Share

Tunangan yang ilang!

Author: Nadaauliaa
last update Last Updated: 2023-08-16 23:00:02

Aku tuh awalnya kaya di film romantis gitu deh, pas liat mata cokelat seksi milik Reyhan. Jantungku berdegup kenceng abis, kaya kucing lagi liat ikan gitu. Terus si Reyhan malah senyum, lihat aku yang lagi masam mesem gak jelas.

Tangannya yang oh may may itu menjinjing belanjaanku, karena si kang sayur gak mau kalau aku pergi tanpa berbelanja terlebih dulu sama dia.

Katanya sih, "pedekate sama orang lain, boleh. Lupain cinta Akang buat Neng Siska, juga boleh. Tapi, kalau mau cari yang baru, belanju dulu atuh. Jangan bikin kang sayur yang lagi patah hati karena neng Siska dah punya pengganti itu, gak jadi belanja di sini. Makin patah hati lah akang ini dibuat Neng Siska."

Jadilah, mau tak mau, aku harus berbelanja di sana. Ayam sama daging, menjadi pilihanku. Tak lupa dengan bumbunya sekalian. Tambah buah jeruk deh sekilo. Jadi belanjaanku cukup banyak. Tapi, kayaknya kurang kalau makan tanpa sambal dan lalapan. Cuaca kuperkirakan bakalan panas. Kayaknya, makan yang pedes pedes enak tuh. Apalagi di makannya berdua sama Reyhan yang ganteng ini.

Dan bagai menjadi sebuah hari keberuntungan, si mas ganteng tiba tiba saja menawarkan sebuah bantuan yang membuat aku takjub karenanya.

"Mau saya bantuin? Kebetulan, tangan saya kosong. Gak bawa apa apa. Cuma selembar kertas, itu pun saya simpan di saku celana."

Tatapanku turun ke bawah. Ke arah celana yang di maksud oleh si mas Gantengyang satu ini. Menelisik ke sana. Namun, tak lama, karena dengan cepat aku tersadar, jika apa yang aku lakukan sedikit nakal.

"Hayo, liatin apa, Mbak?" Aku salah tingkah. Wajahku memerah.

Haduh! Ini mata! Kok gak bisa di jaga sih? Bisa bisanya aku malah lihat ke sana. Ketahuan 'kan.

"Sini, Mbak. Saya bawain."

Tanpa ba, bi dan bu, si mas Ganteng itu langsung membawa belanjaanku. Aku tersipu dong. Baru kenal aja, udah mau bawain belanjaan. Pagimana kalau dah lama kenal. Bisa di nafkahin aku.

Tanpa sadar aku tersenyum, membayangkan.

"Lagi mikirin apa, Mbak?" Aku tersentak.

Kok, bawaannya pengen ngelamut terus ya, tiap Deket dia?

"Eh, enggak. Panggilnya jangan Mbak terus dong. Panggil Siska aja, gitu ... umurku baru 28 loh. Masih muda," kataku meminta.

Alamak! Bukannya menjawab, dia malah senyum. Jangan nunjukin wajah ganteng terus dong, di depan aku. 'Kan aku jadinya baper terus. Bawaannya tuh, pengen diliatin terus deh, itu muka.

Setiap ngobrol sama dia tuh kayak petualangan seru di dunia ajaib. Dia yang pangerannya, dan aku pemeran pembantunya.

Loh, maksudnya, pemeran utama wanitanya.

Beneran nih, tiap kali ngelirik ke arahnya, jantungku kayak mau keluar dari tempatnya. Aku sampe ngayal-ngayal makan malam romantis sama dia, di bawah langit yang dipenuh bintang. Tapi, sialnya, semakin lama, aku semakin sadar, kalau ternyata, aku tuh lagi ngayal.

Apes!

"Mbak. Eh, Siska maksudnya."

"Iya, Mas ganteng."

"Reyhan, Mbak."

"Siska, Reyhan."

Kami berdua tergelak bersama, sekaan sudah saling kenal dalam waktu yang cukup lama.

"Rumahnya di mana, Sis?" tanya Reyhan. Aku tersipu. Bisa bisanya, baru kenal udah tanya rumah. Pasti mau ngelamar, ya?

"Mau apa nanyain rumahku?" balasku dengan bertanya hal yang sebenarnya bukan ini yang ingin aku tanyakan. Namun, lidahku kelu untuk mengatakan yang sebenarnya. Gengis dong, baru kenal udah blak blakan aja ini mulut.

Tak menjawab. Namun, Reyhan mengangkat kedua tangannya yang menampilkan barang belanjaan milikku yang ternyata juga aku lupakan.

Dasar Siska! Bisa bisanya lagi aku lupa dengan belanjaanku sendiri. Dan saat aku melihat ke sekeliling, ternyata rumah kontrakanku sudah terlewat sekian meter jauhnya. Membuatku langsung menepuk jidat karena gemas sendiri

"Kenapa?"

"Rumahku kelewatan."

"..."

"Makasih loh, udah mau bantuin angkat belanjaan aku sampai ke rumah segala, " kataku sambil membawa segelas teh hangat yang gulanya baru aja aku beli.

