Share

Sidang

Author: nura0484
last update Last Updated: 2022-12-13 01:26:43

Menatap pesan dari Yudi dengan jantung berdetak kencang, berjalan sedikit cepat menuju ruangannya dan mulai mengerjakan apa yang dirinya ketahui selama proses. Yudi dan Markus suka memberikan tes dadakan seperti ini, mengerjakan dalam diam dan beberapa menit kemudian semua selesai.

Melangkah ke ruangan Yudi dengan sedikit cemas, jantung berdetak semakin kencang. Mengetuk pintu yang tidak lama terdengar suara dari dalam, Jimmy memasuki ruangan mendapati Yudi membaca sesuatu.

“Masuk dan langsung duduk.” Yudi membuka suaranya.

Jimmy mengikuti apa yang dikatakan Yudi, duduk dihadapan tanpa menatap Jimmy sama sekali, masih sibuk dengan kertas-kertas yang ada dihadapannya.

“Jadi bagaimana?” tanya Yudi membuka suara mulai menatap Jimmy.

Jimmy mulai menceritakan semuanya termasuk apa saja yang barusan terjadi, Yudi mendengarkan dalam diam dengan tatapan lurus tepat di kedua mata Jimmy. Berusaha tenang selama menjelaskan pada Yudi, sedikit khawatir apa yang dijelaskan tidak sesuai dengan harapan dan biasanya dilakukan.

“Tadi istirahat setelah operasi?” tanya Yudi setelah Jimmy cerita.

“Lebih tepatnya setelah memastikan semua kondisi baik-baik saja.” Jimmy menjawab langsung.

Yudi menganggukkan kepalanya “Kamu tahu menjadi dokter jantung tidak mudah?”

“Tahu, prof.”

“Lalu kenapa tetap mau mengambil jantung?”

“Saya ingin belajar mengenai penyakit yang membuat adik saya meninggal.” Jimmy menjawab jujur.

“Mata kamu mirip sama ibu kamu.”

Jimmy mengerutkan keningnya mendengar perkataan Yudi, dirinya tahu masa lalu orang tuanya dengan professor dihadapannya, tapi tidak menyangka akan dengan mudah berkata seperti itu dihadapannya.

“Kamu akan disini sampai dia siuman?” tanya Yudi kembali pada topik mereka.

“Sebentar lagi saya pulang, dok.” Jimmy menjawab langsung dengan sopan.

“Hasil yang kamu tulis sudah benar, sekarang tinggal kamu mengumpulkan jam operasi sebanyak-banyaknya. Saat ini kamu memang menemani kami berdua di meja operasi, tapi bisa saja suatu waktu kami meminta kamu yang menjalani operasi. Istirahat yang cukup dan jangan main-main saja kerjaannya, ibu kamu orang yang selalu memiliki semangat luar biasa.” Yudi memberikan nasehat panjang yang hanya diangguki Jimmy “Kamu boleh keluar.”

Jimmy menganggukkan kepalanya, keluar dari ruangan Yudi, menutup pintu dengan menghembuskan nafas lega. Setidaknya saat berada didalam bisa menjawab dengan baik, nilai positif yang didapatnya dari calon mertua, pendekatan Jimmy yang sangat bagus, menurutnya.

Langkahnya menuju ke ICU, memastikan keadaan pasien sebelum pulang. Memasuki ruangan ICU yang langsung disambut dengan suara-suara mesin, langkah Jimmy fokus pada pasien yang menjadi tujuannya.

“Pasien baru saja sadar.” Yani mendekati Jimmy dengan membawa rekam medis.

“Apa yang dirasakan?” tanya Jimmy dengan suara dan tatapan lembut.

“Pusing.”

“Nanti pusingnya hilang, sekarang tenang dulu.” Jimmy masih mengeluarkan suara lembut khusus untuk anak-anak “Sudah kentut, mbak?” tanya Jimmy mengalihkan perhatian ke Yani.

“Tadi belum, dok.” Yani menjawab langsung.

“Sayang, sudah kentut?” tanya Jimmy yang dijawab gelengan kepala “Kita keluar dari sini tunggu keadaannya bagus dan sudah kentut ya.”

“Kangen mama.”

“Ya, ditunggu sebentar nanti bisa ketemu sama mama dan papa.” Jimmy tersenyum kearah pasiennya yang hanya mengangguk lemas.

“Haus, dok.”

