajal lebih cepat setelah mendengar berita tentang hubunganmu?”

“Semua akan baik-baik saja.” Jimmy meyakinkan kedua kakaknya “Kalian bicara apa sama Febby?”

“Kamu lebih khawatir Febby dibandingkan mami nantinya?” Leo menatap tidak percaya pada Jimmy.

“Aku khawatir sama mami juga, tapi apa yang kalian bicarakan sama Febby memang? Dia nggak tahu tentang hubungan ayahnya dengan mami, aku nggak pernah kasih tahu siapa aku sebenarnya.” Jimmy mencoba memberikan alasan masuk akal.

“Bodoh!” maki Lucas membuat Leo hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Aku bodoh? Kalau aku bodoh nggak akan keterima di kedokteran internasional perguruan negeri, kuliah di luar negeri secara gratis dan gelarku setara menempuh S2 padahal hanya 4 tahun kuliah.” Jimmy membela dirinya.

“Kamu lupa nama belakangmu? Hadinata, siapa yang nggak tahu Hadinata?” Leo membuka suaranya.

“Aku bisa beralasan.” Jimmy membela dirinya lagi.

“Mereka percaya?” tanya Lucas penasaran yang diangguki Jimmy.

“Mereka pura-pura percaya, soalnya malas debat tentang hal nggak penting sama kamu. Terus kamu pikir mantan suami mami percaya begitu saja? Wajahmu itu perpaduan mami sama papi, belum lagi pas pernikahanku yang diliput media wajah kamu kelihatan. Jadi tahu kalau kamu bodoh?” Leo menjelaskan dengan sangat rinci membuat Jimmy terdiam.

“Terus mau kalian apa? Aku putus sama Febby?” tanya Jimmy langsung diangguki kedua pria yang menjadi kakaknya. “Kalau sudah putus gimana?”

“Cari yang lain.” Leo menjawab langsung “Aku aja bisa cepat dapat dan malah lebih dibandingkan sebelumnya.”

Jimmy memutar bola matanya malas “Lebih dibandingkan sebelumnya karena yang ini belum pernah turun mesin dan wajah serta bodi bagus Fransiska dibandingkan sebelumnya.”

Bantal melayang dan mengenai wajah Jimmy yang membuatnya menatap tajam kearah Leo, ekspresi Leo tampak tidak bersalah dan berdosa sama sekali.

“Ikuti semua keinginan mami, surga itu ada di kaki ibu dan restu orangtua adalah yang paling penting.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status