Dia duduk di teras rumah. Sebenaarnya pengen aku ajak masuk aja ini makhluk satu. Tapi ..., masa iya udah di ajak masuk aja. Nanti, apa kata tetangga? Apalagi kata si Jumi alias Juminten. Bisa di arak sekampung aku. Terus bisa bisa, aku langsung dinikahin paksa lagi sama Reyhan.

Mau dong!

"Gak papa. Sebenarnya, saya ke sini tuh mau cari alamat."

Aku menyipitkan mata. Lamunanku buyar lagi kali ini. Alamat katanya?

Hem ....

"Kalau boleh tau, alamatnya di mana?" kataku bertanya.

"Jalan Soang Panjang Lehernya, Gang 10."

"Loh, itu mah di depan." Aku memberitahu.

"Jadi bukan di sini ya?" Reyhan sedikit terkejut karena salah alamat.

"Ini Gang 9. Gang 10 di depan. Deket kok. Mau Siska anter?" ujarku menawarkan bantuan. Itung itung sebagai tanda terima kasihku padanya, karena sudah buat aku jatuh hati dari pandangan pertama.

Ya elah!

"Emangnya gak ngerepotin?"

Ya ampun! Pakai tanya segala lagi.

"Enggak dong. Siska siap kok buat di repotin. Apalagi, di repotinnya sama kamu."

Berhasil! Reyhan tergelak lagi. Aku emang pandai bikin orang senyum dengan ucapanku. Siska gituh!

"Ya sudah, boleh. Asal gak buat Siska repot, ya?"

"Siap, mas Ganteng. Eh, Reyhan maksudnya."

Plis ... jangan senyum terus. Sekali lagi aku lihat senyum itu, pasti sebentar lagi aku bakalan di bawa ambulans ke rumah sakit dengan gejala Diabetes akut.

"Saya minum ya, teh nya?" kata Rehan. Aku mengangguk dengan senyum paling indah kupunya.

"Kalau boleh Siska tau, Mas Ganteng itu lagi cari alamatnya siapa?" Kali ini, aku bertanya dengan serius.

Serius, lagi kepo pengen tahu. Nyari alamat sampai segitunya.

"Hem, tunangan saya."

'Jleb!'

Aku langsung terdiam, kaya lagi dihantam truk gede. Ternyata semua yang aku pikirin sebagai awal kisah cinta yang manis, cuma jadi bagian dari pencarian tunangan yang ilang. Hati aku remuk kaya biskuit yang kejatuh dari tangan, pas banget mau kumakan.

Aku coba tersenyum-nisum. Walaupun di hati aku, rasanya kaya lagi maen roller coaster yang penuh kejutan.

Akhirnya, aku sadar juga, cinta nggak selalu kaya di film-film. Meskipun hati aku bolong-bolong, aku tetep berusaha jadi temen baru ketemu baik buat Reyhan dan bantuin dia cari tunangannya yang ilang.

Tapi tetep aja, sakit banget bestie!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 59. Mau gak?

    "Gimana?" Satu kata terucap. Sebuah pertanyaan yang membuatku tak bisa berkata-kata, keluar dari mulut manis Angga.Walau aku belum pernah mencoba mulut itu. Eh, tapi aku yakin, mulutnya memang manis. Semanis kata katanya padaku. Dan sikapnya selama ini, tentu saja."Kenapa malah diam? Saya tanya loh. Gimana?" tanyanya lagi. Masih dengan pertanyaan yang sama."Gimana apanya Mas?" Bukannya menjawab. Eh, mulutku malah balik bertanya. Dasar Siska!Grogi kok bisa sampai kayak gini sih."Kok malah balik nanya sih? Saya kan yang nanya duluan sama kamu," katanya dengan kepala yang menggeleng ke kiri dan ke kanan. Aku menatapnya takjub. Cuman gelengin kepala aja, udah bisa bikin aku terpesona. Ganteng banget sih dia. Ya ampun! Pikiranku jadi ke mana mana. Apalagi kalau dia senyum coba. Pasti bakal langsung bikin aku hilang ingatan."Jangan kebanyakan mikirin yang enggak enggak. Kita belum

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 58. Seseneng itu manggil calon suami.

    "Kamu baik bener sama Marni. Gak rugi Sis, nasi gorengnya kamu kasih gratis sama Marni?" tanya si Dudu saat Marni sudah melenggang pergi dari tempatku berjualan. Tanganku yang sedikit kotor, karena bumbu, segera ku bersihkan dengan lap yang biasa aku gunakan di tempat jualanku. Mengabaikan dulu pertanyaannya si Dudu. Masih tak mau menjawab, aku malah tersenyum sama si Dudu."Enggak lah, Du. Cuma satu bungkus doang kok. Masa sih aku rugi. Gak papa lah, kasian aku sama si Marni. Dia itu tetangga aku yang gak pernah ikut campur. Dia masa bodoh. Tapi, dia juga gak cuek, kalau aku ada masalah. Oh ya, aku yakin tuh, di balik sikapnya yang barusan bisa ketawa itu, dia sebenernya nyimpen luka buka si Marno.""Kamu bener, Sis. Kasian aku sama Marni. Dia kan cantik ya? Mukanya bening, walau dia cuma seorang babu. Gak kayak aku," kata Dudu yang membandingkan wajah Marni dengan wajahnya."Kamu juga cantik Du. Sayang aja, ka

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 57. Janda nambah satu.