Jimmy menghembuskan nafas panjang, hal yang selalu dihadapi setiap selesai operasi. Banyak yang menjadi keluhan setiap kali operasi selesai, pusing dan terakhir adalah haus. Terkadang masih tidak tega memberikan pengertian tentang kondisi yang harus bersabar kembali, senyum hanya bisa diberikan Jimmy sebelum menjawab.

“Kita tunggu perkembangannya, kalau nanti bagus bisa minum. Perawat ini nanti yang akan berikan minum nantinya, bisa bersabar sebentar?” memberikan tatapan memohon yang hanya diangguki pasien.

Jimmy meninggalkan pasiennya, diikuti Yani berjalan di belakangnya. Memegang rekam medis yang tertulis disana, hembusan nafas pelan dikeluarkannya sambil menatap pasien yang berbaring.

“Lebih sulit kalau pasiennya masih bayi.” Danu berbicara tepat disamping Jimmy.

“Lo ada disini?” Jimmy menatap malas pada Danu “Gimana perkembanganmu?”

“Orang tuanya tidak memberikan obat karena lupa.” Danu mengatakan dengan nada kesalnya.

Jimmy menepuk bahu Danu pelan “Sabar.”

“Lo udah operasi bayi?” tanya Danu penasaran.

“Beberapa hari lalu, memang sulit operasi bayi. Bukannya lo udah?” Jimmy menatap Danu penuh ingin tahu.

“Lagi.” Jimmy hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.

Jimmy menepuk bahu Danu setelah memberikan beberapa instruksi pada Yani, keluar dari ruangan dan menuju ruang istirahat. Kondisi ruangan yang sepi membuat Jimmy memutuskan berganti pakaian, memilih pulang untuk istirahatkan diri.

Perjalanan yang ditempuh tidak memakan waktu lama, jarak rumah sakit dengan apartemennya juga tidak terlalu jauh. Memasuki tempat tinggalnya, selalu bersih setiap saat, semua itu tidak lepas dari kebiasaan maminya yang meminta asisten di rumah datang setiap saat untuk membersihkan tempat tinggalnya.

“Kamu sudah selesai?” Jimmy terkejut dengan kedatangan Febby membawa makanan di tangannya.

“Pekerjaan sudah selesai, tidak ada yang harus dilakukan lagi.”

Febby masuk kedalam pantry di tempat tinggalnya, memindahkan makanan ke piring dan membawanya ke tempat Jimmy duduk.

“Mending kamu mandi dulu.” Jimmy menatap Febby lembut.

“Aku sudah mandi sebelum kesini.”

Jimmy hanya menganggukkan kepalanya “Kalau gitu ganti baju aja.”

“Aku nggak bisa lama disini, kamu tahu alasannya kenapa.”

“Baiklah, kita makan.” Jimmy mengatakan dengan mengangkat tangan tanda menyerah.

Makan dengan bercerita tentang apa yang dialami selama seharian di rumah sakit, tangan Jimmy menggenggam tangan Febby selama berbicara dan makan, tatapan lembut tidak lepas sama sekali setiap Febby bercerita.

“Ayah manggil kamu?” tanya Febby tidak percaya.

Jimmy menganggukkan kepalanya “Jantungku berdetak kencang setiap kali prof berbicara atau manggil.”

“Ayah selalu suka sama orang pintar jadi nggak salah kalau suka juga sama kamu.”

Jimmy bergidik pelan saat Febby berbicara menceritakan Yudi, sepanjang hidupnya gambaran tentang Yudi adalah pria tidak bertanggung jawab. Saudara-saudaranya yang lain tidak suka jika menyebut menyebut atau secara tidak sengaja jika ada yang menyebut nama itu.

Menatap punggung Febby yang membersihkan piring kotor mereka dari belakang, secara otomatis Jimmy berdiri dengan melangkah kearah Febby, memeluknya dari belakang dengan mencium lehernya lembut. Tindakan Jimmy membuat Febby membeku, bukan hal pertama Jimmy melakukan ini, tapi tetap saja membuat Febby tidak bisa bergerak sama sekali.

“Kamu kenapa?” tanya Febby setelah berhasil menguasai dirinya.

“Kamu seksi.” Jimmy berbisik tepat di telinga Febby yang membuatnya bergidik ngeri.

“Aku lagi cuci piring ini.” Febby menggerakkan badannya agar Jimmy melepaskan pelukan.

“Biarin sebentar, aku nggak bisa memeluk kamu dengan lepas kalau diluar.”

“Ya, tapi biarkan aku selesaikan ini dulu.”

