Share

Tunangan yang ilang!

Aku tuh awalnya kaya di film romantis gitu deh, pas liat mata cokelat seksi milik Reyhan. Jantungku berdegup kenceng abis, kaya kucing lagi liat ikan gitu. Terus si Reyhan malah senyum, lihat aku yang lagi masam mesem gak jelas.

Tangannya yang oh may may itu menjinjing belanjaanku, karena si kang sayur gak mau kalau aku pergi tanpa berbelanja terlebih dulu sama dia.

Katanya sih, "pedekate sama orang lain, boleh. Lupain cinta Akang buat Neng Siska, juga boleh. Tapi, kalau mau cari yang baru, belanju dulu atuh. Jangan bikin kang sayur yang lagi patah hati karena neng Siska dah punya pengganti itu, gak jadi belanja di sini. Makin patah hati lah akang ini dibuat Neng Siska."

Jadilah, mau tak mau, aku harus berbelanja di sana. Ayam sama daging, menjadi pilihanku. Tak lupa dengan bumbunya sekalian. Tambah buah jeruk deh sekilo. Jadi belanjaanku cukup banyak. Tapi, kayaknya kurang kalau makan tanpa sambal dan lalapan. Cuaca kuperkirakan bakalan panas. Kayaknya, makan yang pedes pedes enak tuh. Apalagi di makannya berdua sama Reyhan yang ganteng ini.

Dan bagai menjadi sebuah hari keberuntungan, si mas ganteng tiba tiba saja menawarkan sebuah bantuan yang membuat aku takjub karenanya.

"Mau saya bantuin? Kebetulan, tangan saya kosong. Gak bawa apa apa. Cuma selembar kertas, itu pun saya simpan di saku celana."

Tatapanku turun ke bawah. Ke arah celana yang di maksud oleh si mas Gantengyang satu ini. Menelisik ke sana. Namun, tak lama, karena dengan cepat aku tersadar, jika apa yang aku lakukan sedikit nakal.

"Hayo, liatin apa, Mbak?" Aku salah tingkah. Wajahku memerah.

Haduh! Ini mata! Kok gak bisa di jaga sih? Bisa bisanya aku malah lihat ke sana. Ketahuan 'kan.

"Sini, Mbak. Saya bawain."

Tanpa ba, bi dan bu, si mas Ganteng itu langsung membawa belanjaanku. Aku tersipu dong. Baru kenal aja, udah mau bawain belanjaan. Pagimana kalau dah lama kenal. Bisa di nafkahin aku.

Tanpa sadar aku tersenyum, membayangkan.

"Lagi mikirin apa, Mbak?" Aku tersentak.

Kok, bawaannya pengen ngelamut terus ya, tiap Deket dia?

"Eh, enggak. Panggilnya jangan Mbak terus dong. Panggil Siska aja, gitu ... umurku baru 28 loh. Masih muda," kataku meminta.

Alamak! Bukannya menjawab, dia malah senyum. Jangan nunjukin wajah ganteng terus dong, di depan aku. 'Kan aku jadinya baper terus. Bawaannya tuh, pengen diliatin terus deh, itu muka.

Setiap ngobrol sama dia tuh kayak petualangan seru di dunia ajaib. Dia yang pangerannya, dan aku pemeran pembantunya.

Loh, maksudnya, pemeran utama wanitanya.

Beneran nih, tiap kali ngelirik ke arahnya, jantungku kayak mau keluar dari tempatnya. Aku sampe ngayal-ngayal makan malam romantis sama dia, di bawah langit yang dipenuh bintang. Tapi, sialnya, semakin lama, aku semakin sadar, kalau ternyata, aku tuh lagi ngayal.

Apes!

"Mbak. Eh, Siska maksudnya."

"Iya, Mas ganteng."

"Reyhan, Mbak."

"Siska, Reyhan."

Kami berdua tergelak bersama, sekaan sudah saling kenal dalam waktu yang cukup lama.

