Share

Lelaki lain

Status Sindiran Istriku

Bab 4

Aku memilih ke rumah orang tuaku. Mba Shela mengantarkan ku ke sana karena tak ada yang tahu lokasi rumah mama yang baru. 

"Kamu tenangkan diri saja. Kalau di rumahmu takutnya banyak wartawan. Biar Mba yang hadapi mereka." 

Kutekan bel dengan malas. Hidup ini terasa hampa. Mama membukakan pintu. Ia tampak mengelengkan kepala lalu menyuruhku masuk. 

"Kamu sudah makan?" tanyanya sedikit khawatir. 

"Malas," jawabku datar. 

"Sudah temui Rima?" Aku menganggukkan kepala pelan." Lalu apa dia memaafkanmu dan kembali?" 

"Entahlah," jawabku singkat. Kuteguk air yang telah tersedia di meja makan. 

"Kamu juga yang salah. Perlakukan anak orang dengan kasar dan juga kamu main belakang," ucap mama sewot. Ia mengambil nasi dan lauk untukku. Aku langsung melahap makanan itu dengan cepat. 

"Kamu harus merayu Rima agar kembali lagi. Dia wanita baik dan pengertian. Mama gak rela jika Rima pergi. Kalau kau melepaskan Rima. Jangan pernah datang menemui Mama," ancam Mama. Aku membanting sendok dengan kasar. 

"Kenapa semua menyalahkanku! Aku tidak selingkuh dan tak punya hubungan dengan wanita-wanita itu." 

"Kalau kamu tidak selingkuh, buktikan pada Rima. Yakinkan dia bahwa itu semua bohong dan akting saja." Mama bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar. Aku menatap piring yang berisi daging semur, tak ada selera untuk melahapnya. Perut yang lapar tak ingin diisi. 

Kurebahkan tubuhku di sofa dan menelusuri aplikasi hijau. Status istriku yang sedang makan malam di sebuah restoran. Ia mengunggah foto dirinya bersama Maya. Senyumnya merekah indah. Wajah cantiknya terlihat lagi. 

Wanita, memang kalimat yang sudah pasti memiliki beribu makna mendalam, bahkan tak bisa dikiaskan. Jiwanya lembut, hatinya bak serpihan embun. Ia tidak pernah menuntut untuk sempurna, tetapi kenapa aku selalu menyalahkan dan mengabaikan Rima.

Anggun, kewibawaan, bahkan mahkota indahnya selalu menjadi sasaran duniaku. Memaksanya untuk mengikuti segala keinginanku. 

Ia tidak pernah menuntut sempurna, ia rapuh karena dia makhluk yang tidak bisa melupakan kehambaran dan kepahitan hidup.

Entah mengapa aku ingin menemui malam ini juga tak sabar jika menunggu hari esok. 

Aku tahu restoran itu, beberapa kali aku makan di sana. 

"Mau ke mana?" tanya mama yang sedang bercengkraman dengan suaminya. 

"Mau menemui Rima," ucapku.

"Bawa dia kembali. Ingat kata Mama," ancamnya. 

Menunggu Rima di parkiran dengan penampilan yang kusut. Rima keluar bersama Maya. Mereka terlihat tertawa. Tawa yang tak pernah ditampakkan setelah menikah denganku. 

Mengikuti mereka dari belakang agar aku tahu apa yang mereka lakukan. Ternyata, rumah Maya berada di Bintaro cukup jauh juga. 

Aku menghampiri mereka yang sudah berada di halaman rumah. Melangkah cepat dan menarik tubuhnya dalam dekapan. 

"Rima, maafkan aku. Maaf ... aku mohon kembalilah." Kupeluk erat dan Rima tak membalas pelukanku. 

"Mau apa kamu," bisiknya." Pergilah, aku butuh waktu untuk sendiri." 

"Aku mohon pulanglah kepadaku." Melepaskan pelukan dan menyentuh kedua bahunya. Tatapan istriku dingin, cinta yang dulu aku lihat di matanya telah hilang. 

"Pulang! Kamu pikir ragaku mampu menahan semua rasa sakit. Aku capek!" Tatapan kebencian terlihat jelas. " Kamu akan memperlakukanku baik, jika ada maunya. Tapi, kamu acuh tak acuh jika tak butuh." 