Jimmy melepaskan tangannya dari perut Febby, bersandar pada meja dengan matanya tidak lepas dari Febby, menatap apa yang Febby lakukan saat ini. Suara kran air yang dimatikan tanda jika Febby telah selesai, membalikkan badannya membuat mereka saling menatap satu sama lain. Jimmy berjalan mendekat dan langsung menarik pinggang Febby membuat tubuh mereka tidak berjarak, mendekatkan bibirnya dengan bibir Febby yang membuat bibir mereka berjarak beberapa senti, Jimmy memajukan wajahnya dengan mencium lembut bibir Febby, sentuhan di bibir yang membuat ciuman dalam mereka berdua lakukan.

“Akhirnya aku bisa mencium kamu,” ucap Jimmy setelah ciuman mereka lepas.

Febby hanya diam, menatap kedua mata Jimmy saat mengatakan hal itu, jemari Jimmy bergerak di bibir Febby membersihkan saliva mereka berdua tanpa melepaskan tatapan satu sama lain.

“Aku harus pulang, ayah pasti sudah perjalanan.” Febby membuka suaranya.

Jimmy melepaskan pelukannya membiarkan Febby melakukan apa yang ingin dikerjakan, lagi-lagi Jimmy hanya menatap tanpa membantu. Febby mendekati Jimmy dengan mencium lembut pipinya, Jimmy kembali menarik Febby dengan melumat kembali bibirnya.

“Vitamin buat besok,” ucap Jimmy dengan mengedipkan matanya.

Mengantarkan Febby keluar dari tempatnya, memastikan memasuki lift sebelum akhirnya menutup pintu. Jimmy menggelengkan kepalanya atas apa yang mereka berdua lakukan, melangkah masuk kedalam dan tidak lama kemudian bel berbunyi membuat Jimmy mengerutkan keningnya, kembali melangkah ke pintu untuk membukanya.

“Mami sama abang ngapain kesini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Spicy, Sweet Love   Akhir Bahagia

    "Kamu bukannya harus sudah cuti?" tanya Jimmy saat melihat Siena ikut masuk kedalam ruangannya"Aku bosan, kamu kerja terus Jeno sekolah full." Siena menjawab sambil mengerucutkan bibirnya "Dokter Tomo bilang kalau dia baik-baik saja dan lagian perkiraan melahirkan juga masih lama.""Terserah, kerjanya tetap di ruangan ini!" Jimmy mengatakan dengan nada tegas yang diangguki Siena.Hasil keputusan atau sidang sudah keluar, bahkan permintaan mereka terkait dengan kondisi kejiwaan dengan hasil tidak sesuai keinginan mereka membuat semua mendapatkan hukuman sesuai perbuatannya. Febby juga mendapatkan hukuman dari ikatan dokter dimana semua gelarnya dicabut, dengan begitu pendidikan yang dilaluinya menjadi sia-sia tanpa adanya gelar. Jimmy sebenarnya tidak mau mendengar kabar apapun tentang Febby, tapi ketiga sahabatnya selalu memberi kabar yang tidak tahu dapat darimana. Mendengar kabar mereka tidak satupun yang Jimmy ingat karena memang tidak penting, walaupun begitu Endi dan juga ketig

  • Spicy, Sweet Love   Keputusan Akhir

    "Puas sama hasilnya?" tanya Jimmy tepat di telinga Endi."Lumayan," jawab Endi tanpa mengalihkan pandangan dari jalannya sidang.Keputusan yang dibacakan tampaknya kurang membuat keluarganya puas, Jimmy menatap istri Yudi yang terlihat santai saat hasil pembacaan hukuman. Mengikuti langkah Endi yang keluar dari ruang sidang, meninggalkan tim lawyer mereka yang masih diskusi.Endi membawa langkah mereka menuju mobil yang menjadi alat transportasi mereka berdua sejak pertama, hembusan napas panjang dikeluarkan mereka berdua saat sudah berada didalam mobil. Supir membawa mereka keluar dari pengadilan, tidak ada yang membuka pembicaraan seakan sibuk dengan pikiran masing-masing."Apa reaksi nenek dan adik Febby waktu kamu kasih tahu?" tanya Endi memulai pembicaraan mereka."Terkejut, mereka terdiam beberapa saat. Neneknya yang langsung menangis dan meminta maaf, mereka berdua juga minta bertemu sama keluarga Arkan. Aku menolak ide mereka kare