"Rumahnya di mana, Sis?" tanya Reyhan. Aku tersipu. Bisa bisanya, baru kenal udah tanya rumah. Pasti mau ngelamar, ya?

"Mau apa nanyain rumahku?" balasku dengan bertanya hal yang sebenarnya bukan ini yang ingin aku tanyakan. Namun, lidahku kelu untuk mengatakan yang sebenarnya. Gengis dong, baru kenal udah blak blakan aja ini mulut.

Tak menjawab. Namun, Reyhan mengangkat kedua tangannya yang menampilkan barang belanjaan milikku yang ternyata juga aku lupakan.

Dasar Siska! Bisa bisanya lagi aku lupa dengan belanjaanku sendiri. Dan saat aku melihat ke sekeliling, ternyata rumah kontrakanku sudah terlewat sekian meter jauhnya. Membuatku langsung menepuk jidat karena gemas sendiri

"Kenapa?"

"Rumahku kelewatan."

"..."

"Makasih loh, udah mau bantuin angkat belanjaan aku sampai ke rumah segala, " kataku sambil membawa segelas teh hangat yang gulanya baru aja aku beli.

Dia duduk di teras rumah. Sebenaarnya pengen aku ajak masuk aja ini makhluk satu. Tapi ..., masa iya udah di ajak masuk aja. Nanti, apa kata tetangga? Apalagi kata si Jumi alias Juminten. Bisa di arak sekampung aku. Terus bisa bisa, aku langsung dinikahin paksa lagi sama Reyhan.

Mau dong!

"Gak papa. Sebenarnya, saya ke sini tuh mau cari alamat."

Aku menyipitkan mata. Lamunanku buyar lagi kali ini. Alamat katanya?

Hem ....

"Kalau boleh tau, alamatnya di mana?" kataku bertanya.

"Jalan Soang Panjang Lehernya, Gang 10."

"Loh, itu mah di depan." Aku memberitahu.

"Jadi bukan di sini ya?" Reyhan sedikit terkejut karena salah alamat.

"Ini Gang 9. Gang 10 di depan. Deket kok. Mau Siska anter?" ujarku menawarkan bantuan. Itung itung sebagai tanda terima kasihku padanya, karena sudah buat aku jatuh hati dari pandangan pertama.

Ya elah!

"Emangnya gak ngerepotin?"

Ya ampun! Pakai tanya segala lagi.

"Enggak dong. Siska siap kok buat di repotin. Apalagi, di repotinnya sama kamu."

Berhasil! Reyhan tergelak lagi. Aku emang pandai bikin orang senyum dengan ucapanku. Siska gituh!

"Ya sudah, boleh. Asal gak buat Siska repot, ya?"

"Siap, mas Ganteng. Eh, Reyhan maksudnya."

Plis ... jangan senyum terus. Sekali lagi aku lihat senyum itu, pasti sebentar lagi aku bakalan di bawa ambulans ke rumah sakit dengan gejala Diabetes akut.

"Saya minum ya, teh nya?" kata Rehan. Aku mengangguk dengan senyum paling indah kupunya.

"Kalau boleh Siska tau, Mas Ganteng itu lagi cari alamatnya siapa?" Kali ini, aku bertanya dengan serius.

Serius, lagi kepo pengen tahu. Nyari alamat sampai segitunya.

"Hem, tunangan saya."

'Jleb!'

Aku langsung terdiam, kaya lagi dihantam truk gede. Ternyata semua yang aku pikirin sebagai awal kisah cinta yang manis, cuma jadi bagian dari pencarian tunangan yang ilang. Hati aku remuk kaya biskuit yang kejatuh dari tangan, pas banget mau kumakan.

Aku coba tersenyum-nisum. Walaupun di hati aku, rasanya kaya lagi maen roller coaster yang penuh kejutan.

Akhirnya, aku sadar juga, cinta nggak selalu kaya di film-film. Meskipun hati aku bolong-bolong, aku tetep berusaha jadi temen baru ketemu baik buat Reyhan dan bantuin dia cari tunangannya yang ilang.

Tapi tetep aja, sakit banget bestie!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status