"Maafkan aku. Aku menyesal. Kembalilah, beri aku kesempatan. Apa kau tak ingat, aku telah memberikan apa saja untukmu. Kemewahaan dan kenyamanan hidup." 

"Kemewahaan? Hei, Bung. Bangunlah dari khayalanmu. Kamu lupa siapa yang memberikan ini semua kepadamu?" 

"Kamu lupa kalau aku' lah yang telah membantumu hingga kamu tenar. Siapa yang telah membiayai sekolah modelmu?" 

"Keluargamu takut jika hidup miskin karena uang yang aku miliki lebih banyak darimu," ungkapnya. Ia menjauhkan diri dan tersenyum sinis.

"Kembalilah ke asalmu dan aku akan kembali kekehidupanku." Rima masuk ke dalam rumah dan Maya menuntunnya berjalan. Aku tak ingin kehilangannya. 

Kutarik tubuhnya keluar pagar, ia memberontak tak mau ikut." Pulang dan kita selesaikan ini baik-baik." 

"Lepas Mas! Sakit!" rintihnya. Kucengkram lengannya kasar. Aku tak bisa menahan diri. 

"Lepaskan Rima, Ajit. Kamu jangan kasar!" teriak Maya membela istriku. 

"Diam kamu! Ini urusanku dengan dia. Kamu orang lain tak usah ikut campur!" Kutunjuk jariku ke arah Maya. 

"Lepas Mas! Lepas!" Rima memberontak. Ia menahan kakinya agar tak bergeser. Kuangkat tubuhnya, istriku berteriak. 

"Maya tolong aku!" Maya terlihat panik. Ia menahan tubuhku agar tak pergi. 

"Berhenti Ajit! Kamu gila. Memaksa wanita seenaknya." 

"Dia masih istri aku. Aku akan membawanya pulang!" Rima memukul tubuhku. Ku lempar ia ke dalam mobil. 

"Ajit, mau dibawa ke mana Rima?" 

"Bukan urusanmu!" teriakku lantang. Rima berusaha untuk keluar. Aku membuka pintu dan membentaknya untuk diam. Ia menampar pipiku. 

"Diam atau aku akan menghajarmu," ancamku. Emosiku tak bisa terkendali, tak ingin Rima pergi dan kembali ke profesinya.

"Aku tak mau ikut denganmu. Aku ben*i kamu penge*ut. Lepaskan aku!" Mata Rima mengembun meneteskan air mata. Ada rasa iba di dada, tapi ego ini lebih besar. 

Sebuah tangan menarik bahuku kasar. Para penjaga Rima datang menghajarku. Aku tak bisa melawan mereka. Tubuh mereka sangat besar dan kuat. 

Berusaha bangkit, tapi aku tak mampu. Suara lelaki menghentikan mereka." Cukup! Jangan sampai dia mat*," ucapnya lantang. 

Semua penjaga Rima bergeser, aku melihat sosok pemuda berambut coklat dan berkulit putih. Badannya hampir sama sepertiku ia adalah Ridho. 

Lelaki itu memeluk tubuh istriku yang ketakutan. Dadaku sesak dan aliran darah terasa panas. Rima membalas pelukan lelaki itu. 

Ingin bangkit dan menghajarnya. Akan tetapi, kaki salah satu penjaga menahan tubuhku yang memar. 

"Kalian lihat! Jangan sampai orang ini menganggu Rima. Pastikan menjaganya dengan ketat," perintahnya. Semua penjaga patuh dan tunduk. 

"Jangan kau ganggu Rima! Jika kau berani menangung akibatnya. Aku akan melaporkan kau ke polisi," ancamnya. Ia tersenyum sinis. Membelai rambut Rima seakan-akan mengejekku.

Ternyata, ia yang telah membayar penjaga itu untuk Rima. Apa maksud dia melakukan itu kepada istriku? 

Ridho lelaki itu memang ada maunya. Aku yakin ia memiliki tujuan tertentu. 

~~~

Waduh, apa tujuan Ridho dan ada masa lalu apa dengan Ajit. Jangan lupa tinggalkan jejak dan subscribenya. Terima kasih.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
tenggelamkan Ridho JAHANAM itu istri orang kok seenaknya peluk itu perempuan juga udah di hasut barangkali sudah Ajit biarkan saja anggap hartamu sebagai bayaran kau sudah memukul istrimu bangkit lagi kalau perlu ke luar negeri mengadu nasib di sana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status