  • Spicy, Sweet Love   Kabar Mereka

    "Aku lihat Prof Yudi kemarin, berantakan dan nggak seperti biasanya."Jimmy memilih diam mendengarkan informasi yang Danu berikan, saat mendengarnya sudah tidak ada rasa kasihan sedikitpun dan tampaknya hati Jimmy sudah mati rasa mendengar informasi tentang mereka."Febby di hukum berat, benar?" Jimmy menganggukkan kepalanya "Gelar dokternya juga dicabut, tapi Prof Yudi sedang berusaha agar tidak terjadi. Aku tahu gimana perasaannya secara Febby itu anak kebanggaannya." Danu melanjutkan ceritanya dengan memberikan tambahan tentang keadaan mereka "Kamu nggak ketemu Febby?""Buat apa? Nggak penting juga." Jimmy menjawab langsung.Danu mengangguk "Benar, lagian dia yang mencelakai kamu. Aku sampai sekarang nggak nyangka kalau mereka begitu, Febby yang baik dan manja sama kamu ditambah Prof Yudi yang tegas setiap kita belajar, walaupun kalau suruh milih mending sama Prof Marcus.""Kamu kan sempat mau membantu Prof Yudi," ucap Jimmy dengan tat

  • Spicy, Sweet Love   Ketegasan

    "Apa aku kurang tegas?" Siena mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jimmy ketika mereka akan tidur."Tegas yang bagaimana? Kamu ke aku dan Jeno tegas, memang kamu merasa kurang tegas?" Siena mencoba bertanya untuk mengetahui maksud Jimmy.Mendengar jawaban Siena seketika Jimmy terdiam, tatapannya kosong dan memikirkan kata-kata Zee pada saat di rooftop rumah sakit. Zee benar saat menilai dirinya yang tidak jauh berbeda dengan Lucas dulu, tapi pada saat itu papi membantu Lucas keluar dari permasalahannya. "Memikirkan apa?" suara Siena membuyarkan lamunan Jimmy, tangan Siena membelai wajah Jimmy tanpa melepaskan tatapannya "Apa ada hubungannya dengan hasil dakwaan dari Febby?" tembak Siena yang membuat Jimmy menelan saliva kasar "Maksud pertanyaan kamu tadi itu ada hubungannya sama Febby?"Jimmy tahu tidak mungkin menutupi permasalahan ini dari Siena, apalagi komitmen dirinya dalam pernikahan dengan Siena adalah saling terbuka. Banyaknya kejad

  • Spicy, Sweet Love   Belum Selesai

    "Mereka tiba-tiba datang minta kita mencabut laporan," ucap Billy yang diangguku Zee dan keluarga Fira."Kalian tanda tangan?" Endi menatap Fira dan keluarganya yang menggelengkan kepalanya "Bagus! Mereka nggak melukai kamu, kan?" "Kita semua baik-baik saja, pengawal bekerja dengan baik dimana langsung masuk saat kita mengirim pesan." Billy menjawab pertanyaan Endi "Aku justru khawatir sama Fira bukan kita sendiri.""Kami baik-baik saja," ucap Bian menenangkan mereka "Bagaimana hasil sidangnya?""Dua puluh tahun penjara yang diikuti pencabutan gelar dokter," jawab Endi yang diangguki mereka.Jimmy hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka dengan tatapannya tidak lepas dari Zee dan Fira, perasaan bersalah kembali hadir setiap kali melihat orang terdekatnya harus menghadapi permasalahannya. Jimmy baru merasakan perasaan Zee dulu, hanya saja bedanya Billy memiliki keinginan berubah, tapi tidak dengan Febby yang tetap dengan tujuannya.

  • Spicy, Sweet Love   Hasil Putusan

    "Terdakwa diputuskan bersalah dengan menjalani hukuman selama dua puluh tahun atas kasus pembunuhan....."Jimmy fokus menatap Febby yang menundukkan kepalanya, tapi bukan tanda-tanda penyesalan melainkan ketakutan. Jimmy sangat mengenal Febby dengan sangat baik, bahasa tubuhnya bisa terbaca dan terlihat jelas dimana Jimmy bisa melihat secara jelas."Sayang harusnya hukuman mati, kita sedang diskusi untuk mengajukan banding agar hukumannya lebih berat." Jimmy mengalihkan pandangan kearah Endi yang berbisik padanya."Apa tidak keterlaluan?" Endi menatap Jimmy tajam "Bagian mana yang keterlaluan? Hukumannya? Kamu masih punya hati ternyata sama dia."Jimmy terkejut melihat reaksi Endi, menatap saudaranya yang beranjak dari tempat duduk dengan mendekati tim lawyer. Mencerna kata-kata Endi dan sedikit bingung tentang masih memiliki hati, sedangkan hatinya sudah selesai dan berpindah ke Siena, tidak hanya itu sedetik saja tidak ada membayangkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status