    Jajan tak jadi, yang ada keluar uang buat Mak Iroh.Huh! Si emak yang satu ini emang meresahkan! Padahal, tadi siang ia juga kebagian jatah bagi bagi uang dari Angga. Tapi, masih aja minjam sama aku. Aku sampai kehilangan nafsu makan, gara gara kelakuan Mak Iroh yang kembali kumat. Ku pikir, setelah lama Mak Iroh tak meminjam uang padaku, ia sudah tobat dan tak akan minjam minjam uang lagi. Tapi ternyata ... ah, sudahlah!Berbagai tipe tetangga, ada di lingkungan kontrakanku. Dari yang julid, yang mulutnya lemes, yang tukang nyebar berita palsu, sampai yang suka minjam uang, tapi jarang kembali pulang itu uang, semuanya ada di sini. Dan aku menjadi salah satu penghuni yang terbilang normal di sini. Karena aku bukan salah satu dari yang baru aja aku sebutkan."Wey, bengong aja, kayak ayam pengen kawin!"Kulirik wajah si Dudu sekilas. Lalu, kembali pada setelan awal.Aku tak berniat untuk terkejut. Apalagi samp

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 56. Mau Jajan.

    Barisan bubar setalah mereka mendapatkan apa yang sudah di janjikan oleh Mas Angga. Yaitu, duit. Mereka semua pulang dengann wajah senang, senyum senang dan mata berbinar. Gagal mendapatkan sembako, mereka pulang dengan membawa uang. Beruntung memang para tetanggaku ini. Uang mengalahkan segalanya. Bahkan, si Jumi yang biasanya suka ketus padaku, berubah bak ibu peri yang kapan saja siap untuk di mintai tolong."Kalau butuh apa apa, bilang aja sama aku. Aku siap bantu kamu, asal ada ininya." Itu kata si Jumi sebelum ia beranjak pergi dari teras rumahku. Jempol dan telunjuknya saling beradu. Aku tau apa maksudnya. Pasti ujung ujungnya duit lagi deh."Mas, harusnya gak usah sampai segitunya sama mereka. Nanti keenakan mereka. Harusnya kan yang kasiih mereka itu si Wati, bukannya Mas Angga," omelku saat semua barisan ibu ibu dan bapak bapak sudah menghilang bak di telan bumi. Hilang kare

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 55. Dasar Wati!

    Gusti! Aku terkejut bukan main. Gak ada angin, apalagi hujan, tiba tiba aja ini rumah di kerubunin para tetangga kontrakan, dari yang paling dekat hingga ke paling ujung, alias paling jauh, semuanya ada. Bukan tanpa alasan mereka mengerubungi rumah kontrakanku. Katanya, aku ada jadwal bagi bagi sembako hari ini. What! Siapa yang bilang dan nyebar fitnah kayak gitu tentangku? Aku kok gak merasa pernah bilang sama seseorang, apalagi orang orang, kalau aku mau bagi bagi sembako. Wong, aku juga masih kekurangan kok. Gimana ceritanya aku mau bagi bagi? Kalau aku ada uang lebih sih, aku juga mau bagi bagi. Tapi, uang lebihku kan sudah aku kasih sama si Dudu, buat biaya sunat adik bontotnya. Nanti malah, aku mau nyari uang lagi, biar ada lebihnya lagi. "Ayo Dong, Sis. Jangan tunda tunda rezeki kami. Kamu kan mau bagi bagi sembako. Kenapa gak langsung di segerakan aja bagi baginya. Dosa loh, kalau kamu nunda nunda apa yang

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 54. Mau saya nikahin sekarang?

    Ya ampun! Duniaku terasa berbunga saat kulihat wajah Angga memerah karena cemburu. Ada untungnya juga, aku ketemu dengan Andi, teman saat aku sekolah dulu. Ya, aku tau kalau dari dulu itu, Andi suka padaku. Namun, entah kenapa, dari dulu pula hingga sekarang, aku tak pernah memiliki perasaan yang serupa dengan Aldi. Bukan karena Aldi tidak tampan dan menarik. Bukan karena dia juga tak baik. Tapi, karena hati ini yang tak pernah bisa memiliki perasaan yang sama dengan Aldi. Hingga, hanya sebatas teman, yang bisa aku sematkan dalam hubungan kami berdua. Lama tak jumpa, ternyata kami di pertemukan kembali dengan aku yang sudah memiliki calon suami. Dulu, aku memilih menikah dengan temannya. Dan sekarang? Hatiku pun telah terpaut pada yang lain. Mungkin, hatiku dan hatinya yang tak bisa menyatu. Hingga kata 'teman' yang lebih cocok untuk kita sandang dalam hubungan ini. "Bilang cemburu aja kok s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status